AUDIO RESI:
ANTIFON PEMBUKA – Yeh 34:11.23-24
Tuhan bersabda, “Aku akan memperhatikan domba-domba-Ku, mengangkat seorang gembala sebagai pemimpin, dan Aku, Tuhan sendiri, menjadi Allah mereka.”
PENGANTAR:
Ada orang yang sulit mengungkapkan isi hatinya, tak mampu memberi penerangan yang jelas. Rupayanya hal itu tidak dialami oleh Yohanes Krisostomus. Dengan lancar dan jelas ia memberikan penerangan. Dialah orang yang “bermulut kencana”. Bakat ini didukung oleh pengetahuan tentang Kitab Suci, menjadikan dia imam yang berwibawa. Sebagai batrik di Konstantinopel digunakannya kefasihan berbicara itu guna menentang korupsi di istana. Tetapi ia malahan dibuang dan meninggal akibat kelelahan.
DOA PEMBUKA:
Marilah berdoa: Allah Bapa, keteguhan umat, Engkau telah menganugerahkan kefasihan lidah kepada uskup-Mu Santo Yohanes Krisostomus dan menguatkannya ketika dianiaya. Semoga kami dibimbing oleh pengajarannya dan dikuatkan oleh contoh ketabahan hatinya. Demi Yesus Kristus, …
BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus 9:16-19.22b-27
“Bagi semua orang aku menjadi segala-galanya, untuk menyelamatkan mereka semua.”
Saudara-saudara, memberitakan Injil bukanlah suatu alasan bagiku untuk memegahkan diri. Sebab bagiku itu suatu keharusan. Celakalah aku bila aku tidak memberitakan Injil. Andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 84:3.4-5-6.8.12
Ref. Betapa menyenangkan tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
-
Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
-
Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
-
Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
-
Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
-
Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
BAIT PENGANTAR INJIL:
U : Alleluya, alleluya
S : (Yoh 17:17b.a) Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran. Kuduskanlah kami dalam kebenaran.
BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 6:39-42
“Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta?”
Pada suatu ketika Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, “Mungkinkah seorang buta membimbing orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang? Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang sudah tamat pelajarannya, akan menjadi sama dengan gurunya. Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui? Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, ‘Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu’, padahal balok dalam matamu tidak kaulihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
RESI DIBAWAKAN OLEH Rm.Paskalis Aditya Wardana SCJ
Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.
Sahabat pencinta Hati Kudus Yesus yang terkasih dalam Tuhan. Kita berjumpa kembali dalam RESI (renungan singkat) dehonian pada Jumat 13 September 2024 bersama saya Romo Paskalis Aditya Wardana SCJ dari komunitas Seminari Menengah Santo Paulus Palembang. Gereja Semesta hari ini juga merayakan peringatan Santo Yohanes Krisostomos. Kita akan mengawali permenungan kita dengan mendengarkan sabda Tuhan yang diambil dari Injil Yesus Kristus menurut Santo Lukas 6:39-42.
Saudara/i terkasih dalam Tuhan, kata-kata Yesus hari ini terdengar keras dan tegas. Namun nasihat Yesus tersebut sejatinya bukan dilandasi kebencian, melainkan sebuah tawaran keselamatan supaya ahli-ahli Taurat tahu dan sadar akan kesalahan mereka sehingga dapat merubah hidup beragama dan bermasyarakat mereka.
Peristiwa ini mengingatkan saya akan sebuah kegiatan rutin di dalam angkatan sewaktu masih menjadi frater. Kegiatan rutin ini disebut corectio fraterna atau kegiatan mengevaluasi sesamanya dalam semangat kasih dan persaudaraan demi kebaikan sesamanya tersebut. Kegiatan ini bagi kami meneguhkan karena sebagai manusia kami menyadari bahwa ada bagian dari diri kami yang tidak kami ketahui tetapi diketahui oleh orang lain.
Kegiatan ini meneguhkan karena karena kami diundang untuk mengenali diri secara lebih menyeluruh melalui sikap rendah hati dan hati terbuka. Bila dalam kegiatan ini si pribadi justru menolak dan menutup diri, hal sebaliknya yang terjadi, ia akan semakin terkungkung dan rendah diri yang terungkap dalam sikap merasa paling benar dalam hidup bersama.
Undangan Yesus hari ini terdengar mudah, namun jujur kita akan menghadapi ketegangan untuk melakukan dan menjadikannya sebagai habitus di hidup kita. Gengsi dan rasa malu adalah benteng yang harus kita lalui karena dua sikap inilah yang justru membatasi kebesaran diri kita, sama seperti kaum Farisi dan para ahli Taurat yang mengeraskan hati terhadap teguran Yesus. Mengakui dan menerima bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna bukanlah sebuah hal yang memalukan. Hal ini mestinya kita syukuri karena Tuhan menggunakan orang-orang di sekitar kita untuk menghantar kita menjadi pribadi yang semakin berkembang ke arah positif.
Saudara/i yang baik, semoga Hati Kudus Yesus mengaruniakan rahmat supaya hati saya dan anda terbuka untuk bisa melihat kehadiran Tuhan yang menuntun kita untuk menjadi lebih baik melalui teguran dan nasihat yang mendatangi kita. Tuhan memberkati. Amin.
