Senin, 23 September 2024 – Peringatan Wajib St. Padre Pio dari Pietrelcina – Imam

Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang Cempedak – Jakarta Timur

 
 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 16:5-6

Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.

PENGANTAR:

Padre Pio (Pius) lahir di Pietrelcina dekat Benevento (Italia) pada tahun 1887. Dia masuki Ordo Fransiskan Kapusin dan karena kebaikannya kemudian dipromosikan menjadi imam. Ia mengabdikan hidupnya menjadi imam dengan cukup baik di biara San Giovanni Rotondo di Puglia. Dengan doa dan kerendahan hati ia melayani umat dalam nasehat rohani, pengakuan doa, perawatan khusus bagi orang sakit dan papa. Semua dilakukannya untuk pengabdian kepada Kristus yang tersalib. Dia menyelesaikan perjalanan duniawinya pada tanggal 23 September 1968.

DOA PEMBUKA:

Marilah bedoa: Allah Bapa, sumber segala kehidupan, berkenanlah membantu kami agar dapat berpegang teguh pada putra-Mu, melaksanakan sabda-Nya dan mewujudkan kedamaian-Mu. Sebab Dialah Tuhan ….

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Amsal 3:27-34

“Orang yang sesat adalah hujatan bagi Tuhan.”

Anakku, janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu. Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya, karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya. Apabila Ia menghadapi pencemooh, maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihani-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan. U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 15:2-3a.3cd-4ab.5

Ref. Tuhan siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci?

  1. Yaitu orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatina; yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya.

  2. Yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tercela, tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang bertakwa.

  3. Yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba, dan tidak menerima suap melawan orang yang bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.

BAIT PENGANTAR INJIL: 

U : Alleluya, alleluya

S : (Mat 5:16) Hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuji Bapamu yang di surga.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 8:16-18

“Pelita ditempatkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk dapat melihat cahayanya.”

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

Demikianlah Sabda Tuhan. U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah hati Yesus melalui Hati Maria.

Saudari-saudara yang dicintai dan mencintai Hati Kudus Yesus.. Salam jumpa bersama saya Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia. dalam Resi (Renungan singkat) Edisi Senin, 23 September 2024, Senin Biasa pekan yang 25. Semoga Belas Kasih dan Kerahiman dari Hati Yesus yang Maha Kudus memberkati anda semua. Amin. 

Tema Resi kita kali ini adalah: “Menjadi terang Kristus dala kesetiaan dan pelayanan.” Namun sebelumnya, marilah kita persiapakan hati dan budi kita dan kita awali permenungan kita dengan tanda kemenangan kristus. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus..

Saudara-saudari yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus, hari ini Tuhan Yesus memberikan pengajaran tentang terang yang tidak boleh disembunyikan. Kita juga mendapatkan inspirasi dan teladan hidup Santo Padre Pio, seorang pria yang hidupnya dipenuhi dengan kasih dan pengorbanan. Melalui sabda Tuhan dan teladan hidup santo Padre Pio, kita dipanggil untuk menyadari panggilan kita sebagai terang dunia dan hidup seturut kehendak Tuhan. Lalu apa yang bisa kita pelajari. Saya menawarkan 2 hal saja:

  1. Terang Kristus dalam Hidup Kita Harus Dipancarkan: Yesus mengingatkan kita bahwa tidak ada orang yang menyalakan lampu lalu menyembunyikannya di bawah bejana atau tempat tidur. Terang harus diletakkan di tempat yang tinggi agar semua orang dapat melihat. Hal ini mengajarkan kita bahwa iman dan kasih yang kita terima dari Kristus harus kita bagikan kepada orang lain melalui perbuatan kita. Santo Padre Pio adalah contoh luar biasa dalam hal ini. Dengan hidup yang penuh doa, pengorbanan, dan pelayanan kepada sesama, Padre Pio tidak hanya memancarkan terang Tuhan, tetapi juga menuntun banyak jiwa kembali kepada Kristus. Hidupnya menunjukkan kepada kita bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi terang, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan nyata dalam kasih dan pelayanan.

