Minggu, 19 Oktober 2025 – Hari Minggu Biasa XXIX – Minggu Misi Sedunia ke 99

Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 17:6,8

Aku berseru kepada-Mu sebab Engkau mendengarkan daku, ya Allah. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah kata-kataku. Jagalah aku bagaikan biji mata, sembunyikanlah akud alam naungan sayap-Mu.

PENGANTAR:

Injil hari ini menampilkan perumpamaan Yesus tentang seorang janda yang dengan tekun meminta keadilan kepada hakim yang tidak adil. Ketekunan janda itu menggambarkan sikap iman yang tidak pernah menyerah, sebuah iman yang selalu berharap kepada Allah, sekalipun menghadapi kesulitan. Demikian juga kita, para murid Kristus, dipanggil untuk menjadi pembawa pengharapan di tengah dunia yang sering ditandai dengan ketidakadilan, penderitaan, dan keputusasaan. Paus dalam pesan Hari Minggu Misi Sedunia tahun ini menegaskan bahwa Yesus sendiri adalah Misionaris Pengharapan sejati. Dialah teladan kita dalam menghadirkan penghiburan Allah bagi semua bangsa.

SERUAN TOBAT: 

I :  Tuhan, kasihanilah kami.

U: Sebab kami telah berdosa terhadap Engkau.

I : Tunjukkanlah belas kasihan-Mu kepada kami, Tuhan.

U : Dan anugerahkanlah keselamatan-Mu kepada kami.

MADAH KEMULIAAN: 

DOA KOLEKTA: 

Marilah kita berdoa. (hening sejenak): Allah yang Mahakuasa dan Kekal, Engkau mengutus Putra-Mu, Yesus Kristus, sebagai Misionaris pengharapan bagi dunia. Kami mohon, kobarkanlah dalam diri kami api Roh Kudus, agar kami setia menjadi pembawa pengharapan di tengah segala bangsa, melalui doa, kesaksian hidup, dan pelayanan misioner. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa, bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. U: Amin.

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Keluaran 17:8-13

“Apabila Musa mengangkat tangan, lebih kuatlah pasukan Israel.”

Sekali peristiwa datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua, “Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek! Aku sendiri, besok akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; sedangkan Musa, Harun dan Hur naik ke puncak bukit. Dan terjadilah hal berikut ini: Apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah pasukan Israel. Sebaliknya, apabila Musa menurunkan tangannya, Amaleklah yang lebih kuat. Tetapi menjadi penatlah tangan Musa. Maka Harun dan Hur mengambil sebuah batu, meletakkannya di belakang Musa, supaya ia duduk di atasnya; lalu Harun dan Hur menopang kedua belah tangan Musa, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangan Musa tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 121:1-2.3-4.5-6.7-8

Ref. Pertolongan kita ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi..

  1. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolongan bagiku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.

  2. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sungguh, tidak akan terlelap dan tidak akan tertidur Penjaga Israel.

  3. Tuhan penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak akan menyakiti engkau pada waktu siang, tidak pula bulan pada waktu malam.

  4. Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. Tuhan akan menjaga keluar masukmu dan sekarang sampai selama-lamanya.

BACAAN KEDUA: Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 3:14-4:2)

“Orang-orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Saudaraku terkasih, hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman akan Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian orang-orang kepunyaan Allah diperlengkapi oleh setiap perbuatan baik. Di hadapan Allah dan di hadapan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Wartakanlah sabda Allah! Siap sedialah selalu, baik atau tidak waktunya. Nyatakanlah apa yang salah, tegur dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Alleluya, alleluya
S : (Ibr 4:12; 2/4) Sabda Allah itu hidup, kuat dan tajam. Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 18:1-8

“Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang berseru kepada-Nya.”

Sekali peristiwa Yesus menyampaikan suatu perumpamaan kepada murid-murid-Nya untuk menegaskan bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Ia berkata, “Di sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun. Dan di kota itu ada pula seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata, ‘Belalah hakku terhadap lawanku!’ Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya, ‘Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya ia jangan terus-menerus datang dan akhirnya menyerang aku.” Lalu Tuhan berkata, “Camkanlah perkataan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan para pilihan-Nya, yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka! Akan tetapi, jika Anak manusia itu datang, adakah Ia menemukan iman di bumi ini?”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor marae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria. 

