Jumat, 15 September 2023 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita

Rm. Gregorius Jenli Imawan SCJ dari Komunitas SCJ Postulat-Novisiat St Yohanes Gisting Lampung Indonesia

 
 
 

AUDIO MP3:

ANTIFON PEMBUKA – Bdk. Luk. 2: 34-35

Simeon berkata kepada Maria, “Anak ini menentukan jatuh bangkitnya banyak orang di Israel. Ia menjadi tanda yang menimbulkan pertentangan. Dan hatimu sendiri akan ditembus oleh pedang.”

PENGANTAR:

Menjadi Bunda Penebus adalah suatu kehormatan, suatu anugerah. Tetapi bagi Bunda Maria bukan tanpa duka cita. Ia sudah mendengar hal itu ketika bertemu dengan Simeon di kenisah. Kemudian ia tahu iri hati dan kebencian kaum Farisi dan ahli kitab terhadap puteranya. Ia mendengar pula berita sewaktu Puteranya ditahan dan sikap orang Yahudi pada hari Jumat Agung. Ia menyaksikan juga perjalan Puteranya ke puncak Kalvari dan penderitaan-Nya di salib. Tak dapat dilukiskan apa yang terjadi di dalam hati seorang ibu dalam suasana demikian. Namun ia tetap pada tugasnya di bawah salib.

DOA PEMBUKA:

Marilah berdoa: Allah Bapa, sumber kekuatan kami, ketika Putera-Mu ditinggikan di salib, Ibunda-Nya berdiri di situ dan ikut menderita. Semoga kami pun ikut serta dalam sengsara yang diderita Kristus demi keselamatan umat manusia, agar kami dapat ikut serta pula dibangkitkan bersama Dia, yang hidup …

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani 5:7-9

“Yesus pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya” 

Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut. Dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan. Akan tetapi, sekalipun Anak Allah, Yesus telah belajar menjadi taat; dan ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya. Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 31:2-3a.3bc-4.5-6.15-16.20

Ref. Selamatkanlah aku, ya Tuhan, oleh kasih setia-Mu.

  1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan daku.

  2. Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

  3. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia.

  4. Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, aku berkata, “Engkaulah Allahku!” Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan bebaskanlah dari orang-orang yang mengejarku.

  5. Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takwa kepada-Mu, yang telah Kaulakukan di hadapan manusia bagi orang yang berlindung pada-Mu!

SEKUENSIA (Lihat Bunda Yang Berduka / Stabat mater dolorosa), PS 639 -fakultatif

  1. Lihat bunda yang berduka / di depan salib Sang Putra ; air mata bergenang. / O betapa jiwa ibu / tersedu menanggung pilu, bagai ditembus pedang.

  2.  Bunda Putra Tunggal Allah disebut Yang Berbahagia / kini sangat bersedih. / Hatinya dirundung duka, kar’na putra yang termulia bersengsara di salib.

  3. O siapa tidak pilu menyaksikan bunda Kristus menangisi Putranya? / Dan siapa tak tergugah menyelami duka bunda kar’na siksa Anak-Nya.

  4. Dilihatnya Yesus, putra, yang tersiksa dan terluka / kar’na dosa umat-Nya / dan bergumul sendirian / menghadapi kematian / menyerahkan nyawa-Nya.

  5. Wahai bunda sumber kasih, / biar turut kuhayati dukamu yang mencekam; biar hatiku bernyala / mengasihi Putra Allah dan pada-Nya berkenan.

  6. Biarlah sengsara aib / dari Dia yang tersalib tersemat di hatiku; biar siksa salib itu / yang ditanggung-Nya bagiku kudekap bersamamu.

  7. Biar aku di sampingmu / pilu kar’na wafat Kristus di sepanjang hidupku; inilah keinginanku: / di dekat salib Putramu besertamu tersedu.

  8. O perawan yang terpilih, / perkenankan aku ini ikut dikau bersedih;biar kematian Tuhan / dan darah-Nya yang tercurah kukenangkan tak henti.

  9. Biar aku pun terluka / menghayati salib Tuhan, digerakkan kasih-Nya. Hatiku engkau kobarkan; / biar aku dibebaskan dalam penghakiman-Nya.

  10. Biarlah salib Tuhanku / jadi benteng naunganku, dan kurasa rahmat-Nya.Bila nanti aku mati / biar aku mewarisi kemuliaan yang kekal.

Stabat mater dolorosa
juxta crucem lacrimosa,
dum pendebat filius.

Cujus animam gementem,
contristatam et dolentem
per transivit gladius.

O quam tristis et afflicta
fuit illa benedicta
Mater Unigeniti!

