Sabtu, 26 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXV

Rm. Gregorius Jenli Imawan SCJ dari Komunitas SCJ Brussel Belgia

 
 

ANTIFON PEMBUKA  – Pkh 12:8

Kesia-siaan atas kesiaa-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah kesia-siaan.

PENGANTAR

Nikmatilah hidup, sebab hidup itu singkat.” Bacaan pertama mem beri nilai rohani kepada pepatah itu. Perkembangkanlah bakat-bakat mu gunakanlah, sebab waktunya singkat. Kisah penciptaan menya takan ini hanya secara umum, tetapi Yesus menjelaskan tugas itu ke arah manusia. “Serahkanlah dirimu tanpa mempedulikan orang lain. Jangan memikirkan waktu dan kesulitan, serahkanlah dirimu sepenuhnya.” Itulah yang diharapkan Bapa daripadamu. Maka la mempercayakan begitu banyak kepadamu.

 

DOA PEMBUKA

Marilah berdoa: Allah Bapa kami yang Mahabaik, berkenanlah membuka telinga kami, agar dapat mendengar sabda-Mu, dan berilah kami kekuatan, agar dapat menyerupai Yesus Mesias, Hamba Kedamaian, yang membuka pandangan baru penuh harapan untuk hari kemudian. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.  

 

BACAAN PERTAMA: Kitab Pengkhotbah 11:9-12:8

“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan roh kembali kepada Allah.”

Bersukarialah, hai para pemuda, dalam kemudaanmu. Biarlah hatimu bergembira pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hati dan pandangan matamu. Tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena masa muda dan fajar hidup adalah kesia-siaan. Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan, ‘Tiada kesenangan bagiku di dalamnya’, sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan; pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan wanita-wanita penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur; sebelum pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burung, dan semua penyanyi wanita tunduk; sebelum orang menjadi takut berdiri di ketinggian, dan ketakutan ada di jalan, sebelum pohon badam berbunga, dan belalang menyeret dirinya dengan susah payah, dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal, dan peratap-peratap berkeliaran di jalan; sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkotbah, segala sesuatu adalah kesia-siaan!

 

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 90:3-4.5-6.12-13.14.17

Ref. Tuhan penjaga dan benteng perkasa dalam lindungan-Nya aman sentosa.

  1. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, hanya dengan berkata, “Kembalilah, hai anak-anak manusia!” Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin atau seperti satu giliran jaga di waktu malam.

  2. Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi seperti rumput yang bertumbuh: di waktu pagi tumbuh dan berkembang, di waktu petang sudah lisut dan layu.

  3. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya Tuhan, berapa lama lagi? Dan sayangilah hamba-hamba-Mu.

  4. Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat. Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami. Teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!

 

BAIT PENGANTAR INJIL

U: Alleluya
S: (2Tim 1:10b) Penebus kita Yesus Kristus telah membinasakan maut dan menerangi hidup dengan Injil.

   
BACAAN INJIL: Lukas 9:43b-45

“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.”

Semua orang heran karena segala yang dilakukan Yesus. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada Yesus.

 

RESI DEHONIAN DIBAWAKAN OLEH Rm. Jenli Imawan SCJ

Vivat cor Iesu per cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui hati Maria.

Pendengar Resi Dehonian yang terkasih, selamat berjumpa kembali dengan saya, Romo Jenli, SCJ dari Komunitas SCJ – Brussel, Belgia; dalam ReSi – Renungan Singkat – Dehonian, edisi hari Sabtu, 26 September 2020.

Saya teringat ketika berada di masa novisiat, terdapat sebuah pengalaman yang sungguh menarik dan itu tetap tinggal dalam bingkai kenangan hidup. Sebagai seorang novis, di mana masa novisiat menjadi bagian jenjang awal dalam masa pendidikan dalam Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ), beberapa kebutuhan pribadi di antaranya mencuci dan menyetrika pakaian menjadi bagian dari tanggung jawab.

Pengalaman menarik berkaitan dengan itu adalah berikut. Seperti biasa, di akhir pekan saya selalu mencuci pakaian, lebih tepatnya pada hari sabtu agar pada hari selanjutnya saya dapat memiliki waktu yang cukup untuk menyetrikanya. Hal demikian menjadi rutinitas semasa pendidikan di novisiat. Namun, dalam sebuah kesempatan saya tidak bisa menyetrika pakaian kering di minggu siang karena ada banyak hal yang harus dilakukan. Terpaksa saya menggeser waktu untuk melakukannya pada malam hari, atau tepatnya minggu malam, tentunya setelah doa completorium atau doa malam. Rencana sudah dibuat dan minggu malam, saya menuju ke ruang setrika yang letaknya satu tempat dengan ruang cuci. Hal yang tak terduga adalah bahwa saya menemukan semua pakaian sudah dalam keadaan tertata rapi di sudut tempat untuk menyetrika. “Ada seseorang yang sudah menyetrikannya untukku”, gumam saya.