Para Sahabatku, Saudari-saudara yang dicintai dan mencintai Hati Kudus Yesus.. Salam jumpa bersama Saya, Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia.dalam Resi (Renungan singkat) Edisi Minggu, 19 Oktober 2025. Hari Minggu Biasa ke XXIX dan bertepatan dengan Hari Minggu Misi sedunia ke 99. Semoga Belas Kasih dan Kerahiman dari Hati Yesus yang Maha Kudus memberkati anda semua. Amin. Tema Resi kita kali ini adalah: “Menjadi Misionaris Pengharapan di Tengah Dunia yang Letih dan Gelap” Namun sebelumnya, mari kita persiapakan hati dan kita awali permenunga kita dengan tanda kemenangan kristus. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus..

Para sahabatku, Saudari-saudara yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus. Hari ini Gereja di seluruh dunia merayakan Hari Minggu Misi Sedunia ke-99, dengan tema dari Bapa Suci, “Misionaris Pengharapan di antara Segala Suku Bangsa.” Hari Misi bukan sekadar ajakan untuk memberi sumbangan bagi misi, tetapi undangan bagi kita semua sebagai murid Kristus, untuk memperbarui semangat perutusan kita yaitu menjadi saksi kasih Allah yang membangkitkan pengharapan dalam dunia yang sering letih dan kehilangan arah.

Bacaan-bacaan hari ini memberi warna indah bagi semangat misi itu. Dalam bacaan pertama, Musa berdoa dengan tangan terangkat sementara Yosua berjuang di medan perang sebagai tanda bahwa misi tidak pernah lepas dari doa. Dalam bacaan kedua, Paulus menasihati Timotius untuk mewartakan sabda “baik atau tidak baik waktunya.” Sedangkan dalam Injil, Tuhan Yesus meneguhkan kita untuk bertekun dalam doa dan tidak putus pengharapan, seperti janda yang tak lelah mengetuk pintu hakim yang lalim. Lalu apa yang bisa kita ambil maknanya untuk minggu Misi ini? Saya menawarkan 3 hal saja:

  1. Misionaris Pengharapan adalah Orang yang Berdoa: Musa berdiri di puncak bukit dengan tangan terangkat, dan selama ia berdoa, Israel menang. Doa menjadi kekuatan tersembunyi dari setiap karya misi. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa “orang yang berharap adalah orang yang berdoa” , doa adalah kekuatan pertama dari pengharapan. Lalu yang bisa menjadi refleksi bagi kita adalah: “Apakah dalam kesibukan perutusan saya masih menyisihkan waktu untuk berdoa dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan?”

  2. Misionaris Pengharapan adalah Pewarta Sabda: Kepada Timotius, Paulus berkata: “Beritakanlah firman, siap sedialah, baik atau tidak baik waktunya.” Pewartaan bukan hanya soal kata-kata, melainkan gaya hidup yang menyalakan harapan. Di dunia yang sering kehilangan makna, tugas kita bukan menghakimi, tetapi menghidupkan kembali harapan dalam hati yang padam. Pertanyaan refleksi gai kita: “Bagaimana sikap dan kata-kata saya sehari-hari dapat menyalakan pengharapan bagi orang lain?”

  3. Misionaris Pengharapan adalah Saksi Ketekunan: Tuhan Yesus menampilkan janda yang tidak pernah menyerah mencari keadilan. Ia mengajarkan bahwa iman sejati adalah ketekunan yang lahir dari pengharapan. Dunia kini sering kehabisan sabar dan cepat putus asa. Tetapi misionaris sejati tetap setia, karena tahu bahwa Allah bekerja di balik setiap kesulitan. Pertanyaan refleksi bagi kita adalah: “Dalam situasi sulit, apakah saya masih memegang pengharapan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dunia ini?”

