Selasa, 11 Februari, 2025 – Hari Biasa Pekan V (Hari Orang Sakit Sedunia ke 32)

Rm. Robertus Susilo Haryono SCJ dari Komunitas Seminari Menengah St. Paulus Palembang – Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 8:2a

Tuhan Allah kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh dunia!⁣⁣

PENGANTAR⁣: 

Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan. Segalanya diserah kan oleh Allah kepadanya. Manusia berkuasa menjadi lukisan mirip Allah. Dan manusia bertugas mengembangkan alam cip taan. Injil pun mengajak kita menyempurnakan alam ciptaan berdasarkan keyakinan, bukan karena hukum atau perintah.⁣

DOA KOLEKTAN:

Marilah berdoa: Allah Bapa mahakuasa, sabda-Mu yang kuasa telah menciptakan alam semesta. Kami mohon, jagalah dan lindungilah hidup kami dan perkenankanlah kami mengalami daya sabda-Mu itu. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami, yang….⁣

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Kejadian 1:20-2:4a

“Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita.”

Ketika menciptakan alam semesta, Allah bersabda, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, sabda-Nya, “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Jadilah petang dan pagi: hari kelima. Bersabdalah Allah, “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata serta segala jenis binatang liar.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar, segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Bersabdalah Allah, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara; atas ternak dan atas seluruh bumi, serta atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah bersabda kepada mereka, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Bersabdalah Allah, “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah akan menjadi makananmu. Sedang kepada segala binatang di bumi dan burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demiian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi beserta segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Maka brhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 8:4-5.6-7.8-9

Ref. Betapa megah nama-Mu Tuhan, di seluruh bumi.

  1. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

  2. Kauciptakan dia hampir setara dengan Allah, Kaumahkotai dengan kemuliaan dan semarak. Kauberi dia kuasa atas perbuatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kautundukkan di bawah kakinya.

  3. Domba, sapi dan ternak semuanya, hewan di padang dan margasatwa; burung di udara dan ikan di laut, dan semua yang melintasi arus lautan.

Bait Pengantar Injil

U : Alleluya
S : Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus 7:1-13

“Kamu mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati!’ Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya. Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”
Demikianlah Sabda Tuhan 
U. Terpujilah Kristus. 

RESI DIBAWAKAN Rm. Robertus Susilo Haryono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Pendengar Resi yang terkasih berjumpa kembali dengan saya Romo Susilo SCJ dari komunitas SCJ Seminari St. Paulus Palembang, dalam Resi Dehonian edisi Selasa, 11 Februari 2025.

Pandengar terkasih “ Munafik”  menurut kamus artinya adalah pura-pura, tidak menerangkan sesuai dengan yang sebenarnya. Orang munafik berarti orang yang berpura-pura baik, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Motivasi mereka melakukan perbuatan  untuk memperoleh pujian dari orang lain. Jika perbuatan mereka tidak mendapat pujian atau aprisiasi maka mereka akan merasa sakit hati.

Yesus tidak suka dengan kepalsuan yang ditampilkan oleh para ahli kitab dan orang orang Farisi Ia menegur keras orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menampilkan kemunafikan. Yesus menolak sikap sok suci yang tidak menceminkan penghayatan hidup yang sebenarnya. Praktek hidup yang semacam itu hanya membani diri sendiri dan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Para pendengar terkasih, melalui perikopa ini Injil Markus 7:1-13 ini  kita diajak untuk selalu menampilkan hidup yang jujur, asli, hidup tanpa kepalsuan. Hidup orang beriman akan nyaman dan damai bila hidupnya tanpa kepalsuan.  

Para pendengar resi yang terkasih marilah kita mohon rahmat Nya, agar kita mampukan untuk hidup yang baik, hidup apa adanya dan rendah hati.  Mari kita juga mohon pertolongan supaya kemunafikan itu dijauhkan dari hidup kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN⁣: 

Allah Bapa pencipta alam semesta, berkat roti anggur ini, berkat Yesus Putra Mu terkasih, tunjukkanlah kepada kami daya cipta-Mu dan berilah kami kekuatan hidup baru. Demi Kristus, …⁣⁣

ANTIFON KOMUNI – Mazmur 8:45

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang yang Kaupasang: Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?⁣⁣

DOA SESUDAH KOMUNI:

Marilah berdoa: Allah Bapa mahakuasa, kami bersyukur telah Kauciptakan menjadi ciptaan hidup. Semoga kami subur dalam kebaikan serta kebebasan sejati dan Kaujadikan anugerah bagi sesama kami. Demi Kristus,..

