Para pendengar Resi Dehonian yang terkasih, selamat berjumpa kembali dengan saya, Rm. Rafael Sudibyo, SCJ, dari komunitas Paroki St. Teresia Jambi, dalam resi – renungan singkat dehonian, edisi hari Senin, Hari Biasa Pekan V Prapaskah, 18 Maret 2024. Marilah kita mendengarkan sabda Tuhan; Bacaan dari Injil Suci, menurut Yohanes (Yoh 8:1-11)
Para pendengar Resi Dehonian yang terkasih, biasnya ketika kita sudah merasa di sakiti oleh orang lain, kita akan tetap menginat orang yang telah menyakiti kita. Dan tidak jarang, kita akan mencari kesempatan untuk membalas perbuatannya itu. Hal semacam ini juga yang terjadi kepada mereka yang jengkel kepada Yesus. Padahal Yesus dalam karya-Nya tidak pernah menyakiti orang-orang itu, tetapi melalui teguran dan pengajaran yang Yesus sampaikan, mereka merasa “disakiti” oleh Yesus. Biasanya, orang yang merasa demikian, orang itu belum menemukan dirinya dalam hidupnya.
Digambarkan bahwa pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuan itu. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan itu sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus.
“Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Lalu bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa. Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh.
Setelah semua orang pergi meninggalkan Yesus berdua dengan perempuan itu, berkatalah Yesus, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Perempuan itu menjawab, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu Yesus melanjutkan, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Kata-kata Yesus itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang adil dan penuh kasih. Dia menyatakan perempuan itu bersalah; tetapi, di sinilah hebatnya Yesus. Dia bukannya menghukum perempuan itu, tapi malah mengampuninya dan memberi kesempatan untuk hidup lebih baik. Dia adalah Mesias yang memiliki kuasa untuk menghakimi serta menghukum kesalahan seseorang namun memilih untuk memberikan pengampunan dan kesempatan kepada siapa pun yang berdosa dan yang mau bertobat sungguh-sungguh.
Kita adalah orang berdosa seperti wanita dalam Injil hari ini. Namun, Yesus yang penuh kasih telah mengampuni segala salah dan dosa kita dengan darah-Nya sendiri yang tertumpah di kayu salib. Karena itu, marilah kita saling mengampuni; hidup damai dan penuh kasih satu dengan yang lain. Pengampunan adalah inti dari setiap relasi. Pengampunan adalah mengasihi orang sebagaimana adanya dan menyatakan kepada mereka keindahan pribadi mereka, yang tersembunyi di balik tembok-tembok yang telah mereka dirikan di sekeliling hati mereka. Pengampunan adalah kekuatan baru dari Allah; jalan menuju damai. Paus Yohanes Paulus II, mengatakan “Tidak ada damai tanpa keadilan, dan tidak ada keadilan tanpa pengampunan.”
Semoga, Hati Kudus Yesus merajai hati kita semua. Amin.
Para Pendengar Resi Dehonian dimanapun anda berada, semoga Tuhan selalu memberkati Langkah laku, aktivitas, dan persaudaraan diantara kita, + Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin.
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:
Allah Bapa sumber kesucian, semoga dala merayakan misteri suci ini kami dapat mempersembahkan kepada-Mu jiwa yang murni dan hati yang gembira sebagai hasil matiraga kami. Demi Kristus, Tuhan
ATAU :
Allah Bapa maha penyayang. perkenankanlah kami dalam roti anggur ini melihat cinta kasih yang menjiwai Putra-Mu, dan semoga hidup menyerupai Dia. Sebab Dialah …
ANTIFON KOMUNI — Yohanes 8:10-11
Hai wanita, tiadakah yang menghukum engkau? Tidak seorang pun, Tuhan. Aku pun tidak, tetapi mulai sekarang jangan berdosa la
DOA SESUDAH KOMUNI :
Marilah berdoa: Allah Bapa mahakudus, Engkau menguatkan kami dengan sakramen-Mu. Semoga berkat dayanya kami selalu Kaubersihkan dari kebiasaan buruk dan Kaujadikan sanggup mengikuti jejak Kristus, sehingga kami dengan mantap menuju kepada-Mu. Demi Kristus, ….
ATAU:
Marilah berdoa: Allah Bapa harapan orang berdosa, bila umat bertobat, Engkau menampakkan belas kasih-Mu. Kami mohon, semoga kami dapat saling mengampuni, sebagaimana Engkau mengampuni kami. Demi Kristus,…
DOWNLOAD AUDIO RESI:
No Comments