Jumat, 01 Desember 2023 – Peringatan Wajib Beato Dionisius dan Redemptus, Martir Indonesia

Rm. V. Teja Anthara SCJ dari Komunitas SCJ Seminari St. Paulus Palembang Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI :

ANTIFON PEMBUKA:

Para kudus bergembira di surga, sebab telah mengikuti jejak Kristus. Mereka menumpahkan darahnya demi Dia, sehingga kini bersuka ria selamanya.

PENGANTAR:

Dionisius, asal Perancis Utara, semula seorang pelaut. Pada umur 35 tahun ia memutuskan menjadi ima dan masuk biara Karmel. Sedangkan Redemptus, asal Portugal, semula seorang tentara Portugal, yang menjadi bruder Karmel. Pada tahun 1638 keduanya mengikuti rombongan utusan Portugasl ke Aceh. Sampai di sana mereka di tangkap dan dipenjarakan. Pada tanggal 29 November 1638 mereka gugur sebagai martir. Usaha mereka untuk mewartakan Injil di Indonesia nampaknya gagal total. Tetapi bukanlah biji gandung harus jatuh dan mati, supaya dapat tumbuh dan berbuah?

DOA PEMBUKA:

Marilah berdoa: Allah Bapa sekalian manusia. Engkau telah mendorong Beato Dionisius dan Redemptus untuk meninggalkan tanah airnya masing-masing dan menaburkan benih sabda-Mu di Asia. Di tanah air kami mereka menyerahkan nyawa demi nama-Mu dan usaha mereka terhenti. Semoga kami mampu meneruskan usaha mulia itu, sehingga akhirnya biji gandung yang jatuh dan mati itu menghasilkan buah berlimpah. Demi Yesus Kristus,…

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Nubuat Daniel 7:2-14

“Seseorang serupa Anak Manusia datang bersama awan-gemawan.”

Aku, Daniel, mendapat suatu penglihatan pada waktu malam. Tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar. Lalu naiklah empat binatang besar dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain. Yang pertama rupanya seperti seekor singa dan mempunyai sayap burung rajawali. Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia dan kepadanya diberikan hati manusia. Dan tampak ada seekor binatang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang. Ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada dalam mulutnya di antara giginya. Kepadanya dikatakan demikian, ‘Ayo makanlah daging banyak-banyak’. Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain lagi, rupanya seperti macan tutul. Ada empat sayap burung pada punggungnya. Lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan. Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi. Ia melahap dan meremukkan mangsanya, dan sisanya diinjak-injak dengan kakinya. Ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu. Lagipula ia bertanduk sepuluh. Sementara aku memerhatikan tanduk-tanduk itu, tumbuhlah di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu tercabut. Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong. Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, dan beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab. Aku terus melihatnya, karena tanduk kecil binatang yang keempat itu mengucapkan kata-kata sombong. Aku terus melihatnya sampai binatang itu dibunuh. Bangkainya dibinasakan dan dilemparkan ke dalam api yang membakar. Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai waktu dan saatnya. Aku terus melihat dalam penglihatan waktu malam itu, nampak seseorang serupa Anak Manusia datang dari langit bersama awan-gemawan. Ia menghadap Dia yang telah lanjut usia-Nya dan diantar ke hadapan-Nya. Kepada yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja. Dan segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya dan kerajaan-Nya takkan binasa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

KIDUNG TANGGAPAN: Daniel 3:75.76.77.78.79.80.81

Ref. Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.

  1. Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung

  2. Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi

  3. Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit

  4. Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai

  5. Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala yang bergerak di air

  6. Pujilah Tuhan, hai unggas di udara

  7. Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Alleluya
S : (Luk 21:28) Angkatlah kepalamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 21:29-33

“Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.”

Pada waktu itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. V. Teja Anthara SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Pendengar Resi Dehonian terkasih, jumpa kembali dengan saya Romo Valentinus Teja Anthara scj dari Komunitas SCJ, Seminari Menengah St. Paulus – Palembang, – Indonesia, dalam Resi – renungan singkat – dehonian edisi hari Jumat – tanggal satu  –– Desember  tahun dua ribu dua puluh tiga – hari biasa pekan biasa ke tiga puluh dua, bersamaan peringatan wajib B. Dionisius dan Redemptus martir.

Sahabat Resi yang dikasihi Tuhan.  Yesus dalam mengajar para murid, konteks pengajaranNya tentang akhir zaman, yakni saat kedatangan Anak Manusia. Dalam ayat-ayat sebelumnya telah digambarkan, bahwa fenomena akhir zaman itu sangat menakutkan. Yesus tahu bahwa mereka yang mendengar pengajaran ini pun akan merasakan betapa dalamnya rasa ketakutan itu. Karena itulah, Yesus mengemukakan penghiburan ini dengan maksud agar orang-orang beriman tidak tenggelam pada ketakutan dan ketidakpastian. Melainkan dengan mengandalkan imannya, mereka berharap dan percaya bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

Marilah kita lihat pesa-pesanNya. Pertama, “perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.” Saat pohon-pohon bertunas, itulah musim semi. Musim semi adalah harapan ketika musim dingin yang mencekam menakutkan berakhir. Yesus menghendaki agar setiap orang dengan aneka pergumulannya, janganlah tenggelam dalam ketakutan seperti orang yang tak berpengharapan di “musim dingin”. Percayalah, musim semi akan datang.  Kedatangan musim semi harusnya semakin menguatkan harapan bahwa musim panas akan tiba juga.