Nah para sahabatku, saudari-saudara yang dikasihi dan mengasihi Hati yesus. Menjadi misionaris pengharapan berarti menghadirkan wajah Allah yang lembut, dekat, dan penuh kasih , seperti yang dikehendaki Paus Fransiskus agar Gereja menjadi “Gereja yang berjalan bersama Allah di sepanjang jalan dunia”. Di tengah kegelapan zaman, kita dipanggil bukan untuk mengeluh, tetapi menjadi pelita kecil yang menyala di dalam Kristus, Sumber pengharapan sejati.

Semoga Hati Kudus Yesus semakin merajai hati kita dan mengobarkan hati kita untuk selalu berdoa, mewartakan, dan bertekun, agar dunia melihat dan merasakan bahwa Allah masih bekerja, dan pengharapan tidak akan pernah mengecewakan (Spes non confudit). Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin. Tuhan memberkati. Berkah Dalem.

DOA UMAT:

I : Allah, Engkau menghendaki agar kami menjadi saksi dan pewarta Injil-Mu kepada segala bangsa di segala zaman. Pada hari Minggu Misi ini kami datang kepada-Mu menyampaikan permohonan-permohonan kami.

L : Bagi Gereja Kudus: Semoga Gereja semakin setia pada perutusannya sebagai saksi Kristus, dengan rendah hati menjadi tanda kasih dan pengharapan di tengah bangsa-bangsa. Marilah kita mohon… 

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L : Bagi bangsa dan tanah air Indonesia: Semoga para pemimpin bangsa dapat bekerja dengan jujur, tulus dan adil demi kesejahteraan rakyat, sehingga tercipta kehidupan bersama yang damai, bersatu, dan penuh pengharapan. Marilah kita mohon….

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L : Bagi para misionaris di seluruh dunia: Semoga para misionaris yang diutus ke berbagai bangsa selalu diteguhkan oleh Roh Kudus, dijauhkan dari rasa putus asa, dan dipenuhi dengan sukacita dalam pelayanan. Marilah kita mohon …

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan. 

L : Bagi para penderma misi: Semoga para penderma yang dengan murah hati mendukung karya misi Gereja senantiasa dianugerahi berkat yang melimpah dan sukacita sekarang ini dan dalam kehidupan abadi nanti. Marilah kita mohon …

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L : Bagi para misionaris yang telah meninggal di tanah misi: Semoga mereka bersukacita dalam kehidupan kekal dan teladan kesetiaan serta totalitas hidup mereka bagi Allah dalam karya misi, membangkitkan semangat dan panggilan misioner bagi komunitas kita. Marilah kita mohon …

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L : Bagai anak-anak dan remaja misioner: Semoga semakin banyak anak dan remaja berani menjadi saksi Injil, menabur kebaikan, membangun persaudaraan sejati, dan menjadi peziarah pengharapan dari hati ke hati. Marilah kita mohon…

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.

L : Bagi kita yang berhimpun di sini: Semoga Perayaan Ekaristi ini menyalakan kembali semangat misioner dalam diri kita, agar dengan doa, kesaksian, dan pelayanan nyata, kita mampu menghadirkan pengharapan Kristus di tengah keluarga, masyarakat, dan bangsa. Marilah kita mohon …

U : Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan. 

I : Bapa yang Mahabaik, demikianlah doa-doa yang kami sampaikan ke hadirat-Mu. Semoga Engkau berkenan mengabulkannya, sebab semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. U. Amin.

LITURGI EKARISTI: 

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:

Ya Allah, berkenanlah menerima persembahan roti dan anggur beserta ungkapan syukur dan semua permohonan kami kepada-Mu. Jadikanlah kami saksi Injil-Mu, yang membawa penghiburan dan pengharapan kepada semua orang. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

PREFASI: 

DOA SESUDAH KOMUNI: 

Marilah kita berdoa: Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur karena telah Kauundang dalam perjamuan kudus-Mu dan Kaukenyangkan dengan santapan rohani. Semoga santapan suci ini meneguhkan kami untuk menjadi peziarah pengharapan, yang dengan rendah hati menghadirkan kasih-Mu kepada setiap orang di antara segala bangsa. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. U Amin.