  2. Ketaatan dan Kesetiaan dalam Panggilan: Yesus juga mengatakan bahwa siapa yang setia dalam mendengarkan dan menjalankan Firman Tuhan akan menerima lebih banyak. Santo Padre Pio dikenal karena kesetiaannya yang luar biasa kepada Tuhan, bahkan di tengah penderitaan fisik dan spiritual. Ia menunjukkan bahwa melalui ketaatan dan kesetiaan dalam panggilan kita, Tuhan akan menambahkan rahmat dan berkat yang melimpah. Santo Padre Pio, meskipun mengalami banyak pencobaan, tetap setia kepada panggilan imamatnya, terutama dalam mendengarkan pengakuan dosa dan berdoa bagi orang lain. Kesetiaan seperti ini menunjukkan bahwa ketika kita menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, Dia akan menggunakannya untuk membawa terang bagi banyak orang.

Saudari-saudara sahabat Resi Dehonian yang terkasih, marilah kita belajar dari Yesus melalui Injil hari ini, dan meneladani Santo Padre Pio yang menjadi terang bagi dunia melalui kesetiaan dan kasihnya kepada Tuhan. Semoga kita juga mampu menjadi terang bagi sesama, dengan setia menjalankan panggilan kita dan membagikan kasih Tuhan melalui tindakan nyata. Semoga Tuhan senantiasa memberi kita kekuatan dan hikmat untuk terus memancarkan terang-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.

Semoga Hati Kudus Yesus semakin merajai hati kita sehingga kita menjadi terang bagi dunia dan semoga hidup kita juga memancarkan kasih dan kebenaran-Nya, sehingga orang-orang di sekitar kita dapat merasakan kehadiran Tuhan melalui tindakan-tindakan kasih yang kita lakukan.. Tuhan memberkati. Berkah Dalem. Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN: 

Allah Bapa yang kekal dan kuasa, semoga sabda-Mu Kautampakkan dalam roti anggur ini, agar dapat kami santap dan kami minum serta memperoleh kedamaian sejati. Demi Kristus ….

ANTIFON KOMUNI – Bdk. Mat 19:28-29

Aku bekata kepadamu: “Kalian yang meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Aku, , akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.

DOA SESUDAH KOMUNI:

Marilah berdoa: Allah Bapa sumber kehidupan iman, taburkanlah benih sabda-Mu di dalam hati kami dan perkenankanlah tumbuh dan menghasilkan buah demi kebahagiaan semua orang di dunia, demi kedamaian yang sangat kami dambakan. Demi Kristus, ….

DOWNLOAD AUDIO RESI:

St. Padre Pio dari Pietrelcina: Turut menderita bersama Kristus untuk mendoakan sesama

Padre Pio lahir tanggal 2 Mei 1887 di Pietrelcina, sebuah kota kecil di Italia selatan. Orangtuanya bernama Guiseppa dan Gracio Forgione. Ia dibaptis sehari setelah kelahirannya, dengan nama baptis Francesco. Francesco mempunyai seorang kakak laki-laki dan tiga adik perempuan. Keluarga Forgione adalah keluarga yang saleh, yang menempatkan Tuhan di atas segalanya. Mereka menghadiri Misa setiap hari, berdoa Rosario setiap malam dan berpantang tiga kali seminggu. Meskipun buta huruf, orangtua Francesco hafal Kitab Suci dan menceritakan kisah-kisah Kitab Suci kepada anak-anak mereka. Walaupun miskin secara materi, keluarga Forgione sungguh kaya dalam hal iman dan kasih akan Tuhan.

Sejak kanak-kanak, Francesco telah menunjukkan tanda-tanda kesalehan yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia menyerahkan dirinya untuk Tuhan Yesus. Francesco adalah seorang anak pendiam yang gemar berdoa dan ke gereja. Ia dapat melihat dan bercakap-cakap dengan malaikat pelindungnya, juga dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Ketika berumur 10 tahun, Francesco mengalami panggilan untuk menjadi seorang imam dan ia menyatakannya kepada kedua orangtuanya. Orangtuanya lalu pergi kepada komunitas Capuchin di Morcone, 13 mil di utara Pietrelcina, untuk menanyakan kesediaan mereka menerima Francesco. Francesco diterima, namun sebelumnya harus menempuh pendidikan lebih tinggi di sekolah umum. Karena itu, ayahnya pergi ke Amerika untuk bekerja, agar dapat membiayai guru untuk mendidik Francesco. Akhirnya di usia 15 tahun, Francesco masuk biara Capuchin. Ia mengambil nama Pio, untuk menghormati St. Pius V, Santo pelindung Pietrelcina. Ia dipanggil dengan sebutan Fratello (bruder), sampai  ditahbiskan menjadi imam.