Saat musim panas tiba, setiap orang akan menikmati kebebasannya, demikian juga segala tumbuhan boleh mengalami pertumbuhan dan buah yang penuh. Yesus adalah “musim panas” yang dinanti. Dialah Sang Matahari sejati yang akan membebaskan setiap orang beriman dari ketakutan dan belenggu ketidakpastian.

Pendengar resi terkasih. Kedua, akhir zaman memang menakutkan dan bahwa segala sesuatu yang ada sekarang akan berakhir, itulah kenyataannya. Tetapi Yesus, Sang Matahari sejati pasti akan datang menghadirkan kerajaanNya, yakni sabda-Nya sendiri, “musim panas” baru yang tidak akan berakhir. Yesus sendiri berkata: “langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu”.

Kesedihan, keraguan, ketidakpastian bahkan ketakutan bisa saja dialami. Namun dengan keteguhan iman, pengharapan dan kasih maka niscaya Kristus Sang Matahari sejati akan datang dan menghibur dan membebaskan kita. Mari bangun pengharapan di hari baru ini, sambutlah Yesus di hatimu.

Pendengar Resi yang terkasih. Hari ini Yesus mengingatkan kita bahwa langit dan bumi akan berlalu, namun sabda-Nya tidak akan berlalu. Kita yakin dan percaya bahwa sabda Yesus adalah sabda yang hidup. Sabda yang membawa kita pada keselamatan.

Dalam menghadapi akhir jaman, yang tidak seorang pun tahu kapan waktunya, Yesus mengajak kita untuk mempunyai pedoman dan pegangan yang kokoh, yakni sabda-Nya sendiri. Sabda-Nya kita temukan terutama dalam kitab suci. Pertanyaannya, seberapa kita dekat dengan Kitab Suci?

“Langit dan bumi akan berlalu”. Kitab Suci  pasti akan berlalu, namun sabda yang di dalamnya tidak akan pernah berlalu. Semoga kita semakin mencintai Kitab Suci untuk menjadikan hidup kita sebagai Alkitab yang hidup. Dengan demikian, perkataan dan perbuatan kita tidak menjadi kutuk bagi orang lain, namun mendatangkan berkat untuk sesama.

Semoga kita juga semakin peka menangkap tanda. Sikap natural dari penantian adalah selalu melihat, mendengar, menangkap tanda-tanda kedatangan dari yang dinantikan.  Dan semua itu mendorong kita untuk melakukan pembaruan-pertobatan; yaitu memanfaatkan kesempatan untuk menyiapkan diri atau memperbaiki hidup kita sehari-hari. Dan kita memohon iman semakin ditambahkan.

Dengan demikian tindakan iman menanti hari kedatangan Tuhan bukan hanya terletak pada kesadaran kita akan masa penantian, atau kecermatan kita membaca tanda-tanda kedatangan Tuhan. Melainkan tindakan menyiapkan diri dalam bentuk pembaruan hidup, mengubah diri dan menata pertobatan. Semoga semangat Hati Kudus menjadi semangat penantian kita. Amin

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:

Allah Bapa yang mahakudus, Beato Dionisius dan Redemptus telah mempersembahakan hidupnya kepada-Mu. Terimalah kiranya kini persembahan kami ini, dan semoga karenanya kami berani memberi kesaksian tentang penebusan-Mu tanpa gentar sedikit pun. Demi Kristus, …

ANTIFON KOMUNI – Yoh 12:24-25

Biji gandum yang tidak ditanam dan mati, akan tetap tinggal sebiji.NTetapi jika mati, akan berbuah banyak sekali.

DOA SESUDAH KOMUNI

Marilah berdoa: Allah Bapa kami yang maha pengasih, kami sudah menyambut tubuh Kristus dan bersatu dengan dengan Dia. Semoga kami takkan pernah terpisah dari cinta kasih-Nya berkat doa dan teladan para martir-Mu Beato Dionisius dan Redemptus dan berani menghadapi segala tantangan. Demi Kristus,…

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

Beato Redemptus dan Dionisius Menjadi Martir di Aceh

 

Hari ini 29 November 2017, gereja Katolik memperingati dan merayakan dua orang kudus yaitu:

1. Beato Redemptus A Cruce (dari Salib)

Beaoto Redemtus lahir 15 Maret 1598 dari Paredes, Portugal, pernah berkarya di Goa – India, Sumatra – Indonesia; Wafat sebagai Martir (ditembak dengan panah lalu lehernya digorok) di Aceh, Indonesia pada 27 November 1638. Dibeatifikasi pada 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

