
Rm. Gregorius Virdiawan Mubin SCJ dari Komunitas SCJ Palembang – Indonesia
AUDIO RESI:
ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 16:5-6
Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku.
PENGANTAR:
Padre Pio (Pius) lahir di Pietrelcina dekat Benevento (Italia) pada tahun 1887. Dia masuki Ordo Fransiskan Kapusin dan karena kebaikannya kemudian dipromosikan menjadi imam. Ia mengabdikan hidupnya menjadi imam dengan cukup baik di biara San Giovanni Rotondo di Puglia. Dengan doa dan kerendahan hati ia melayani umat dalam nasehat rohani, pengakuan doa, perawatan khusus bagi orang sakit dan papa. Semua dilakukannya untuk pengabdian kepada Kristus yang tersalib. Dia menyelesaikan perjalanan duniawinya pada tanggal 23 September 1968.
DOA KOLEKTAN:
Marilah bedoa: Allah Bapa, sumber segala kehidupan, berkenanlah membantu kami agar dapat berpegang teguh pada putra-Mu, melaksanakan sabda-Nya dan mewujudkan kedamaian-Mu. Sebab Dialah Tuhan ….
BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Ezra 6:7-8.12b.14-20
“Mereka mentahbiskan rumah Allah dan merayakan Paskah.”
Pada waktu itu Darius, raja Persia, memerintahkan kepada para bupati di derah seberang Sungai Efrat, sebagai berikut, “Jangan menghalangi pekerjaan membangun rumah Allah itu. Bupati dan para tua-tua orang Yahudi boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang semula. Lalu aku telah mengeluarkan perintah tentang apa yang harus kalian perbuat terhadap para tua-tua Yahudi mengenai pembangunan rumah Allah itu. Dengan saksama dan tanpa bertangguh mereka harus diberi biaya dari penghasilan kerajaan yaitu dari upeti daerah seberang Sungai Efrat. Aku, Darius, yang mengeluarkan perintah ini; hendaklah dilakukan dengan saksama.” Maka para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan rumah Tuhan dengan lancar, digerakkan oleh nubuat Nabi Hagai dan Nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja negeri Persia. Maka selesailah rumah itu pada hari yang ketiga bulan Adar, yakni pada tahun yang keenam pemerintahan Raja Darius. Maka orang Israel, para imam, orang-orang Lewi dan orang-orang lain yang pulang dari pembuangan, merayakan pentahbisan rumah Allah dengan sukaria. Untuk pentahbisan rumah Allah itu mereka mempersembahkan lembu jantan seratus ekor, anak domba empat ratus ekor, dan domba jantan dua ratus ekor; juga kambing jantan sebagai kurban penghapus dosa bagi seluruh orang Israel, dua belas ekor, menurut bilangan suku Israel. Mereka juga menempatkan para imam pada golongan-golongannya, dan orang-orang Lewi pada rombongan-rombongannya, untuk melakukan ibadah kepada Allah yang diam di Yerusalem, sesuai dengan yang tertulis dalam Kitab Musa. Dan pada tanggal empat belas bulan pertama mereka yang pulang dari pembuangan itu merayakan Paskah. Para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri sehingga tahirlah mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua orang yang pulang dari pembuangan, dan bagi saudara-saudara mereka, yakni para imam, dan bagi dirinya sendiri.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
MAZMUR TANGGANGAPAN: Mazmur 122.1-2.4-5.6-7;8-9
Ref. ‘Ku menuju ke altar Allah dengan sukacita.
-
Ku bersukacita waktu orang berkata kepadaku: Mari kita pergi ke rumah Tuhan. Sekarang kaki kami berdiri di gerbangmu, hai Yerusalem.
-
Kepadamu suku-suku berziarah, yakni suku-suku Tuhan, untuk bersyukur pada nama Tuhan sesuai dengan peraturan.
-
Berdoalah agar Yerusalem sejahtera “Damai bagi orang yang mencintai Engkau. “Semoga damai turun atas wilayahmu dan kesentosaan atas purimu.”
-
Atas nama saudara dan sahabatku kuucapkan selamat kepadamu. Demi bait Tuhan Allah kita kumohonkan bahagia bagimu.
BAIT PENGANTAR INJIL:
U : Alleluya, alleluya, alleluya.
S : (Luk 11:28) Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya.
BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 8:19-21
“Ibu dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya.”
Pada suatu hari datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan Dia. Tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Maka diberitahukan kepada Yesus, “Ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Dikau.” Tetapi Yesus menjawab, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Gregorius Virdiawan Mubin SCJ
Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.
Menjadi Keluarga Allah yang Sejati
Saudara sekalian yang direngkuh oleh Hati Yesus, kembali bersama saya Pastor Gregorius Virdi Mubin SCJ, dari komunitas SCJ Wilayah Palembang. Mari sejenak kita merenungkan bacaan Injil hari ini, hari Peringatan Wajib Padre Pio. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin
Di sebuah panti werdha di Solo, seorang Simbah pernah bercerita begini: “Saya pikir hidup saya akan berakhir dalam kesepian. Tapi di sini, saya menemukan keluarga baru. Kami saling menemani, bernyanyi bersama, bahkan saling menghibur ketika ada yang sakit. Saya merasa dicintai kembali.”