Quae moerebat et dolebat,
et tremebat cum videbat
nati poenas inclyti.

Quis est homo qui non fleret,
Christi materm si videret
in tanto supplicio?

Quis non posset contristari,
piam Matrem contemplari
dolentem cum Filio?

Pro peccatis suae gentis,
vidit Jesum in tormentis
et flagellis subditum.

Vidit suum dulcem natum,
morientem, desolatum,
dum emisit spiritum.

Eja Mater, fons amoris,
Me sentire vim doloris
Fac, ut tecum lugeam.

Fac, ut ardeat cor meum
In amando Christum Deum,
Ut sibi complaceam.

Sancta Mater, istud agas,
Crucifixi fige plagas
Cordi meo valide.

Tui nati vulnerati,
Tam dignati pro me pati,
Mecum poenas divide.

Fac me vere tecum flere,
Crucifixo condolere,
Donec ego vixero.

Juxta crucem tecum stare,
Te libenter sociare
In planctu desidero.

Virgo virginum praeclara,
Mihi jam non sis amara,
Fac me tecum plangere.

Fac, ut portem Christi mortem,
Passionis eius sortem,
Et plagas recolere.

Fac me plagis vulnerari,
Cruce hac inebriari,
Ob amorem Filii.

Inflammatus et accensus
Per te, Virgo, sim defensus
In die judicii.

Fac me cruce custodiri,
Morte Christi muniri,
Confoveri gratia.

Quando corpus morietur,
Fac, ut animae donetur
Paradisi gloria.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Alleluya, alleluya
S : Berbahagialah Engkau, Sang Perawan Maria, sebab di bawah salib Tuhan engkau menjadi martir tanpa menumpahkan darahmu

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes 19:25-27

“Inilah anakmu… Inilah ibumu”

Waktu Yesus bergantung di salib, di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu Yesus, isteri Kleopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

ATAU:

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 2:33-35

“Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.”

Ketika Maria dan Yusuf mempersembahkan Anak Yesus di Bait Suci, mereka amat heran mendengar pernyataan Simeon tentang Anak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Gregorius Jenli Imawan SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria

Pendengar Resi Dehonian yang terkasih, selamat berjumpa kembali dengan saya, Romo Jenli, SCJ dari Komunitas Postulat – Novisiat SCJ-St. Yohanes, Gisting (Lampung), dalam ReSi (Renungan Singkat) Dehonian, edisi hari Jumat, 15 September 2023.

Sahabat Dehonian yang diberkati Tuhan, penanggalan liturgi pada hari ini mengajak kita untuk merenungkan pribadi Bunda Maria. Pada hari ini pula, Gereja mengundang kita untuk merayakan Pesta Santa Perawan Maria yang Berdukacita. Ia sebagai Bunda Allah sungguh sedih karena mengalami dan melihat sendiri bagaimana Putranya menderita: disesah, disiksa dan wafat di salib. Hati ibu mana yang tidak sedih dan menderita melihat keadaan anak yang demikian? Di tengah kedukaan hati, Maria tetap setia pada ketaatannya. Ia setia untuk menerima Sabda yang menjadi Manusia dan membersamai-Nya hingga pada peristiwa salib.

Pada hari ini, Maria ditampilkan sebagai Ibu Tuhan Yesus. Ia hadir sebagai pribadi yang dengan kesetiaan-Nya, menjadi orang tua bagi Sang Penyelamat. Kehadirannya sebagai Ibu Tuhan, mengajak kita untuk memandangnya sebagai Ibu, Bunda kita. Sabda Tuhan dari salib menekankan hal itu. Dari atas kayu salib, Ia berkata kepada murid yang dikasihi-Nya: “Inilah Ibumu”. Sabda itu mau mengatakan bahwa keputraan Kristus mengajak kita untuk bersatu dengan-Nya; tidak hanya ikut ambil bagian dari keputraan-Nya dengan Bapa, namun juga keputraan-Nya dengan Bunda Maria. Dari salib, Tuhan mengundang murid yang dikasihi-Nya untuk menerima Maria sebagai Bundanya. Pada titik itulah, Tuhan Yesus mengajak kita semua, sebagai murid-murid-Nya, untuk juga menerima Maria sebagai Bunda kita.

