Rm. Albertus Joni SCJ dari Komunitas SCJ Milwaukee USA
AUDIO RESI:
ANTIFON PEMBUKA
Para kudus bergembira di surga. sebab mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darah demi Dia dan kini bersukaria selamanya.
PENGANTAR
Pada tanggal 19 Juni 1988 Paus Yohanes Paulus II mengangkat 117 martir sebagai santo dari sejumlah besar martir Vietnam yang gugur sebagai martir pada abad 19. Di antara mereka itu 96 dari Vietnam sendiri, 11 misionaris kelahiran Spanyol, anggota Ordo Pengkhotbah, 10 missionari Perancis dari Tarikat Mission Etrangères, di antaranya 8 uskup Spanyol dan Perancis, 50 imam (13 Eropa dan 37 Vietnam) dan 59 awam dari segala usia. Mereka itu mengurbankan hidupnya bukan hanya demi Gereja, tetapi juga bagi daerah itu. Mereka itu menyebarkan Injil Kristus di tengah rakyat dan menyumbangkan jasa bagi tanahnya. Di antara mereka yang disebut namanya ialah Andreas Dung dan Petrus Thi, dua imam pribumi asal Tonkin dan Annam (Vietnam), yang saling membantu dan menabahkan hati menghadapi kemartiran.
DOA PEMBUKA
Marilah berdoa: Allah Bapa, yang kekal mahakuasa, Engkau memberi kesempatan menderita demi Kristus kepada Santo Andreas Dung Lac, Petrus Thi dan para martir Vietnam. Bantulah kami dalam kelemahan kami dengan kekuatan ilahi-Mu, agar kami sebagaimana para martir-Mu tanpa ragu memberi kesaksian tentang karya Putra-Mu menyelamatkan dunia dengan mempertaruhkan nyawa Demi Yesus Kristus, Putra-Mu……
BACAAN PERTAMA: Kitab Wahyu 14:14-20
“Sudah tiba saatnya untuk menuai sebab tuaian di bumi sudah masak.”
Aku, Yohanes, melihat, sesungguhnya ada awan putih. Di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di kepalanya dan sebilah sabit tajam di tangannya. Lalu keluarlah seorang malaikat lain dari bait suci. Ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu, “Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai, sebab tuaian di bumi sudah masak.” Maka Dia yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi pun dituailah. Lalu seorang malaikat lain keluar dari bait suci di surga. Ia pun memegang sebilah sabit tajam. Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah. Ia berkuasa atas api, dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya, “Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah pohon anggur di bumi karena buahnya sudah masak.” Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah. Maka buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalirlah darah, tingginya sampai ke kekang kuda, dan jauhnya dua ratus mil.
MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 96:10.11-12.13
Ref. Tuhan datang menghakimi bumi.
-
1. Katakanlah di antara bangsa-bangsa, “Tuhan itu Raja! Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.”
-
Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai, biar gemuruhlah laut serta segala isinya! Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya, dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.
-
Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.
BAIT PENGANTAR INJIL
U : Alleluya, alleluya
S : (Why 2:10c) Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan, dan Aku akan mengurniakan kepadamu mahkota kehidupan.
BACAAN INJIL: Lukas 21:5-11
“Tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain.”
Ketika itu beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan yang dihiasi dengan batu indah, dan berbagai macam barang persembahan. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Akan tiba harinya segala yang kalian lihat di situ diruntuhkan, dan tidak akan ada satu batu pun dibiarkan terletak di atas batu yang lain.” Lalu murid-murid bertanya, “Guru, bilamanakah hal itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab Yesus, “Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku, dan berkata, ‘Akulah Dia’ dan ‘Saatnya sudah dekat’. Janganlah kalian mengikuti mereka. Dan bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan, janganlah kalian terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi yang dahsyat, dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan. Dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”
RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Ambertus Joni SCJ
Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Kudus Yesus melalu Hati Mara.
Sahabatku yang diberkati Tuhan, perikopa Injil yang baru saja kau dengar ini banyak sekali dikutip dan digunakan oleh banyak aliran Protestanisme yang percaya bahwa akhir zaman sudah sangat dekat. Mungkin pernah kau dengar juga bahwa “tanda-tanda zaman” ini telah terjadi. COVID19 buktinya, perang dunia 1, 2 dan 3 akan terjadi. Pemberontakan di mana-mana. Nabi palsu di mana-mana. Makin banyak orang menghujat Tuhan, dan lihatlah, langit akan terbelah dan kiamat telah datang.
Saya selalu tersenyum dengan beberapa anak-anak Tuhan yang gemar “menjual” iman dengan bumbu ketakutan akan kiamat. Mereka lupa bahwa perikopa ini dibuka dengan konteks yang sangat khusus: Bait Allah di Yerusalem. Ya, Bait Allah di Yerusalem yang indah itu telah dihancurkan oleh pasukan Romawi pada tahun 70 Masehi atau sekitar 30 tahun setelah Yesus wafat dan bangkit. Nubuat Tuhan Yesus akan kehancuran ini telah digenapi.
Namun demikian, tetaplah kita memang harus peka dengan tanda-tanda zaman dan merefleksikannya dalam terang iman. Tidak cukup hanya melihat tanda zaman dengan mata rasional, dengan analisis sosial politik dan ekonomi. Dalam setiap tantangan zaman, pastilah ada nilai spiritual yang dapat kita pelajari bersama.