Kisah dan perjumpaan itu amat sederhana, tetapi bagi saya penuh makna. Simbah mengingatkan saya bahwa keluarga sejati tidak harus ditentukan oleh hubungan darah semata, melainkan oleh kasih yang nyata dan perhatian yang tulus. Keluarga sejati lahir dari hati yang mau saling mendengarkan dan saling menopang.
Inilah yang ditegaskan Yesus dalam Injil hari ini. Ketika ibu dan saudara-saudara-Nya datang ingin bertemu dengan-Nya, Yesus berkata: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya.” Kata-kata ini bukanlah penolakan terhadap Maria atau keluarga biologis-Nya. Sebaliknya, Yesus memperluas arti keluarga: keluarga sejati dalam Kerajaan Allah bukan ditentukan oleh silsilah, melainkan oleh ketaatan pada Sabda.
Saudara-saudari, dalam dunia kita sekarang, kedekatan sering diukur dari status, tradisi, atau ikatan lahiriah. Kita bisa hadir secara fisik di gereja, aktif dalam komunitas, bahkan setia dalam rutinitas rohani. Namun Yesus mengingatkan, itu belum cukup. Yang menjadikan kita sungguh “keluarga Allah” adalah ketika Sabda itu didengarkan dengan hati dan diwujudkan dalam tindakan kasih.
Mendengarkan Sabda Allah bukan hanya soal duduk diam mendengar. Mendengar Sabda berarti membiarkan kita dikuasai-Nya; membuka hati kita, memberi ruang bagi Allah untuk berbicara, lalu berani menjawab dengan tindakan nyata. Menjadi ‘ibu dan saudara’ Yesus artinya kita membiarkan Sabda itu mempengaruhi cara kita memilih, cara kita bekerja, dan cara kita memperlakukan orang lain.
Saudara-saudari terkasih, alangkah indahnya bila orang lain melihat kita bukan hanya pribadi yang rajin beribadah, tetapi mengenali kita sebagai pribadi yang sungguh hidup dari Sabda. Rumah kita menjadi tempat Sabda hadir, langkah kita membawa kasih, dan hati kita menjadi tempat Yesus tinggal. Semoga kita memperoleh hati yang baru: hati seorang saudara, hati seorang ibu, hati seorang murid yang hidup dari Sabda.
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:
Allah Bapa yang kekal dan kuasa, semoga sabda-Mu Kautampakkan dalam roti anggur ini, agar dapat kami santap dan kami minum serta memperoleh kedamaian sejati. Demi Kristus ….
ANTIFON KOMUNI – Bdk. Mat 19:28-29
Aku bekata kepadamu: “Kalian yang meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Aku, , akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.
DOA SESUDAH KOMUNI:
Marilah berdoa: Allah Bapa sumber kehidupan iman, taburkanlah benih sabda-Mu di dalam hati kami dan perkenankanlah tumbuh dan menghasilkan buah demi kebahagiaan semua orang di dunia, demi kedamaian yang sangat kami dambakan. Demi Kristus, ….
DOWNLOAD AUDIO RESI:
Resi-Selasa 23 September 2025 oleh Rm. Gregorius Virdiawan Mubin SCJ dari Komunitas SCJ Palembang – IndonesiaUnduh
St. Padre Pio dari Pietrelcina: Turut menderita bersama Kristus untuk mendoakan sesama

Padre Pio lahir tanggal 2 Mei 1887 di Pietrelcina, sebuah kota kecil di Italia selatan. Orangtuanya bernama Guiseppa dan Gracio Forgione. Ia dibaptis sehari setelah kelahirannya, dengan nama baptis Francesco. Francesco mempunyai seorang kakak laki-laki dan tiga adik perempuan. Keluarga Forgione adalah keluarga yang saleh, yang menempatkan Tuhan di atas segalanya. Mereka menghadiri Misa setiap hari, berdoa Rosario setiap malam dan berpantang tiga kali seminggu. Meskipun buta huruf, orangtua Francesco hafal Kitab Suci dan menceritakan kisah-kisah Kitab Suci kepada anak-anak mereka. Walaupun miskin secara materi, keluarga Forgione sungguh kaya dalam hal iman dan kasih akan Tuhan.
Sejak kanak-kanak, Francesco telah menunjukkan tanda-tanda kesalehan yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia menyerahkan dirinya untuk Tuhan Yesus. Francesco adalah seorang anak pendiam yang gemar berdoa dan ke gereja. Ia dapat melihat dan bercakap-cakap dengan malaikat pelindungnya, juga dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Ketika berumur 10 tahun, Francesco mengalami panggilan untuk menjadi seorang imam dan ia menyatakannya kepada kedua orangtuanya. Orangtuanya lalu pergi kepada komunitas Capuchin di Morcone, 13 mil di utara Pietrelcina, untuk menanyakan kesediaan mereka menerima Francesco. Francesco diterima, namun sebelumnya harus menempuh pendidikan lebih tinggi di sekolah umum. Karena itu, ayahnya pergi ke Amerika untuk bekerja, agar dapat membiayai guru untuk mendidik Francesco. Akhirnya di usia 15 tahun, Francesco masuk biara Capuchin. Ia mengambil nama Pio, untuk menghormati St. Pius V, Santo pelindung Pietrelcina. Ia dipanggil dengan sebutan Fratello (bruder), sampai ditahbiskan menjadi imam.

No Comments