Dalam hidup beriman kita sebagai orang Katolik, bukanlah hal baru bila kita mengundang Maria sebagai Bunda atau Ibu. Dalam seruan doa, kita pun menunjukkan demikian. Memang, kita tidak berdoa kepada Bunda Maria, namun kita berdoa bersamanya kepada Kristus Putra-Nya. Kita tidak menyembah Bunda Maria, namun kita menghormatinya sebagai salah satu dari para kudus. Karena kehadirannya, kita pun dibantu untuk menyampaikan harapan dan doa kita kepada Tuhan Yesus. Keyakinan kita adalah bahwa Maria yang hidup di dunia memiliki kedekatan dengan Yesus Tuhan, demikian pula dengan keadaannya yang sekarang. Kita yakin bahwa ia hidup bersama dengan Putranya di dalam surga. Itulah yang membuat kita semakin teguh untuk berdoa bersama Bunda Maria dalam menyampaikan doa dan harapan kepada Putranya.

Sebagai orang Katolik, baik bila kita menghidupi semangat kecintaan kepada Bunda Maria. Ini dapat kita tunjukkan dengan semakin mencintai devosi Maria, yang dapat dibuat dengan berdoa Rosario, Novena Tiga kali Salam Maria, Malaikat Tuhan dan menjadi bagian dari kelompok Legio Maria.

Hiduplah Hati Kudus Yesus, bersama dengan Hati Maria. Amin.

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:

Allah Bapa yang mahamurah, Engkau menghendaki Ibunda Yesus dengan tabah berdiri di kaki salib serta menunjukkan dia sebagai Bunda Kami. Maka terimalah kiranya dengan rela doa dan persembahan yang kami unjukkan ini demi kemuliaan nama-Mu dan untuk menghormati Bunda kami tercinta itu. Demi Kristus, …

ANTIFON KOMUNI – 1 Ptr 4:13 

Bergembiralah saudara-saudara, bila menderita bersama Kristus, supaya dapat ikut bergembira dan bersuka ria, bila kemuliaan-Nya kelak dinyatakan.

DOA PENUTUP:

Marilah berdoa: Allah Bapa, sumber penebusan kami, pada hari ini kami telah menerima kurnia pembawa keselamatan kekal, dalam merenungkan dan menghormati duka cita Santa Perawan Maria, Bunda Kami. Semoga apa yang masih kurang pada penderitaan Kristus dapat dilengkapi pula dalam diri kami guna kepentingan seluruh umat-Mu. Demi Kristus, …

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

Santa Perawan Maria Berdukacita
oleh: P. William P. Saunders

Pada bulan September kita memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Dapatkah dijelaskan makna dan asal-mula peringatan ini? (seorang pembaca di Fairfax)

Gelar “Bunda Dukacita” diberikan kepada Bunda Maria dengan menitikberatkan pada sengsara dan dukacitanya yang luar biasa selama sengsara dan wafat Kristus. Menurut tradisi, sengsara Bunda Maria ini tidak terbatas hanya pada peristiwa-peristiwa sengsara dan wafat Kristus; melainkan meliputi “tujuh dukacita” Maria, seperti yang dinubuatkan Nabi Simeon yang memaklumkannya kepada Maria, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan  – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri -, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Lukas 2:34-35). Tujuh Dukacita Bunda Maria meliputi Nubuat Simeon, Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir; Kanak-kanak Yesus Hilang dan Diketemukan di Bait Allah; Bunda Maria Berjumpa dengan Yesus dalam Perjalanan-Nya ke Kalvari; Bunda Maria berdiri di kaki Salib ketika Yesus Disalibkan; Bunda Maria Memangku Jenasah Yesus setelah Ia Diturunkan dari Salib; dan kemudian Yesus Dimakamkan. Secara keseluruhan, nubuat Simeon bahwa sebilah pedang akan menembus hati Bunda Maria digenapi dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, Bunda Maria terkadang dilukiskan dengan hatinya terbuka dengan tujuh pedang menembusinya. Dan yang terpenting ialah bahwa setiap dukacita diterima Bunda Maria dengan gagah berani, dengan penuh kasih, dan dengan penuh kepercayaan, seperti digemakan dalam Fiat-nya, “jadilah padaku menurut perkataan Tuhan,” yang diucapkannya pertama kali dalam peristiwa Kabar Sukacita.

Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita mulai populer pada abad keduabelas, meskipun dalam berbagai gelar yang berbeda. Beberapa tulisan didapati berasal dari abad kesebelas, teristimewa di kalangan para biarawan Benediktin. Pada abad keempatbelas dan kelimabelas, peringatan dan devosi ini telah tersebar luas di kalangan Gereja.