DOA PENGANTAR PERSEMBAHAN:
Allah Bapa yang mahamurah, terimalah kiranya persembahan ini yang kami unjukkan dengan rela hati pada peringatan Yohanes Krisostomus. Semoga kami seturut nasihatnya memuji Engkau dan menyerahkan diri seutuhnya kepada-Mu. Demi Yesus Kristus,…
ANTIFON KOMUNI – Yoh 15:16
Bukannya kalian yang memilih Aku, melainkan Aku yang memilih kalian. Kalian telah Kutetapkan agar pergi dan berhasil dan agar hasilmu tinggal tetap.
DOA SESUDAH KOMUNI:
Marilah berdoa: Allah Bapa yang maharahim, kami telah menyambut tubuh dan darah Kristus pada peringatan Santo Yohanes Krisostomus. Semoga sakramen ini memperteguh kami dalam cinta kasih-Mu serta menjadikan kami saksi-saksi setia Injil-Mu. Demi Kristus, …
DOANLOAD AUDIO RESI:
Resi-Jumat 13 September 2024 oleh Rm.Paskalis Aditya Wardana SCJ dari komunitas Seminari Menengah Santo Paulus Palembang – IndonesiaUnduh
Santo Yohanes Krisostomus
Greatest of the Greek Fathers, Golden-Mouth, Giovanni Crisostomo
Santo Yohanes Krisostomus lahir di Antiokhia pada tahun 349 M. Ayahnya adalah seorang perwira tinggi militer yang meninggal dunia beberapa waktu setelah ia dilahirkan. Yohanes dan saudara-sadaranya dibesarkan oleh sang ibu yang bernama Anthusa, seorang wanita kristen yang saleh dan bijaksana. Anthusa sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ia mengusahakan agar mereka memperoleh pendidikan dari guru-guru terbaik pada masa itu. Salah seorang guru yang membimbing Yohanes adalah Libanius, seorang ahli Sastra Yunani dan ahli retorika yang sangat terkenal.
Yohanes adalah seorang yang cerdas dan menonjol dalam Sastra dan Retorika. Jika ia berbicara, semua yang mendengar akan terpesona pada kata-katanya yang indah. Kecakapannya merangkai kata membuat ia dijuluki “Yohanes Krisostomus” atau “Yohanes si Mulut Emas”. Gurunya Libianius sangat menyayanginya. Ia berharap kelak Yohanes dapat menggantikan posisinya. Namun tidak demikian dengan Yohanes. Ia tidak tertarik untuk menapaki jalan duniawi yang membentang dihadapannya. Sejak kecil ia sudah bercita-cita untuk menjalani kehidupan religius dan memberikan diri seutuhnya pada Tuhan.
Yohanes lalu menjadi seorang pertapa dan menjalani pola hidup asketis yang sangat ekstrim. Dua tahun berikutnya ia hidup dalam kontemplasi dan merenungkan Firman Tuhan. Sebagai konsekuensi dari praktek-praktek ini, perut dan ginjalnya menjadi rusak permanen. Karena kesehatannya semakin memburuk dengan terpaksa dia kembali ke Antiokhia.
Tuhan rupanya mempunyai rencana lain bagi si Mulut Emas ini. Gagal melayani Tuhan sebagai pertapa; Yohanes bertekad menjadi seorang imam. Ia belajar Teologi dibawah bimbingan Uskup Diodorus dari Tarsus dan ditahbiskan sebagai diakon pada tahun 381 M oleh Santo Meletius. Lima tahun kemudian ia menerima tahbisan imamat di kota Anthiokia.
Imam Yohanes melayani umat di Antiokhia selama dua belas tahun (Tahun 386 – 397 M). Di Kota ini ia menjadi sangat terkenal karena keindahan kata-katanya saat berkotbah. Meskipun sering sakit-sakitan, namun Yohanes tetap melakukan begitu banyak karya yang mengagumkan. Ia berkhotbah satu atau dua kali sehari, memberi makan fakir miskin serta memberikan perhatian kepada para yatim piatu.
Pada musim gugur tahun 397 M, Yohanes diangkat menjadi Uskup Agung Konstantinopel. Umat di Anthiokia yang sangat mencintai Yohanes tidak rela melepaskannya pergi. Untuk mencegah huru-hara, ia harus meninggalkan kota itu dengan diam-diam menuju ibukota kerajaan Romawi Timur, Konstantinopel.
Uskup Agung Yohanes Krisostomus sangat mengasihi umatnya dan berusaha merangkul semua kalangan. Walau demikian ia tidak pernah kehilangan ketegasannya. Ia tidak pernah ragu untuk menegur mereka yang berbuat salah; bahkan ratu sekalipun. Sebuah tegurannya kepada Ratu Eudoxia, istri dari Kaisar Arcadius, karena gaya hidup yang amat mewah dan boros membuat ratu membencinya. Ratu bekerjasama dengan orang-orang yang memusuhi sang Patriark; lalu dengan fitnah keji mereka menuntut Yohanes dalam sebuah sidang sinode. Yohanes yang telah diftnah, dijatuhi hukuman pengasingan dan diusir dari Konstantinopel.