DOWNLOAD AUDIO RESI:

Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Minggu Misi Sedunia 2025

1200px-Insigne_Francisci.svg

“Misionaris Pengharapan di antara Segala Suku Bangsa”

19 Oktober 2025

 

Saudara dan saudari yang terkasih!

Pada Hari Misi Sedunia pada Tahun Yubileum 2025, yang tema pokoknya adalah pengharapan (Spes Non Confundit, 1), saya memilih tema: “Misionaris Pengharapan di antara Segala Suku Bangsa”. Tema ini mengingatkan setiap murid Kristus dan seluruh Gereja, komunitas orang-orang yang dibaptis, akan panggilan mendasar kita untuk menjadi pembawa pesan dan pembangun pengharapan dengan mengikuti jejak Kristus. Saya berharap bahwa masa ini akan menjadi masa penuh rahmat bagi setiap orang bersama Allah yang setia, yang telah melahirkan kita kembali di dalam Kristus yang telah bangkit “kepada suatu pengharapan yang hidup” (bdk. 1 Ptr 1:3-4). Di sini, saya ingin mengingatkan beberapa unsur relevan dari identitas misioner kristiani, sehingga kita dapat membiarkan diri dibimbing oleh Roh Allah, dan dibakar dengan semangat kudus untuk masa baru evangelisasi Gereja, yang diutus untuk menghidupkan kembali pengharapan dalam dunia yang dinaungi oleh bayang-bayang kegelapan (Fratelli Tutti, 9-55).

Dalam jejak Kristus, pengharapan kita

Merayakan Yubileum Biasa pertama di Milenium Ketiga setelah Tahun Suci 2000, kita mengarahkan pandangan kita kepada Kristus, yang adalah pusat sejarah, “yang tetap sama, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr 13:8). Dalam sinagoga di Nazaret, Yesus mewartakan penggenapan Kitab Suci pada “hari ini” di dalam kehadiran historis-Nya. Dengan demikian, Yesus menyatakan bahwa Dia-lah yang diutus oleh Bapa dengan pengurapan Roh Kudus untuk memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah dan untuk menyatakan “tahun rahmat Tuhan” bagi seluruh umat manusia (bdk. Luk 4:16-21).

Dalam ungkapan mistik tentang “hari ini”, yang akan berlangsung hingga akhir zaman, Kristus adalah penggenapan keselamatan bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang tumpuan pengharapannya hanyalah Allah saja. Dalam sejarah hidup-Nya di atas muka bumi, “Ia pergi berkeliling untuk berbuat baik dan menyembuhkan semua orang” dari kejahatan dan si jahat (bdk. Kis 10:38), dengan memulihkan pengharapan kepada Allah bagi mereka yang membutuhkan dan bagi segenap manusia. Lebih jauh lagi, Ia mengalami semua kelemahan manusiawi kita, kecuali dalam hal dosa, juga melewati saat-saat kritis yang dapat menyebabkan keputusasaan, seperti penderitaan di taman Getsemani dan di kayu salib. Namun Ia menyerahkan segala sesuatu kepada Allah Bapa, dengan penuh taat mempercayai karya keselamatan-Nya bagi umat manusia, rencana perdamaian untuk masa depan yang penuh dengan pengharapan (bdk. Yer 29:11). Dengan cara ini, Ia menjadi Misionaris pengharapan ilahi, teladan tertinggi bagi semua orang sepanjang segala abad, yang mengemban misi yang dipercayakan Allah, bahkan di tengah berbagai pencobaan ekstrem.