DOWNLOAD AUDIO RESI:

PESAN PAUS FRANSISKUS
UNTUK HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-33
11 FEBRUARI 2025

 

“Pengharapan tidak mengecewakan” (Rm 5:5)
dan menjadikan kita kuat dalam percobaan

Saudara/i terkasih,

Kita merayakan Hari Orang Sakit Sedunia ke-33 dalam Tahun Yubileum 2025, di mana Gereja mengundang kita untuk menjadi “peziarah pengharapan”. Dalam peziarahan ini, Sabda Allah menyertai kita melalui pesan yang membesarkan hati dari St. Paulus: “Pengharapan tidak mengecewakan” (Rm 5:5); karena pengharapan itu menguatkan kita di saat-saat pencobaan.

Pesan itu sungguh menghibur, tetapi juga bisa membingungkan, khususnya bagi mereka yang sedang menderita. Misalnya saja, bagaimana kita bisa menjadi kuat ketika tubuh kita diserang penyakit yang parah dan melemahkan, bahkan memerlukan biaya perawatan mahal di luar kemampuan kita? Bagaimana kita kuat ketika, selain berhadapan dengan penderitaan kita sendiri, kita pun melihat orang-orang yang kita kasihi, meskipun dekat dengan kita, namun mereka merasa tidak berdaya untuk membantu kita? Dalam beragam situasi seperti ini, kita membutuhkan penopang yang lebih besar daripada diri kita sendiri: kita membutuhkan pertolongan Tuhan, kasih karunia-Nya, Penyelenggaraan Ilahi-Nya, dan kekuatan itu merupakan karunia Roh-Nya (bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1808).

Marilah kita sejenak berhenti untuk merenungkan kehadiran Allah yang dekat bagi mereka yang menderita, melalui tiga cara khusus: melalui perjumpaananugerah, dan berbagi.

1. Perjumpaan. Pada waktu Yesus mengutus tujuh puluh dua murid-Nya untuk pergi menjalankan misi (bdk. Luk 10: 1–9), Ia menyuruh mereka untuk mewartakan kepada orang sakit: “Kerajaan Allah sudah dekat padamu” (ayat 9). Dengan kata lain, Ia meminta para murid-Nya untuk merengkuh peristiwa penderitaan sebagai kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan, betapapun hal itu amat menyakitkan dan tidak dapat dipahami. Pada saat sakit, di satu sisi kita merasakan kerapuhan manusiawi kita pada tingkat fisik, psikologis, dan spiritual, dan di sisi lain kita mengalami kedekatan dan belas kasih Allah, yang, dalam diri Yesus, ikut ambil bagian dalam penderitaan kita. Allah tidak mengabaikan kita dan sering kali membuat kita takjub dengan kegigihan dan keuletan yang tidak pernah kita duga bisa memilikinya, dan tidak akan pernah kita temukan sendiri.

Dengan demikian, sakit menjadi peluang perjumpaan transformatif, penemuan batu karang kokoh, di mana kita bisa berpijak dengan teguh di tengah badai kehidupan. Meskipun pengalaman ini menuntut pengorbanan, namun menjadikan kita semua semakin kuat, karena menyadarkan kita bahwa kita tidak sendirian. Untuk itu dikatakan bahwa penderitaan selalu membawa serta misteri keselamatan, karena membuat kita mengalami kehadiran Allah yang nyata, dekat dan menghibur, hingga ”mengenal kepenuhan Injil dengan segala janji dan hidupnya” (St. Yohanes Paulus II, Diskursus kepada Kaum Muda, New Orleans, 12 September 1987).

2. Hal ini menuntun refleksi kedua kita: yaitu anugerah. Tak pernah terjadi di tempat lain seperti dalam penderitaan, bahwa peristiwa ini membuat kita tersadar, bahwa setiap pengharapan berasal dari Allah. Maka pertama-tama, ini merupakan anugerah yang harus direngkuh dan diolah, dengan tetap “setia pada kesetiaan Allah” seiring ungkapan indah dari Madeleine Delbrêl (bdk. Pengharapan adalah terang dalam kegelapan, Vatikan 2024, Prefasi)

