Sabtu, 18 Januari 2025 – Hari Biasa Pekan I (Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen)

Rm. Rafael Sudibyo SCJ dari Komunitas SCJ Paroki St.Theresia Jambi – Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Ibrani 4:16⁣

Marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, agar kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.⁣

PENGANTAR⁣: 

Yesus memilih pembantu-pembantu-Nya dari antara orang-orang biasa, bahkan dari golongan yang dicurigai. Akan tetapi, la juga memperhatikan maksud dan gagasan orang. Tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Tekad untuk menemukan, kesediaan untuk terbuka dan bekerja sama, itulah yang penting bagi-Nya.⁣

DOA KOLEKTAN: 

Marilah berdoa: Allah Bapa, sumber pengharapan, Yesus Putra-Mu telah Kauurapi dan menyampaikan sabda-Mu penuh kekuatan dan kesuburan. Kami mohon, semoga sabda-Mu berkarya benar-benar sebagaimana Kaukehendaki dan menumbuhkan harapan bagi siapa saja  yang mendambakan Dikau. Demi Yesus Kristus Putra-Mu Tuhan dan pengantara kami, yang..⁣

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Surat kepada orang Ibrani 4:12-16

“Marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian.”

Saudara-saudara, sabda Allah itu hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun! Sabda itu menusuk amat dalam, sampai ke batas jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum! Sabda itu sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban. Kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita! Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 19:8-9.10.15

Ref. Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.

  1. Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh memberikan hikmat kepada orang yang bersahaja.

  2. Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata ceria.

  3. Takut akan Tuhan itu suci, tetap untuk selama-lamanya; hukum-hukum Tuhan itu benar, adil selamanya.

  4. Lebih indah daripada emas, bahkan daripada emas tua; dan lebih manis daripada madu, bahkan daripada madu tetesan dari sarang lebah.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Alleluya
S  : (Luk 4:18-19) Tuhan mengutus Aku mewartakan Injil kepada orang yang hina-dina dan memberitakan pembebasan kepada orang tawanan. Alleluya.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus 2:13-17

“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Sekali peristiwa Yesus pergi ke pantai Danau Galilea, dan semua orang datang kepada-Nya. Yesus lalu mengajar mereka. Kemudian ketika meninggalkan tempat itu, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah aku!” Maka berdirilah Lewi, lalu mengikuti Yesus. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Lewi, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya, “Mengapa Gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengar pertanyaan itu dan berkata kepada mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa!”

Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Rafael Sudibyo SCJ

Vivat Cor IESU per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria!

Para pendengar Resi Dehonian yang terkasih, selamat berjumpa kembali dengan saya, Rm. Rafael Sudibyo, SCJ, dari komunitas Paroki St. Teresia Jambi, dalam resi – renungan singkat dehonian, edisi hari Sabtu, Hari Biasa Pekan I, Sabtu 18 Januari 2025. Marilah kita mendengarkan sabda Tuhan; Pembacaan dari Injil Suci, menurut Matius (Mrk 2:13-17)

Para pendengar resi dehonian yang terkasih, Dalam perikop ini, Yesus memanggil Lewi, seorang pemungut cukai, untuk menjadi murid-Nya. Pemungut cukai pada zaman itu sering dianggap sebagai orang berdosa oleh masyarakat Yahudi. Mereka bekerja untuk pemerintah Romawi dan seringkali melakukan pemerasan atau penipuan. Dengan reputasi buruk seperti itu, mereka dijauhi dan dianggap tidak layak berada di tengah masyarakat yang saleh.

Namun, Yesus mendatangi Lewi di tempat kerjanya, memandangnya, dan berkata, “Ikutlah Aku.” Tanpa ragu, Lewi meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus. Tidak hanya itu, Lewi kemudian mengundang Yesus untuk makan di rumahnya, bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya.

Melihat hal ini, para ahli Taurat dan orang Farisi bertanya dengan nada mengecam, “Mengapa Ia makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?” Jawaban Yesus begitu menohok:

“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Yesus menunjukkan kepada kita bahwa kasih Allah tidak terbatas pada mereka yang dianggap suci atau layak oleh pandangan manusia. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Seperti seorang tabib yang mendatangi orang sakit, Yesus juga mendatangi mereka yang hidupnya penuh dengan dosa, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan dan memulihkan.

Ketika Lewi menerima panggilan Yesus, ia meninggalkan hidup lamanya dan memulai perjalanan baru bersama Tuhan. Hal ini mengajarkan kita bahwa setiap orang, betapapun besar dosanya, memiliki kesempatan untuk bertobat dan menerima kasih Allah.

Bagaimana dengan kita? Kadang-kadang, kita mungkin merasa seperti Lewi, tidak layak, penuh dosa, atau bahkan dijauhi oleh orang lain. Tetapi, kabar gembiranya adalah Yesus tetap memanggil kita. Dia tidak menunggu kita menjadi sempurna atau “baik” terlebih dahulu. Dia memanggil kita apa adanya, untuk berubah dan hidup lebih dekat dengan-Nya.