Melalui para murid-Nya, yang diutus kepada semua bangsa dan secara spiritual disertai oleh-Nya, Tuhan Yesus melanjutkan pelayanan pengharapan bagi umat manusia. Ia masih membungkuk di hadapan setiap orang miskin, menderita, putus asa dan tertindas oleh si jahat, untuk mencurahkan “minyak penghiburan dan anggur pengharapan ke atas luka- luka mereka” (prefasi “Yesus, orang samaria yang baik hati”). Dengan taat kepada Tuhan dan Gurunya, dan dengan semangat pelayanan yang sama, Gereja, komunitas para murid-misioner Kristus, memperpanjang misi tersebut, dengan menawarkan hidupnya bagi semua orang di tengah segala suku bangsa. Meskipun harus menghadapi penganiayaan, kesengsaraan dan kesulitan di satu sisi, serta ketidaksempurnaan dan kegagalannya sendiri karena kelemahan beberapa anggotanya di sisi lain, Gereja terus-menerus didorong oleh cinta Kristus untuk bertekun dalam persatuan dengan-Nya dalam perjalanan misioner dan untuk merengkuh, seperti Dia dan bersama-Nya, jeritan umat manusia yang menderita, bahkan, rintihan setiap makhluk yang menantikan penebusan akhir. Inilah Gereja dipanggil Allah dari semula dan untuk selamanya mengikuti jejak-Nya: “bukan sebuah Gereja yang statis, melainkan sebuah Gereja misioner, yang berjalan bersama Allah di sepanjang jalan dunia” (Homili dalam Misa Penutupan Sidang Umum Biasa Sinode para Uskup, 27 Oktober 2024).

Semoga kita juga terinspirasi untuk ikut ambil bagian dalam peziarahan mengikuti jejak Tuhan Yesus untuk bersama Dia dan di dalam Dia, menjadi tanda dan pembawa pengharapan bagi semua orang, di setiap tempat dan keadaan yang Allah karuniakan kepada kita untuk dihidupi. Semoga semua orang yang dibaptis, murid-misionaris Kristus, menjadikan pengharapan-Nya bersinar di segala penjuru bumi!

Umat Kristiani, pembawa dan pembangun harapan di antara para bangsa

Dengan mengikuti Kristus Tuhan, umat Kristiani dipanggil untuk mewartakan Kabar Baik dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan konkret dari orang-orang yang mereka jumpai, dan dengan demikian menjadi pembawa dan pembangun pengharapan. Sesungguhnya, “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang di zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para pengikut Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka” (Gaudium et Spes, 1).

Pernyataan Konsili Vatikan II yang sangat terkenal ini, yang mengungkapkan sikap dan gaya hidup komunitas Kristiani di segala zaman, terus menginspirasi para anggotanya dan membantu mereka untuk berjalan bersama saudara-saudari mereka dalam dunia. Saya berpikir secara khusus kepada Anda, para “misionaris ad gentes”, yang dengan mengikuti panggilan ilahi, Anda telah pergi ke bangsa-bangsa lain untuk memperkenalkan kasih Allah di dalam Kristus. Untuk ini, saya berterima kasih dengan sepenuh hati! Hidup Anda adalah sebuah jawaban konkret pada perintah Kristus yang bangkit, yang mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa (bdk. Mat 28:18-20). Dengan cara ini, Anda menegaskan panggilan universal para terbaptis, dengan kuasa Roh kudus dan komitmen harian, untuk menjadi misionaris di antara segala suku bangsa akan pengharapan besar yang dipercayakan Tuhan Yesus kepada kita.

Cakrawala pengharapan ini melampaui hal-hal fana di dunia ini dan membuka diri pada realitas-realitas ilahi, yang sudah kita alami sekarang. Memang, sebagaimana diingatkan St. Paulus VI, keselamatan di dalam Kristus yang ditawarkan oleh Gereja kepada semua orang sebagai anugerah kerahiman Allah, tidak hanya “imanen, yang memenuhi kebutuhan material atau spiritual […] sepenuhnya disamakan dengan keinginan-keinginan, pengharapan-pengharapan, masalah- masalah dan berbagai kerja keras duniawi, melainkan keselamatan yang melampaui semua batas- batas ini untuk mewujudkan persekutuan dengan Yang Maha Mutlak, yaitu Allah: keselamatan yang transenden, eskatologis, dan yang memang berawal dari kehidupan ini, tetapi digenapi dalam kehidupan kekal” (Evangelii Nuntiandi, 27).