Yang menarik, pada tahun 1482, peringatan ini secara resmi dimasukkan dalam Misale Romawi dengan gelar “Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan,” (Our Lady of Compassion) dengan menekankan besarnya cinta kasih Bunda Maria yang diperlihatkannya dalam sengsara bersama Putranya. Kata `compassion’ berasal dari kata Latin `cum’ dan `patior’ yang artinya “menderita bersama”. Dukacita Bunda Maria melampaui dukacita siapa pun oleh sebab ia adalah Bunda Yesus, yang bukan hanya Putranya, melainkan juga Tuhan dan Juruselamatnya; Bunda Maria sungguh menderita bersama Putranya. Pada tahun 1727, Paus Benediktus XIII memasukkan Peringatan Santa Perawan Maria Bunda Berbelas Kasihan dalam Penanggalan Romawi, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Hari Minggu Palma. Peringatan ini kemudian ditiadakan dengan revisi penanggalan yang diterbitkan dalam Misale Romawi tahun 1969.

Pada tahun 1668, peringatan guna menghormati Tujuh Dukacita Maria ditetapkan pada hari Minggu setelah tanggal 14 September, yaitu Pesta Salib Suci. Peringatan ini kemudian disisipkan dalam penanggalan Romawi pada tahun 1814, dan Paus Pius X menetapkan tanggal yang permanen, yaitu tanggal 15 September sebagai Peringatan Tujuh Duka Santa Perawan Maria (yang sekarang disederhanakan menjadi Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita). Penekanan utamanya di sini adalah Bunda Maria yang berdiri dengan setia di kaki salib di mana Putranya meregang nyawa; seperti dicatat dalam Injil St. Yohanes, “Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: `Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: `Inilah ibumu!’” (Yohanes 19:26-27). Konsili Vatikan Kedua dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja menulis, “…ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Putranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.” (#58).

St. Bernardus (wafat tahun 1153) menulis, “Sungguh, ya Bunda Maria, sebilah pedang telah menembus hatimu…. Ia wafat secara jasmani oleh karena kasih yang jauh lebih besar daripada yang dapat dipahami manusia. Bunda-Nya wafat secara rohani oleh karena kasih seperti yang tak dapat dibandingkan selain dengan kasih-Nya.” (De duodecim praerogatativs BVM).

Dengan menekankan belas kasihan Bunda Maria, Bapa Suci kita, Paus Yohanes Paulus II, mengingatkan umat beriman, “Bunda Maria yang Tersuci senantiasa menjadi penghibur yang penuh kasih bagi mereka yang mengalami berbagai penderitaan, baik fisik maupun moral, yang menyengsarakan serta menyiksa umat manusia. Ia memahami segala sengsara dan derita kita, sebab ia sendiri juga menderita, dari Betlehem hingga Kalvari. ‘Dan jiwa mereka pula akan ditembusi sebilah pedang.’ Bunda Maria adalah Bunda Rohani kita, dan seorang ibunda senantiasa memahami anak-anaknya serta menghibur dalam penderitaan mereka. Dengan demikian, Bunda Maria mengemban suatu misi istimewa untuk mencintai kita, misi yang diterimanya dari Yesus yang tergantung di Salib, untuk mencintai kita selalu dan senantiasa, dan untuk menyelamatkan kita! Lebih dari segalanya, Bunda Maria menghibur kita dengan menunjuk pada Dia Yang Tersalib dan Firdaus!” (1980).

Oleh sebab itu, sementara kita menghormati Bunda Maria, Bunda Dukacita, kita juga menghormatinya sebagai murid yang setia dan teladan kaum beriman. Marilah kita berdoa seperti yang didaraskan dalam doa pembukaan Misa merayakan peringatan ini: “Bapa, sementara PutraMu ditinggikan di atas salib, Bunda-Nya Maria berdiri di bawah kaki salib-Nya, menanggung sengsara bersama-Nya. Semoga Gereja-Mu dipersatukan dengan Kristus dalam Sengsara dan Wafat-Nya, sehingga beroleh bagian dalam kebangkitan-Nya menuju hidup baru.” Dengan meneladani Bunda Maria, semoga kita pun dapat mempersatukan segala penderitaan kita dengan sengsara Kristus, serta menghadapinya dengan gagah berani, penuh kasih dan kepercayaan.   


sumber : “Straight Answers: Mother of Sorrows” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald.  All rights reserved; www.catholicherald.com

“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

http://yesaya.indocell.net/id616.htm#:~:text=Peringatan%20ini%20kemudian%20disisipkan%20dalam,Peringatan%20Santa%20Perawan%20Maria%20Berdukacita).

2 Comments

  • Herlin September 15, 2023 at 4:03 am

    Bunda Maria yg berduka
    Doakanlah kami anak anakmu

    Reply
  • Firmus dega September 15, 2023 at 9:22 am

    Mks Romo

    Reply

Leave a Comment