Namun, di sisi lain, kita juga mungkin seperti orang Farisi, yang mudah menghakimi dan merasa lebih benar daripada orang lain. Melalui perikop ini, Yesus menantang kita untuk melihat dunia dengan mata kasih-Nya, untuk tidak menghakimi, tetapi mendekati mereka yang terluka, terpinggirkan, atau dianggap berdosa, dan menjadi saluran kasih Allah bagi mereka.

Mari kita belajar dari Yesus, yang mengajarkan kasih tanpa syarat. Dia datang bukan untuk menghakimi, tetapi untuk memulihkan. Semoga kita juga dapat menjadi pribadi yang membawa kasih dan pengharapan kepada siapa pun yang kita temui, terutama mereka yang membutuhkan sentuhan kasih Allah.

Semoga Hati Kudus Yesus merajai hati kita semua. Amin.

DOA PERSIAPAN⁣ PERSEMBAHAN: 

Allah Bapa di surga, sehatkanlah kami berkat roti anggur ini dan jadikanlah kami pengikut Yesus yang setia. Sebab Dialah Tuhan dan pengantara kami.⁣

ANTIFON KOMUNI – Markus 2:14⁣

Yesus berkata kepada Lewi, “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Lewi dan mengikuti Yesus.⁣

DOA SESUDAH KOMUNI⁣: 

Marilah berdoa: Allah Bapa di surga, kami bersyukur atas daya cinta kasih, yang mendatangkan kesehatan pada diri Yesus Putra-Mu. Kami mohon, semoga kami Kaulimpahi daya itu, agar dunia menemukan kedamaian. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

Minggu Doa untuk Persatuan Kristen 2025

 

Tema: Apakah Kamu Percaya Ini? (18–25 Januari 2025)

Pengantar

Pada inti refleksi untuk Minggu Doa untuk Persatuan Kristen tahun ini terdapat pertanyaan yang diajukan oleh Yesus kepada Marta: “Apakah kamu percaya ini?” (Yohanes 11:26). Pertanyaan yang sama juga bergema dalam diskusi Konsili Ekumenis pertama di Nicea pada tahun 325, yang mengumpulkan komunitas-komunitas Kristen dari seluruh dunia untuk memperkuat hubungan mereka sebagai Gereja Yesus Kristus.

Jika dibaca secara terpisah, pertanyaan itu mungkin tampak seperti tantangan keras, tetapi dalam kisah Injil, jelas bahwa kata-kata Yesus diucapkan dengan kasih dan dirasakan sebagai undangan sekaligus tantangan. Demikian pula, meskipun Konsili Nicea tidak luput dari tantangan saat Gereja yang terluka dan tercerai-berai berupaya memahami kebenaran pesan Injil, ada keinginan nyata untuk memperdalam koneksi dan rasa kebersamaan serta hidup setia sebagai murid Kristus.

Melalui refleksi ini, kita diingatkan bahwa karunia iman kita membawa dukungan sekaligus tantangan. Peringatan 1700 tahun Konsili Nicea tahun ini disambut dengan antusiasme yang penuh harapan oleh Gereja global dan badan-badan ekumenis, yang menginspirasi berbagai acara dan dialog. Momen sejarah yang signifikan ini dihargai sebagai sejarah bersama lintas tradisi Kristen yang berbeda, meskipun jalan kita mungkin telah beragam sejak saat itu. Beberapa tradisi tetap lebih dekat dengan Gereja yang dibayangkan di Nicea, di mana Kredo Nicea tetap menjadi pernyataan iman yang sangat penting, sementara yang lain mengadopsi model non-kredo, menekankan bentuk-bentuk lain dari ekspresi iman Kristen bersama. Melihat kembali bersama dari perspektif kita yang berbeda menghadirkan peluang untuk memperdalam pemahaman dan hubungan, memperkuat kesatuan dalam keragaman.

Sambil mengenali nilai dari melihat ke belakang ini, kita juga sadar akan kebutuhan untuk merenungkan bagaimana kita menanggapi pertanyaan Kristus dalam keadaan masa kini, sambil mempertimbangkan apa yang bisa kita pelajari dari teladan dan pengalaman Nicea. Sebuah pertanyaan penting dalam hal ini, dan yang coba dijawab oleh sumber daya Minggu Doa untuk Persatuan Kristen ini, adalah: apa relevansi pertanyaan ini terhadap kehidupan dan misi Gereja lokal?

Ada peluang untuk merayakan, mengambil kekuatan, dan semangat dari karunia iman kita yang bersama. Di masa yang penuh gejolak dan turbulensi ini, kita dapat terhibur oleh ketahanan iman tersebut. Gereja yang berkumpul di Nicea adalah Gereja yang telah terguncang dan terluka oleh kekerasan dan penganiayaan, sehingga sangat dekat dengan penderitaan umat manusia. Gereja ini dihadapkan pada peluang untuk berdialog dengan kekuatan politik, yang menimbulkan pilihan sulit tentang cara terbaik membagikan Kabar Baik Injil sebagai murid-murid Kristus yang setia, yang Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Di dunia yang terpecah-pecah saat ini, ketika kepercayaan pada kesediaan kekuasaan politik dan otoritas, termasuk Gereja, untuk melindungi yang paling rentan telah terkikis, bagaimana pembaruan komitmen kita terhadap persatuan Kristen dapat memberikan kontribusi untuk perubahan positif?