Dijiwai oleh pengharapan yang besar ini, komunitas-komunitas Kristiani dapat menjadi tanda kemanusiaan baru di dalam dunia yang, bahkan di daerah-daerah yang paling “maju” sekalipun, menunjukkan gejala-gejala krisis kemanusiaan yang serius: rasa kebingungan yang meluas, rasa kesepian dan ketidakpedulian akan kebutuhan para lansia, dan kesulitan menemukan kesiapsediaan orang untuk membantu mereka yang tinggal dekat kita. Di negara-negara yang paling maju secara teknologi, “kedekatan” mulai menghilang: kita semua saling terkoneksi, tetapi tidak berada dalam relasi. Obsesi terhadap efisiensi dan keterikatan pada hal-hal material dan pada ambisi menuntun kita menjadi berkonsentrasi pada diri kita sendiri dan tidak mampu bersikap altruis. Injil, yang dihidupi dalam komunitas, dapat memulihkan kita menjadi manusia yang utuh, sehat, dan diselamatkan.

Oleh sebab itu, saya mengundang kita semua untuk melaksanakan karya-karya yang diuraikan dalam Bulla Spes non Confudit (No. 7-15), dengan perhatian khusus bagi mereka yang paling miskin dan lemah, orang sakit, orang tua dan mereka yang tersingkir dari masyarakat yang materialistis dan konsumis. Marilah kita melakukannya dengan “gaya” Allah: dengan kedekatan, belas kasih dan kelemahlembutan, dengan memupuk relasi pribadi dengan saudara-saudari dalam situasi konkrit mereka (bdk. Evangelii Gaudium, 127-128). Seringkali merekalah yang mengajarkan kita bagaimana hidup dalam pengharapan. Melalui relasi pribadi, kita juga akan membagikan kasih dari hati Allah yang berbelas kasih. Kita akan mengalami bahwa “hati Kristus […] adalah inti hidup dari pewartaan awal” (Dilexit Nos, 32). Dengan menimba dari sumber ini, maka dengan sederhana kita dapat menawarkan pengharapan yang telah kita terima dari Allah (bdk. 1 Ptr 1:21) dengan membawa penghiburan yang sama seperti yang telah kita terima dari Allah kepada orang lain (bdk. 2Kor 1:3-4). Di dalam hati Yesus yang manusiawi dan ilahi, Allah ingin berbicara kepada hati setiap orang, sembari menarik kita semua ke dalam Kasih-Nya. “Kita diutus untuk melanjutkan misi ini: menjadi tanda Hati Kristus dan kasih Bapa, dengan merangkul seluruh dunia” (Pesan Paus Fransiskus kepada para peserta Sidang Umum Serikat Misi Kepausan, 3 Juni 2023).

Memperbaharui misi pengharapan

Dihadapkan pada urgensi misi pengharapan di masa kini, para murid Kristus pertama-tama dipanggil untuk menemukan bagaimana menjadi “pengrajin” pengharapan dan pemulih bagi umat manusia yang kerapkali tidak fokus dan tidak bahagia.

Untuk tujuan itu, kita perlu memperbarui spiritualitas Paskah dalam diri kita, yang kita alami di setiap perayaan Ekaristi dan terutama selama Triduum Paskah, pusat dan puncak perayaan tahun liturgi. Kita dibaptis dalam kematian dan kebangkitan Kristus penebus, ke dalam Paskah Tuhan yang menandai musim semi sejarah yang abadi. Oleh karena itu, kita adalah “manusia musim semi”, dengan cakrawala penuh pengharapan untuk dibagikan kepada semua orang, karena di dalam Kristus “kita percaya dan kita tahu bahwa kematian dan kebencian bukanlah kata akhir” dalam eksistensi manusia (lih. Katekese Paus Fransiskus, 23 Agustus 2017). Oleh karena itu, dari misteri- misteri Paskah, yang dihadirkan dalam perayaan liturgi dan sakramen-sakramen, kita terus-menerus menimba kekuatan Roh Kudus dengan semangat, tekad, dan kesabaran untuk berkarya di ladang luas evangelisasi dunia. “Kristus, yang bangkit dan mulia, adalah sumber pengharapan kita terdalam, dan kita tidak akan kekurangan bantuan-Nya untuk menggenapi tugas misi yang telah dipercayakan-Nya kepada kita” (Evangelii Gaudium, 275). Di dalam Dia, kita hidup dan memberikan kesaksian akan pengharapan suci yang adalah “anugerah dan tanggungjawab setiap umat kristiani” (Pengharapan adalah terang dalam kegelapan, Vatican City 2024, 7).