Namun belum lama berada di pengasingan, Yohanes dipanggil kembali oleh Kaisar Arcadius, karena terjadi kekacauan dan huru-hara di kalangan umat yang tidak rela Uskup Agung mereka diasingkan. Juga karena terjadi gempa bumi pada malam penangkapan sang uskup, yang membuat ratu Eudoxia takut bahwa ini adalah tanda murka Allah. Ratu lalu mendesak Kaisar untuk memanggil kembali Uskup Agung Yohanes dan memulihkan namanya.
Namun perdamaian antara ratu dan sang Uskup Agung berumur pendek. Suatu hari Eodoxia yang gila hormat itu mendirikan patung dirinya yang terbuat dari perak di Augustaion, dekat Katedral Keuskupan. Santo Yohanes mengecam perbuatannya dan dalam kotbahnya ia berbicara dengan bahasa kiasan yang pedas : “Sekali lagi Herodias berulah, sekali lagi dia bermasalah, ia menari lagi, dan muncul lagi keinginannya untuk menerima kepala Yohanes dalam sebuah nampan” Kata-kata ini mengacu pada kisah kematian Santo Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12). Karena kecamannya ini sekali lagi Uskup Agung Yohanes dibuang; kali ini ke Kaukasus di Armenia.
Dihadapkan pada hukuman pengasingan; Yohanes menulis surat tentang keadaannya masing-masing kepada Paus Innosensius I di Roma, kepada Uskup Milan, Venerius dan kepada Uskup Aquileia, Chromatius. Dari Roma Paus memprotes keras hukuman pembuangan terhadap Patriark Yohanes. Namun Kaisar yang berada dibawah pengaruh ratu sama sekali tidak peduli. Pada tahun 405 M Paus mengirim delegasi ke Konstantinopel untuk meminta pertimbangan Kaisar atas hukuman Santo Yohanes. Namun delegasi yang dipimpin oleh Santo Gaudensius ini dihadang berbagai kesulitan dan tidak pernah sampai ke Konstantinopel.
Yohanes Krisostomus tidak pernah sampai ke tempat pembuangannya yang kedua. Dalam perjalan ia menderita sakit demam dan akhirnya meninggal dunia di Cormana, Pontus pada tanggal 14 September 407 M. Kata-kata terakhirnya adalah, “δόξα τῷ θεῷ πάντων ἕνεκεν” (Mahasuci Allah atas segala sesuatu). Hujan es dan angin ribut yang dahsyat menyerang kota Konstantinopel beberapa saat setelah ia menutup mata. Empat hari kemudian, Ratu jahat Eudoxia ditemukan telah meninggal dunia. Putera Mahkota kemudian datang ke Carmona untuk menghormati jenasah Santo Yohanes dan menunjukkan betapa ia menyesal atas apa yang telah diperbuat ibunya.
Santo Yohanes Krisostomus semula dimakamkan di Carmona. Pada tahun 438 M, tiga puluh tahun setelah kematiannya, Relikwi pahlawan iman ini dipindahkan ke Konstantinopel melalui sebuah prosesi kenegaraan oleh putra Ratu Eudoxia itu, yang saat itu telah menjadi Kaisar Theodosius II.
Pada tahun 1204, para Kesatria Salib (Crusaders) yang sedang dalam perjalanan menuju medan Perang Salib di tanah suci Yerusalem, memasuki kota Konstantinopel. Sangat disesalkan, para crusaders ini kemudian membuat huru-hara dan menjarah ibukota kekaisaran Romawi Timur tersebut. Mereka merampok makam Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Gregorius, lalu membawa pergi relikwi dua bapa Gereja itu ke Roma.
Pada bulan Juni tahun 2004, delapan ratus tahun setelah peristiwa “Penjarahan Konstantinopel”, Paus Yohannes Paulus II secara resmi meminta maaf kepada Gereja Orthodox atas peristiwa memalukan tersebut. Selanjutnya pada bulan November 2004 Paus mengembalikan relikwi Santo Yohanes Krisostomus dan Santo Gregorius ke Gereja Orthodox. Patriark Konstantinopel saat itu (Patriark Bartholomew) menerima penyerahan Relikwi dua orang Bapa Gereja ini pada 27 November 2004 dalam sebuah upacara resmi di Basilika Santo Petrus di Roma. Relikwi kedua orang suci tersebut dibawa kembali ke Konstantinopel dan disemayamkan di Gereja Santo Georgius Konstantinopel (Istambul) Turki.
Arti Nama
Yohanes : berasal dari nama Yunani Ιωαννης (Ioannes), yang aslinya berasal dari nama Ibrani יוֹחָנָן (Yochanan) yang berarti “YAHWEH Maha pengasih“, “Allah Maha Baik”
Krisostomus : Bermulut emas. Berasal dari bahasa Yunanichrysos: “Emas” dan stoma“mulut”
Makasih Romo
Trimakasih Mo renungannya 🙏🏻
Semoga bersama Tuhan dna sesama hati kita semakin dimurnikan 😇