Padre Pio ditahbiskan tanggal 10 Agustus 1910. Perayaan Ekaristi baginya adalah pusat kehidupannya. Sering dalam perayaan Misa yang dipimpinnya, ia masuk dalam keheningan kontemplatif di berbagai bagiannya, sehingga Misa tersebut berakhir setelah beberapa jam. Betapa dalamnya ia menghidupi Kisah Sengsara Kristus. Umat sangat terkesan akan kesalehannya, dan banyak orang berdatangan untuk meminta nasehatnya.

Selanjutnya, karena kesehatan Padre Pio yang kurang baik, ia dikirim pulang ke rumahnya dari tahun 1911 sampai 1916. Namun demikian, Padre Pio tetap mempertahankan kehidupan membiara, tetap mempersembahkan Misa dan mengajar di sekolah. Kesehatan Padre Pio tidaklah baik di sepanjang hidupnya. Tidak diketahui penyebab dari penyakit yang panjang yang dialami oleh Padre Pio, namun ia mempersembahkan semua penderitaannya kepada Tuhan sebagai kurban silih bagi pertobatan jiwa-jiwa.

Tanggal 4 September 1916, Padre Pio ditugaskan di San Giovanni Rotondo, yang terletak di pegunungan Gargano. Ia bergabung dalam komunitas Capuchin, Our Lady of Grace. Padre Pio mempunyai banyak anak rohani. Ia memberi lima syarat untuk pertumbuhan rohani, yaitu: menerima Sakramen Pengakuan dosa seminggu sekali, setiap hari menerima Komuni, membaca bacaan rohani, melakukan meditasi dan pemeriksaan batin. Moto Padre Pio adalah, “Berdoa, berharap, dan jangan khawatir”. Padre Pio dikenal sebagai seorang pendoa. Doanya sangat sederhana, namun didoakan nyaris tanpa henti. Ia menyukai doa Rosario dan menganjurkan anak-anak rohaninya untuk berdoa rosario. Ketika ditanya apakah warisan yang ingin ditinggalkannya kepada mereka, jawabnya sederhana, “Berdoalah Rosario.”

Di bulan Juli 1918, Paus Benediktus XV meminta semua orang Kristen berdoa bagi berakhirnya Perang Dunia. Padre Pio mempersembahkan dirinya sebagai silih untuk intensi tersebut. Beberapa hari kemudian—tanggal 5-7 Agustus—Padre Pio mendapat suatu penglihatan. Kristus menampakkan diri dengan lambung-Nya yang terluka. Setelah itu, Padre Pio memperoleh luka fisik di lambungnya. Padre Pio mengalami pengalaman kesatuan kasih dengan Kristus yang sedemikian mendalam, sehingga ia turut mengalami luka-luka serupa yang dialami oleh Kristus. Beberapa minggu kemudian, yaitu tanggal 20 September 1918, ketika sedang berdoa di balkon koor di gerejanya, penglihatan akan Kristus itu kembali muncul. Padre Pio mengalami suka cita tak terkatakan dari pengalaman persatuannya dengan Kristus. Setelah pengalaman itu, Padre Pio menerima stigmata, yaitu lima luka-luka Kristus. Ia menjadi imam pertama yang memperoleh stigmata dalam sejarah Gereja. Dengan kepasrahan dan ketenangan, ia menanggung sakit luka-luka di tangan, kaki, dan lambungnya, yang bertahan sampai sekitar 50 tahun.