Bagi saya, tanda-tanda zaman ini lebih dekat dari gambaran tentang ‘peperangan dan pemberontakan, tentang bencana alam, kelaparan dan wabah penyakit.’ Lebih dekat dari itu! Tanda zaman yang paling mencolok saat ini adalah: makin jauhnya kita satu sama lain saat teknologi seolah membuat kita sangat dekat. Paus Fransiskus dalam ensikliknya “Tutti Fratelli” – “Semua Bersaudara” mengingatkan kita bahwa kita harus kembali menekankan perjumpaan yang nyata, perjumpaan daging ke daging, wajah ke wajah: perjumpaan yang tidak dimediumkan oleh teknologi saja. Perjumpaan nyata – the real encounters – inilah yang akan membangun “bait Allah” di tengah masyarakat yang makin modern.
Apakah teman-teman tahu cara kerja media sosial? Media sosial kita bekerja dalam prinsip like and dislike – suka dan tidak suka. Agar perusahaan seperti Twitter, YouTube, Instagram dan Facebook mendapatkan keuntungan dari iklan, mereka menciptakan algoritma yang memilah-memilih tema apa yang kita sukai. Itu sebabnya kita selalu mendapatkan suggestion video, lagu, posting dan berita yang kita sukai. Yang tidak kita sukai tidak akan keluar di laman suggestionnya. Akibatnya adalah bahwa kita hanya dapat melihat satu sisi dari uang koin dan kita menjadi yakin bahwa “kebenaran” kitalah yang paling benar, paling pasti.
Facebook-nya orang-orang yang percaya akan teori bumi-datar biasanya akan mengusulkan pertemanan dengan mereka yang juga percaya bahwa bumi ini datar. Itu sebabnya, kita akan dikelilingi hanya oleh orang-orang yang satu ide, satu pikiran, satu hobi. Kita akan makin yakin bahwa memang bumi itu datar ketika kita hidup dalam lingkaran believers-nya. Dan engkau dapat mengganti subjek “teori bumi datar” itu dengan tema apapun. Dalam pilpres yang lalu, kau masih ingat bukan bagaimana masyarakat dibelah dalam polarisasi “cebong” dan “kampret” – dan bagaimana emosi kita sebagai bangsa begitu negatif. Dalam hidup sosial-keagamaan misalnya, justru ketika teknologi media sosial makin banyak digunakan, mengapa kasus intoleransi semakin meningkat di tanah air? Dalam hidup berkeluarga, misalnya, kasus-kasus kecanduan smartphone makin merajalela: pasangan tak lagi saling sapa, anak-anak tak lagi menjawab orangtuanya, para remaja sekarang makin rentan dengan kasus kekerasan seksual. Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berkontribusi cukup besar pada gangguan kesehatan mental anak-anak muda: mereka cenderung berpikir bahwa hidup mereka tidak sebahagia teman-teman mereka yang bisa jalan-jalan ke luar negeri dan posting di IG storynya – mereka merasa tidak setampan dan secantik teman-temannya yang punya banyak followers. Angka remaja perempuan Amerika yang masuk rumah sakit karena melukai diri sendiri (self-harm) meningkat hebat sampai 189% atau tiga kali lipat lebih banyak dari awal tahun 2000. Angka bunuh diri di kalangan subyek penelitian yang sama juga menunjukkan peningkatan hingga 151% di bandingkan kasus pada tahun 2000-an. Kenaikan angka yang mengerikan ini sejalan dengan peningkatan jumlah sosial media sejak awal 2009.
Bagi, saya, kiamat itu jauh lebih dekat dari soal perang dan kehancuran di belahan dunia yang asing itu. Kiamat telah dimulai saat kita gagal mengenal potensi kehancuran demokrasi, potensi kehancuran cara kita menjadi saudara dalam kemanusiaan, yang dibawa oleh benda yang selalu kita kantongi; saat kita menjadi makin tidak bahagia dengan diri sendiri dan lalu mengambil banyak keputusan bodoh dalam hidup karena terlalu lama terpapar layar telepon yang disebut “pintar.” Ironis!
Hari ini, sabda Tuhan menegur kita semua: apakah kita peka dengan semua tanda-tanda di zaman serba modern ini? Apakah kita telah lupa cara menjadi manusia di era serba digital ini? Seberapa banyak aku bersama Roh Kudus memegang kendali atas hidupku? Seberapa banyak imanku pada Putra Allah membantuku menjadi lebih manusiawi dengan semua teknologi yang kupakai setiap hari?
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
Allah Bapa, sumber keteguhan para martir. terimalah kiranya roti anggur persembahan umat-Mu pada peringatan para martir-Mu di Vietnam. Berilah kiranya kami, para hamba-Mu tetap teguh mengimani Engkau. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
ANTIFON KOMUNI – Mrk 8:35
Barangsiapa mengurbankan hidup demi Aku dan kabar gembira, dia akan selamat di surga.
DOA PENUTUP
Marilah berdoa: Allah Bapa, kekuatan para martir, jagalah kiranya anugerah yang Kaulimpahkan kepada kami dalam mengenangkan derita para martir-Mu di Vietnam. Berkat santapan suci ini mereka kuat dalam penganiayaan dan siksaan Semoga kami pun tabah dan kuat menghadapi segala tantangan hidup. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami..
No Comments