Melihat hal itu, saya bertanya-tanya dalam hati: “Siapa yang sudah menyetrika pakaian itu semua”? Untuk mencari jawaban atas itu, keesokan harinya saya bertanya dengan semua teman satu angkatan dan saya tak menemukan satu pun yang mengaku bahwa ia yang melakukannya. Mungkin dan saya yakin bahwa di antara mereka – salah satu di antara rekan saya – menjadi “pelaku” yang berbuat baik, yakni dengan menyetrika pakaian, tanpa ingin mendapatkan pujian dari saya. Saya yakin bahwa ia, yang melakukannya sungguh ingin mempraktikkan semangat pelayanan Kristus kepada sesama tanpa mengharapkan sedikitpun pujian. “Begitu baik dan tulus niatnya”, kata saya dalam hati.

Menjadi pribadi yang melakukan dan memberikan kebaikan bagi sesama dapat saya sematkan sebagai ungkapan terima kasih bagi dia yang sudah menyeterikakan pakaian saya. Rasanya itu menjadi sebuah intensi yang patut saya sampaikan karena saya sendiri merasa bahwa tidak mudah untuk melakukan hal demikian. Mengapa? Karena bukankah kadang orang itu haus akan pujian? Bukankah orang itu ingin selalu mendengarkan ucapan terima kasih? Melebihi itu semua, salah seorang rekan novis telah memberikan sebuah contoh untuk memberikan kebaikan kepada sesama tanpa sikap pamrih. Berhubung dengan itu, kita dapat mengarahkan perhatian pada pribadi Yesus, Sang Guru. Bukangkah Ia pun telah memberikan contoh kepada kita untuk memiliki sikap tanpa pamrih dalam berbuat kebaikan? Injil pada hari ini dengan jelas menunjukkannya. Yesus memberikaan penjelasan bahwa ada saatnya Ia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Hal ini mengatakan bahwa ada saatnya bahwa Ia akan berkorban dengan menderita dan wafat di tangan manusia. Dan korban-Nya itu menjadi sumber keselamatan atas penebusan dosa.

Yang menarik untuk dicermati dalam Injil adalah bahwa setelah Yesus berkata demikian, para pendengar-Nya tidak mengerti dan bahkan tidak berani bertanya. Dalam hal ini, mereka yang berada bersama dengan Yesus pada waktu itu tidak menyadari bahwa ada rahmat besar yang akan diberikan kepada mereka dalam dan melalui Yesus. Di sisi lain, Yesus sebagai Allah yang menjadi manusia, memiliki intensi dalam Diri-Nya untuk memberikan Hal Baik, yakni keselamatan bagi umat manusia. Namun, misi dalam memberikan Hal Baik itu ada kalanya masih belum dimengerti dan bahkan di tolak oleh manusia; di sini kita membandingkannya dengan bagaimana Yesus akan menderita dan wafat di tangan manusia. Di sini kita menemukan intensi Ilahi yang dimiliki oleh Sang Guru, yakni ingin memberikan kebaikan meski itu tidak mendapatkan imbalan pujian dan bahkan penerimaan.

Yesus pada hari ini memberikan teladan bagi kita untuk menjadi orang-orang Katolik yang selalu memberikan kebaikan bagi sesama, tanpa pamrih. Maka, kita pun diundang untuk berbuat baik dengan tulus. Keteladanan Yesus ini pula, dari pengalaman saya, sudah ditunjukkan melalui tindakan kebaikan dari salah satu rekan saya, meski saat itu masih misterius, yakni dengan menyetrika pakaian saya. Ya, saat itu namanya memang masih misterius, namun beberapa minggu setelahnya, ada kabar pasti bahwa memang benar dia adalah salah satu dari rekan novis saya. Sungguh baik teladannya, yakni mengkonkritkan semangat kebaikan yang tulus dari Kristus. Kini, saya hanya bisa mengucap doa sebagai ungkapan terima kasih padanya, yakni agar ia mendapat berlimpah rahmat dalam misinya, di tanah Papua.

Semoga Hati Kudus Yesus, selalu memberkati kita. Amin!

 

DOA PENGANTAR PERSEMBAHAN

Allah Bapa kami, sumber iman kepercayaan, dengan roti anggur ini  berkenanlah menerima iman kami akan kedamaian yang terletak pada cinta kasih sejati. Semoga karenanya kami berani hidup yang baik, demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.

 

ANTIFON KOMUNI – Lukas 9:44

Dengarkan dan camkanlah perkataan-Ku ini: Putra Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.

 

DOA PENUTUP

Marilah berdoa: Allah Bapa kami maha penyayang, kami bersyukur, bahwasanya yang paling agung di antara manusia sudi menjadi yang paling hina demi kebahagiaan kami. Semoga la menjadi cahaya selagi kami mencari bumi baru, yang akan mempersatukan kami berkat cinta kasih. Demi Kristus, …

1 Comment

  • Henricus Soejatmo September 26, 2020 at 1:16 am

    Terimakasih Romo, renungannnya.

    Reply

Tinggalkan Balasan ke Henricus Soejatmo Cancel Reply