Tak lama kemudian, tersiarlah kabar tentang stigmata Padre Pio. Orang-orang berdatangan, termasuk para dokter, untuk memeriksa luka-luka Padre Pio. Padre Pio tidak tertarik kepada hasil pemeriksaan para dokter. Ia menerima luka-luka itu sebagai hadiah dari Tuhan, walaupun ia sebenarnya memilih untuk dapat mengambil bagian dalam sengsara Kristus tanpa diketahui oleh orang lain. Namun Tuhan menggunakan pengalaman Padre Pio itu untuk memberi harapan kepada banyak orang setelah perang. Tuhan menggunakan Padre Pio sebagai alat-Nya untuk memimpin banyak orang kembali kepadaNya. Karunia-karunia rohani Padre Pio—yaitu stigmata, nubuat, menyembuhkan, mendatangkan mukjizat, mengetahui isi hati orang, berbicara dalam bahasa baru yang tak pernah dipelajarinya, mengeluarkan bau harum, bilokasi—adalah tanda kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Kehidupan biara di gereja Our Lady of Grace berjalan seputar pelayanan Padre Pio. Para imam menangani surat menyurat dan memberi sakramen Pengakuan Dosa. San Giovanni Rotondo pun menjadi tempat ziarah. Padre Pio juga aktif bekerja selama 19 jam sehari: memimpin Misa, memberi Sakramen Pengakuan Dosa, dan menangani surat menyurat. Ia hanya tidur kurang dari 2 jam setiap hari. Di biara, Padre Pio menghidupi spiritualitas Fransiskan, dalam kemiskinan dan ketidakterikatan dengan diri sendiri, harta milik dan kenyamanan. Ia menyukai kebajikan kemurnian dan selalu bersahaja. Sepanjang hidupnya ia mempertobatkan ribuan orang untuk kembali kepada Tuhan.

Namun rupanya ada sejumlah orang yang tidak menyukai perkembangan pengaruh rohani Padre Pio kepada umat. Mereka mengajukan tuduhan terhadapnya ke pihak Tahta Suci di Vatikan sehingga  di bulan Juni 1922, diberlakukan sejumlah pembatasan terhadap pelayanan Padre Pio. Tapi syukurlah, di tahun 1933, Paus Pius XI mengangkat semua pembatasan itu, dan mengakui bahwa ia telah menerima informasi yang salah tentang Padre Pio. Setelah itu sedikit demi sedikit Padre Pio kembali diizinkan untuk melayani umat. Ia diperbolehkan kembali memberikan Sakramen Pengakuan Dosa dan berkhotbah. Di tahun 1939 Paus Pius XII mendorong umat untuk mengunjungi Padre Pio, dan karena itu umat kembali berdatangan untuk berziarah ke sana.

Tahun 1940, Padre Pio mulai merintis pembangunan rumah sakit yang dinamainya “Rumah untuk mengangkat penderitaan”. Sedikit demi sedikit ia menerima sumbangan dana dari berbagai pihak, sehingga bangunan tersebut akhirnya dapat berdiri di tahun 1956. Di tahun 1960, kesehatan Padre Pio semakin menurun. Namun ia tetap memimpin Misa setiap hari dan memberikan Sakramen Pengakuan Dosa. Di peringatan ke-50 tahun stigmatanya— yaitu 20 September 1968—Padre Pio mempersembahkan Misa, berdoa Rosario bersama, dan memberi berkat Sakramen Mahakudus. Sesaat setelah tengah malam, di tanggal 23 September di tahun yang sama, Padre Pio memanggil imam superiornya dan melakukan pengakuan dosanya yang terakhir. Ia memperbaharui kaul kemiskinan, kemurnian, dan ketaatannya. Pukul 2.30, Padre Pio wafat. Seperti dinubuatkannya sendiri, Padre Pio mengalami sakit sepanjang hidupnya, namun wafat dalam keadaan sehat, sembuh dari luka-luka stigmatanya. Padre Pio wafat di usia 81 tahun. Kata-kata terakhirnya adalah “Yesus, Maria”, yang diulanginya terus sampai ajal menjemputnya.

Tanggal 26 September 1968, lebih dari seratus ribu orang datang ke San Giovanni Rotondo untuk memberi penghormatan terakhir kepada Padre Pio. Ia dimakamkan di lantai bawah gereja Our Lady of Grace. Ia dikanonisasikan sebagai Santo oleh St. Paus Yohanes Paulus II tanggal 16 Juni 2002. Keseluruhan hidup Padre Pio menggenapi apa yang ditulis Rasul Paulus, “…Aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24). 

Sumber: https://www.katolisitas.org/unit/st-padre-pio-dari-pietrelcina-turut-menderita-bersama-kristus-untuk-mendoakan-sesama/

1 Comment

  • Firmus dega September 23, 2024 at 8:37 am

    Makasih Romo

    Reply

Leave a Comment