Dunia kita yang terpolarisasi dan terpecah membutuhkan visi baru untuk perdamaian, yang berpusat pada pengakuan keterhubungan dan kemanusiaan bersama kita. Saat kita berkumpul untuk menandai peringatan ini, kita memiliki peluang untuk mengajukan pertanyaan sulit tentang apa yang mungkin menghalangi identitas bersama kita sebagai orang Kristen dan kesaksian kolektif kita kepada dunia. Kita diingatkan akan kekuatan transformasi iman kita yang memberikan harapan dalam penderitaan melalui janji bahwa segala sesuatu akan diperbarui di dalam Kristus.

Dr Nicola Brady, Sekretaris Jenderal, Churches Together in Britain and Ireland

Pengantar ke dalam Ibadat

Perayaan ekumenis tahun ini telah dipersiapkan oleh komunitas Bose, sebuah biara ekumenis yang beranggotakan saudara dan saudari di Italia utara. Di Bose, kehidupan komunitas dibentuk oleh ritme doa yang teratur. Saat lonceng berbunyi memanggil para saudara, saudari, dan tamu untuk berdoa, mereka semua berkumpul di gereja.

Saat kita merayakan 1.700 tahun sejak Konsili Nicea, ibadat ini menempatkan Kredo Nicea di pusatnya. Sebagai cerminan dari hal ini, pembacaan Kitab Suci tahun ini berfokus pada iman.

Dalam ibadat ini, komunitas yang berkumpul diajak untuk merenungkan kisah pengakuan iman Marta kepada Yesus seperti yang diceritakan dalam Yohanes 11:17-27. Setiap orang dipanggil untuk duduk bersama pertanyaan provokatif Yesus kepada Marta: “Apakah kamu percaya ini?”

Sebagai tanggapan atas pewartaan Firman, kita menegaskan iman kita bersama dalam pengucapan khidmat Kredo Nicea. Momen ini ditandai dengan pembagian terang Kristus, yang disimbolkan oleh lilin yang menyala. Lilin-lilin dibagikan, dan terang itu menyebar di antara jemaat. Kita berdiri bersama sebagai terang dunia, bersatu dalam kasih, menegaskan: “Kami percaya…”. Pada akhir pengucapan Kredo, lilin-lilin yang menyala ditempatkan bersama di tempat yang aman, untuk terus menyala sebagai pengingat panggilan kita yang berkelanjutan menuju persatuan Kristen.

Ciri khas lain dari ibadat tahun ini adalah dimasukkannya tulisan-tulisan Kristen awal, terutama dalam doa-doa syafaat. Bagi saudara dan saudari di Bose, tulisan-tulisan ini adalah sumber hidup bagi kehidupan bersama mereka.

 

Materi untuk Setiap Hari dalam Minggu Doa

Hari 1: Keibuan dan Kebapaan Allah yang Memerintah Alam Semesta

Bacaan Kitab Suci:

  • Yesaya 63:15-17

  • Mazmur 139:1-3, 13, 23-24

  • 1 Korintus 8:5-6

Komentar: Penulis kuno, termasuk Alkitab, mengenali kualitas Allah sebagai Bapa dan Ibu, sebagaimana dicatat oleh Klemens dari Aleksandria: “Dalam belas kasih-Nya, Ia telah menjadi bagi kita seorang ibu.” Kita tidak dapat sepenuhnya memahami luasnya alam semesta, tetapi kita dapat mulai menghargai keajaiban bagian kecil dari alam semesta yang kita huni ini. Meskipun tidak semuanya indah, dan kita sering menyalahgunakan bumi kita, Allah terus memanggil kita untuk menjadi penatalayan yang bijak.

Refleksi:

  • Bagaimana Anda mengalami kasih keibuan dan kebapaan Allah dalam hidup Anda?

  • Apa yang menghalangi kita untuk mengenali setiap orang sebagai anak Allah?

  • Bagaimana pengakuan bahwa Allah adalah Bapa bagi semua memengaruhi hubungan kita dengan orang lain?

Doa: Kami memuji-Mu, ya Tuhan, Bapa segala terang: Dari-Mu turun segala sesuatu yang baik dan sempurna. Engkau menciptakan dunia dan segala isinya, Engkau adalah Tuhan langit dan bumi. Rekatkan kami dalam kesatuan yang telah kami renggangkan, melalui Yesus Kristus, Putra-Mu. Amin.

Go and Do:

  • Personal: Lakukan tindakan kecil yang dapat memperbaiki lingkungan sekitar Anda.

  • Lokal: Ajak gereja-gereja di sekitar Anda untuk bersama menunjukkan kasih Allah.

  • Global: Pelajari dan dukung tetangga global Anda, terutama terkait isu-isu seperti krisis iklim.

1 Comment

  • Firmus dega Januari 18, 2025 at 7:18 am

    Makasih Romo

    Reply

Leave a Comment