Sesungguhnya, hanya dalam kebangkitan Kristus lah, setiap aspek kehidupan kita memiliki cakrawala tak berbatas dari keabadian. Hanya di dalam misteri Paskah, kita memperoleh kepastian bahwa tak suatupun “baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, baik kuasa-kuasa yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah” (Rm 8: 38–39). Dari “Pengharapan besar” ini terpancar secercah cahaya, yang membantu kita melampaui berbagai cobaan dan rintangan hidup (bdk. Benediktus XVI, Spe Salvi, 27, 31). Tidak hanya itu. Tuhan yang bangkit berkenan berjalan di samping kita sebagai sahabat seperjalanan, seperti yang Ia lakukan bersama para murid di jalan menuju Emaus (bdk. Luk 24: 13–53). Seperti mereka, kita pun dapat berbagi kecemasan, kekhawatiran, dan kekecewaan kita kepada-Nya. Kita bisa mendengarkan sabda-Nya, yang mencerahkan dan menghangatkan hati kita dan mengenali kehadiran-Nya dalam pemecahan roti seperti mereka, sembari menangkap “Yang Lain” dalam keberadaan-Nya bersama kita, -meskipun dalam keterbatasan masa kini, yang menganugerahkan keberanian dan kepastian.

3. Sekarang kita sampai pada aspek ketiga, yakni berbagi. Tempat di mana orang mengalami penderitaan adalah tempat berbagi, di mana diperkaya satu sama lain. Seberapa sering, ketika berada di samping tempat tidur orang sakit, kita belajar untuk berharap! Seberapa sering, ketika dekat dengan mereka yang menderita, kita belajar untuk beriman! Seberapa sering, ketika kita merawat mereka yang membutuhkan, kita menemukan kasih! Kita menyadari bahwa kita adalah “malaikat“ pengharapan dan utusan Tuhan bagi sesama, kita semua bersama-sama: baik itu pasien, dokter, perawat, anggota keluarga, teman, imam, maupun biarawan-biarawati; di mana pun kita berada, baik itu di dalam keluarga atau klinik, panti jompo, rumah sakit ataupun pusat pelayanan kesehatan.

Dan penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana memahami keindahan serta ruang lingkup perjumpaan rahmat ini dan belajar melukiskannya dalam jiwa agar tidak melupakannya. Menjaga dalam hati senyum lemah lembut seorang perawat, tatapan penuh syukur dan rasa percaya seorang pasien, raut muka dokter dan relawan yang penuh kepedulian dan pengertian, atau raut wajah penantian sambil harap-harap cemas dari salah satu pasangan, seorang anak dan cucu atau sahabat. Ini semua merupakan terang yang sangat mahal. Bahkan di tengah kegelapan pencobaan, terang ini tidak hanya memberi kekuatan, tetapi juga mengajarkan cita rasa hidup yang sebenarnya, dalam kasih dan persaudaraan (bdk. Luk 10: 25–37).

Saudara-saudari yang terkasih, khususnya mereka yang sedang sakit, yang peduli dan memberikan bantuan terhadap mereka yang menderita, dalam tahun Yubileum ini Saudara/i memainkan peran yang sangat penting. Perjalanan Anda bersama merupakan tanda bagi semua orang: “sebuah kidung bagi martabat manusia, sebuah madah pengharapan” (Spes Non Confundit, 11), di mana alunannya terdengar jauh melampaui tempat tidur dan bangsal-bangsal perawatan di mana Anda berada, sembari merangsang dan mendorong dalam kasih “paduan suara seluruh masyarakat” (ibid.), dalam harmoni yang terkadang sulit dicapai, namun justru karena sangat menawan dan kokoh, mampu membawa cahaya dan kehangatan di tempat yang paling dibutuhkan.

Seluruh Gereja berterima kasih kepada Saudara/i sekalian atas hal ini! Saya juga berterimakasih dan berdoa sembari mempercayakan Anda Kepada Bunda Maria, Bunda Kesehatan bagi Orang Sakit, dalam rangkaian kata yang dicurahkan oleh banyak saudara dan saudari kita kepadanya di saat-saat mereka membutuhkan:

”Santa Maria, Bunda Yesus, kami berlindung padamu
Janganlah mengabaikan doa kami
Bila kami dirundung nestapa
Bebaskanlah kami selalu dari segala Mara bahaya
Ya Perawan yang terpuji“

Saya memberkatimu, beserta keluarga dan orang-orang terkasih, dan saya mohon, jangan lupa untuk mendoakan saya.

Roma, St. Yohanes Lateran, 14 Januari 2025

FRANSISKUS

 

Sumber: https://www.dokpenkwi.org/pesan-paus-fransiskus-untuk-hari-orang-sakit-sedunia-ke-33/

1 Comment

  • Firmus dega Februari 11, 2025 at 8:16 am

    Makasih Romo

    Reply

Leave a Comment