Para misionaris pengharapan adalah manusia pendoa, karena “seseorang yang berharap adalah seseorang yang berdoa”, sebagaimana digarisbawahi Venerabilis Kardinal Van Thuan, yang telah menjaga pengharapan tetap hidup selama penderitaan panjang di penjara berkat kekuatan yang diterimanya dari doa yang setia dan Ekaristi (lih. F.X. Nguyen Van Thuan, The Road of Hope, Boston, 2001, 963). Janganlah kita lupa bahwa doa adalah giat misioner pertama dan pada saat bersamaan merupakan “kekuatan pertama pengharapan” (Katekese Paus Fransiskus, 20 Mei 2020).

Marilah kita memperbarui misi pengharapan dengan berangkat dari doa, terutama doa yang didasarkan pada Sabda Allah dan khususnya Mazmur, yang merupakan simfoni doa yang agung, dimana penggubahnya adalah Roh Kudus (bdk. Katekese Paus Fransiskus, 19 Juni 2024). Mazmur melatih kita untuk berharap di tengah-tengah kesulitan, untuk menelisik tanda-tanda pengharapan dan untuk selalu memiliki hasrat “misioner” terus menerus agar Allah dipuji oleh segala suku bangsa (bdk. Mzm 41:12; 67:4). Dengan berdoa, mari kita menjaga percikan pengharapan tetap hidup, yang yang telah dinyalakan Allah dalam diri kita, sehingga ia menjadi api yang besar, yang menerangi dan menghangatkan semua orang di sekitar, juga melalui tindakan dan gerak konkrit yang diilhami dari doa itu sendiri.

Pada akhirnya, evangelisasi selalu merupakan sebuah proses komuniter, sebagai karakter pengharapan Kristiani (bdk. Benediktus XVI, Spe Salvi, 14). Proses itu tidak berakhir dengan pewartaan awal dan pembaptisan, melainkan berlanjut dengan pembangunan komunitas- komunitas Kristiani melalui pendampingan setiap orang yang dibaptis di jalan Injil. Dalam masyarakat modern, keanggotaan di dalam Gereja bukanlah hal yang diperoleh sekali untuk selamanya. Itulah sebabnya tindak misioner untuk pewartaan dan pembinaan iman yang dewasa di dalam Kristus adalah “paradigma setiap karya Gereja” (Evangelii Gaudium, 15), sebuah karya yang membutuhkan persekutuan doa dan karya. Saya menegaskan lagi tentang sinodalitas misioner Gereja, serta pelayanan Serikat Karya Misi Kepausan dalam mendorong tanggung jawab misioner orang-orang yang telah dibaptis dan mendukung Gereja-Gereja Partikular yang baru. Saya mengajak Anda semua, anak-anak, kaum muda, orang dewasa dan orang tua, untuk berpartisipasi aktif dalam misi pewartaan Injil bersama Gereja melalui kesaksian hidup dan doa, melalui pengorbanan dan kemurahan hati Anda. Untuk itu, terima kasih sebesar-besarnya!

Saudari-saudari yang terkasih, marilah kita mengarahkan diri kepada Maria, Bunda Yesus Kristus, pengharapan kita. Kepadanya kita percayakan doa kita untuk Tahun Yubileum ini dan untuk tahun-tahun yang akan datang: “Semoga cahaya pengharapan Kristiani menerangi setiap orang, sebagai pesan cinta kasih Allah yang ditujukan kepada semua orang! Dan semoga Gereja bisa memberikan kesaksian yang setia akan pesan ini di segala penjuru dunia!” (Spes Non Confundit, 6)..

 

Roma, St. Yohanes di Lateran,
25 Januari 2025, Pesta Pertobatan St. Paulus, Rasul

No Comments

Leave a Comment