Redemptus lahir di sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Orangtuanya memberinya nama Tomás Rodrigues da Cunha di Paredes. Semenjak usia muda, ia masuk dinas ketentaraan Portugis dan ditugaskan ke India. Namun pada tahun 1615 Ia mengundurkan diri dari dinas ketentaraan karena ingin menjadi biarawan.Ia lalu bergabung dengan biara karmel di Goa sebagai seorang Bruder dan mengambil nama biara Redemptus dari Salib (Redemptus a Cruce). Di biara inilah ia bertemu dengan seorang biarawan kudus yang dulunya adalah seorang pelaut dan juga seorang tentara yang bernama Dionisius a Nativitate. 

2. Beato Dionisius a Nativitate

Beato Dionisius lahir 12 Desember 1600 dari Honfleur, Perancis, berkarya ditempat yang sama dengan Beato Redemptus; wafat sebagai Martir (kepalanya di pukul dengan gada hingga pecah lalu lehernya digorok) di Aceh Indonesia pada tanggal 27 November 1638. Dibeatifikasi pada 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII.

Nama baptisnya Pierre Berthelot. Ia lahir di kota Honfleur, Perancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayahnya adalah seorang dokter dan nakoda kapal dan Ibunya yang bernama Fleurie Morin adalah seorang aristokrat Prancis yang harum namanya. Semua adiknya : Franscois, Jean, Andre, Geoffin dan Louis menjadi pelaut seperti ayahnya. Pierre sendiri semenjak kecil (12 tahun) telah mengikuti ayahnya mengarungi lautan luas; dan ketika berusia 19 tahun ia sudah menjadi seorang pelaut ulung. 

3. Riwayat Kemartiran

Alkisah pada tahun 1638, Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva, bermaksud mengirim misi diplomatik ke Aceh yang baru saja berganti sultan; dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik.

Sebagai seorang bekas pelaut yang sudah pernah datang ke Banten, Dionisius ditunjuk sebagai almosenir (juru bahasa dan pandu laut). Oleh karena itu tahbisan imamatnya dipercepat. Dionisius ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1637 oleh Mgr. Alfonso Mendez. Bruder Redemptus dengan izinan atasannya ikut serta dalam perjalanan dinas itu sebagai pembantu.

Misi ini dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro sebagai duta. Para anggota misi yang lainnya adalah : Pater tentara Dionisius, Bruder Redemptus, Don Ludovico da Soza, dua orang biarawan Fransiskan, seorang pribumi dan 60 orang awak kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah.

Tetapi keramahan orang Aceh ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik diwilayah Aceh. Karena itu semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Selama sebulan mereka meringkuk di dalam penjara dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Beberapa orang dari antara mereka meninggalkan imannya untuk membeli kebebasan mereka.

Dionisius dan Redemptus terus meneguhkan iman saudara-saudaranya dan memberi mereka hiburan. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum mati bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan karena mereka adalah pemeluk agama Katolik. Maklumat sultan ini diterjemahkan oleh Pater Dionisius kepada teman-temannya.

Sebelum menyerahkan nyawa ke tangan para algojo, mereka semua berdoa dan Pater Dionisius mengambil salib dan memperlihatkan kepada mereka supaya jangan mundur, melainkan bersedia mengorbankan nyawa demi Kristus Yang Tersalib dan yang telah menebus dosa dunia, dosa mereka. Dionisius memohon ampun kepada Tuhan dan memberikan absolusi terakhir kepada mereka satu per satu. Segera tentara menyeret Dionisius dan dimulailah pembantaian massal.

Setelah teman-temannya dibunuh satu-demi satu, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Algojo-algojo semakin beringas untuk segera menamatkan riwayat Dionisius. Namun langkah mereka terhenti di hadapan Dionisius.

Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani. Segera kepala algojo mengirim utusan kepada sultan agar menambah bala bantuan.

Dionisus lalu berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaannya dikabulkan. Seorang algojo – yang adalah seorang Kristen Malaka yang murtad – mengangkat gada dan mengayunkan dengan keras ke kepala Dionisius, disusul dengan kelewang yang memisahkan kepala Dionisius dari tubuhnya.

Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang – ke laut dan tengah hutan – senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien (‘pulau buangan’). Kemudian dipindahkan ke Goa, India.

Pater Dionisius a Nativity di beatifikasi bersama dengan Bruder Redemptus a Cruce pada tanggal 10 Juni 1900 oleh Paus Leo XIII

 

Sumber: https://www.hidupkatolik.com/2017/11/29/15335/beato-redemptus-dari-salib.php

2 Comments

  • Herlin Desember 1, 2023 at 8:11 am

    Amin.

    Reply
  • Yufita Barito Desember 1, 2023 at 12:02 pm

    Terimakasih Romo untuk renungannya 🔥🕊

    Reply

Leave a Comment