Senin, 07 Oktober 2024 – Peringatan Wajib St. Perawan Maria, Ratu Rosario

Rm. Andreas Nugroho SCJ dari Komunitas SCJ Rumah Damai Dehon Palembang – Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Luk 1:28,42

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu.

PENGANTAR:

Suatu tanda bahaya, seruan mohon bantuan, selalu diulang-ulang dengan harapan akan mendapat jawaban. Suatu saat kegembiraan mendalam, suatu saat yang membahagiakan, berkali-kali dikenang untuk dinikmati lebih lama. Mungkin tiada kebaktian yang amat erat hubungannya dengan manusia seperti Rosario, doa harian orang-orang kecil sederhana. Mungkin ulangan-ulangan itu kurang mengena bagi kita. Tetapi hendaknya kita tanyakan, apakah doa-soa kita juga sejujur dan seikhlas sesederhana doa Rosario itu?

Penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi 3 abad sebelumnya, yaitu ketika terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara-negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria.

Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu Rosario.

DOA PEMBUKA:

Marilah berdoa: Allah Bapa yang mahamurah, kami mengetahui dari kabar malaikat, bahwa Yesus Kristus, Putera-Mu, menjadi manusia. Kami mohon curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya berkat sengsara dan salib-Nya kami diantar kepada kebangkitan mulia. Demi Yesus Kristus, …

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia 1:6-1

“Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia.”

Saudara-saudara, aku heran, bahwa kalian begitu cepat berbalik dari Allah, yang telah memanggil kalian oleh kasih karunia Kristus, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil; hanya ada orang-orang yang mengacaukan kalian dan yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi seandainya kami sendiri atau pun seorang malaikat dari surga mewartakan kepada kalian suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi, “Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kalian terima, terkutuklah dia.” Jadi bagaimana sekarang? Adakah aku mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah aku mencoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencari perkenanan manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus. Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku menerimanya bukan dari manusia, dan bukan pula manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh pernyataan Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 111:1-2.7-8.9.10c

Ref. Tuhan selalu ingat akan perjanjian-Nya.

  1. Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.

  2. Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh; perintah-Nya lestari untuk selama-lamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.

  3. Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Alleluya, alleluya, alleluya.
S : (Yoh 13:34) Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 10:25-37

“Siapakah sesamaku?”

Pada suatu ketika, seorang ahli kitab berdiri hendak mencobai Yesus, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya, “Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu. Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali.’ Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya.” Yesus berkata kepadanya, “Pergilah, dan lakukanlah demikian!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Andreas Nugroho SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Sahabat  Pendengar Resi Dehonian terkasih, jumpa kembali dengan saya Romo Andreas Nugroho SCJ dari komunitas SCJ-Rumah Damai Dehon Palembang-Indonesia, dalam Resi – Renungan Singkat – Dehonian edisi Senin, 07 Oktober 2024, Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu Rosario. Sabda Tuhan yang akan kita dengar dan renungkan hari ini dari: Injil Suci menurut Lukas 10:25-37.

Kisah Orang samaria yang baik hati menunjukkan kepada kita bahwa ia menunjukkan totalitas-nya, kesungguhan-nya sebagai sesama bagi mereka yang sedang menderita. Totalitasnya itu nampak: “Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, menyiram luka-lukanya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Orang samaria itu menjadikan kehadirannya sebagai berkat bagi sesamanya, terkhusus mereka yang butuh bantuan pertolongan. Sama seperti Bunda Maria, bunda kita semua. Bunda Maria menaruh cinta dan perhatiannya kepada kita, anak-anaknya. 

Bapa Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Gaudete et Exultate 19 Maret 2018, no. 176, menuliskan demikian: Maria adalah orang kudus di antara para kudus, yang paling terberkati. Ia mengajari kita jalan menuju kekudusan dan menyertai kita. Ia tidak mau bila kita jatuh lalu tetap tinggal di tanah, dan kadang-kadang ia menggendong kita tanpa menghakimi kita. Percakapan kita dengannya menghibur kita, membebaskan dan menguduskan kita. Maria, bunda kita, tidak membutuhkan banyak kata. Ia tidak membutuhkan kita untuk berusaha menceriterakan apa yang terjadi. Cukuplah selalu dan senantiasa membisikkan: “Salam Maria..” 

Saudara-saudari, selama satu bulan penuh di Oktober, kita sebagai Gereja menaruh hormat kepada Bunda Maria dengan bertekun dalam doa Rosario. Penetapan Bulan Oktober sebagai Bulan rosario terkaitan dengan peristiwa pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara-negara Eropa diserang oleh sebuah kerajaan dan agama Kristen di Eropa terancam punah.  Jumlah pasukan musuh lebih banyak daripada pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada laut yang beriman Katolik, dan mengajak para tentaranya berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. 

Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini.  Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto.  Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, dalam Misa di Vatikan, Paus Pius V menetapkan setiap tanggal 7 Oktober sebagai peringatan Rosario. 

Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.  Doa bukan sekedar aktivitas manusiawi, Doa adalah saat di mana kita mengizinkan Tuhan berkarya atas hidup kita, melalui Roh Nya mahakudus. Semoga Tuhan Yesus lebih banyak berperan banyak dalam hidup kita, daripada ego dan kepentingan sendiri. 

Sobatku.. Beranilah meminta kepada Allah Bapa yang sungguh kita butuhkan, bertekunlah di dalam permohonan dan berupaya dalam tindakan yang mengarahkan pada terwujudnya permohonan itu. 

Berkat Allah yang Mahakuasa menyertai kita semua, + Bapa Putra dan Roh Kudus. Amin Semoga hati Kudus Yesus merajai kita semua. Amin

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN: 

Allah Bapa yang maha pengasih, berilah kami semangat baru berkat persembahan ini. Semoga kehidupan Putera-Mu kami renungkan sedemikian rupa sehingga kami layak menerima kebahagiaan yang dijanjikan-Nya. Sebab Dialah, …

ANTIFON  KOMUNI – Luk 1:31

Engkau akan mengandung dan melahirkan seoran Putera yang harus kaunamai Yesus.

DOA SESUDAH KOMUNI:

Marilah berdoa Allah Bapa yang mahamulia, dalam perayaan suci ini kami wartakan wafat dan kebangkitan Kristus. Semoga kami yang ikut serta dalam kehidupan dan kesengsaraan Putera-Mu, tetap bersatu dengan Dia dalam kemuliaan. Sebab Dialah, …

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu Rosario

Devosi non-liturgi yang sangat populer di kalangan umat Katolik ialah ‘Doa Rosario’. Di dalamnya umat beriman merenungkan karya penebusan Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan, sambil mendaraskan 1 X Bapa Kami, 10 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan, didahului oleh pendarasan Syahadat Para Rasul, 1 X Bapa Kami, 3 X Salam Maria dan 1 X Kemuliaan. Pesta Rosario Suci dirayakan oleh seluruh Gereja pada tanggal 7 Oktober dalam Minggu pertama bulan Oktober.

Perihal doa Rosario ini terdapat anggapan umum berikut: bahwasanya di masa lampau doa Rosario seperti yang kita kenal dewasa ini di dalam Gereja dianggap sebagai pemberian Santa Maria sendiri kepada salah seorang pencintanya, yaitu Santo Dominikus, pendiri Ordo Pengkotbah. