Rm. C. Wahyu Tri SCJ dari Komunitas SCJ Pondok Kristofel Jambi Indonesia
AUDIO RENA:
Adik-adik ayo kita simak bersama kisah Yohanes Pembaptis yang tidak iri hati (Yoh 1: 35-42)
Yohanes pembaptis sangat terkenal karena sering membaptis orang di sungai Yordan. Orang-orang berbondong-bondong datang kepadanya untuk dibaptis. Dimasukkan dalam sungai yordan. Mereka percaya dengan melakukan itu mereka diampuni dosa-dosanya. Banyak orang mengidolakan Yohanes karena ia keren. Bajunya seperti pahlawan-pahlawan super hero yang unik. Ia hanya mengenakan kulit binatang untuk membalut tubuhnya. Badannya kekar karena kerja keras. Rambutnya berkibar-kibar tertiup angin. Followernya banyak bingit.
Hingga suatu saat… Datanglah Yesus dan meminta Yohanes untuk membaptisnya. “Whatt! Mana mungkin hamba membaptis Engkau!” Semua orang termangu melihat Yohanes yang malah membungkuk hormat kepada Yesus. Yesus berkata, “Kamu harus membaptisku supaya genap yang dikatakan kitab suci!” Setelah Yesus dibaptis langit bersinar gemilang dan suara alam mendesir kencang seperti angin kencang dan terdengarlah suara.
Lalu setelah Yesus keluar dari sungai dan pergi. Yohanes mendapat pertanyaan banyak dari murid-muridnya. Yohanes malah menganjurkan agar para followernya untuk berpindah mengikuti Yesus. “Tidak mungkin guru. Kami setia kepadamu!”
“Ini bukan soal setia atau tidak. Kalian harus mengikuti pribadi yang lebih baik, yang dapat membantumu, yang dapat menyelamatkanmu. Ikutilah Yesus karena ia guru sejati.” Murid-murid Yohanes tampak sedih.
Suatu hari Yesus melintas daerah itu. Yohanes melihat dari kejauhan. Lalu katanya kepada dua orang muridnya” “Lihatlah Anak domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu. Yohanes berpesan: Jangan sungkan untuk memilih guru yang baik. Memilih panutan yang benar. Kalau ada pribadi yang lebih baik, benar dan terberkati, ikutilah. Aku senang bila kalian menjadi lebih berguna dan hidup bahagia.
Lalu mereka pergi mengikuti Yesus. Kedua murid itu mengucap selamat tinggal kepada Yohanes.
Yohanes kehilangan follower tetapi baginya itu bukan soal. Ia kehilangan murid baginya itu bukan hal yang buruk. Ia lebih bangga bila murid-muridnya mendapatkan guru yang lebih baik dari dirinya. Itulah sikap seorang sportif. Orang yang mau mengakui keunggulan sesamanya dan mengakui kekurangan dirinya.
Adik-adik demikianlah renungan anak dari romo. Semoga adik-adik belajar dari Yohanes Pembaptis. Jangan mudah baper kalau ada teman-temanmu yang tidak bisa lagi bersamamu. Mungkin mereka mendapatkan tempat yang lebih mendewasakannya. Mungkin mereka ikut kegiatan yang membantu mereka berkembang. Mereka harus sekolah di tempat yang jauh untuk menuntut ilmu. Kamu adalah ksatria ketika kamu merelakan teman-temanmu pergi untuk kebaikan dan masa depan mereka.
No Comments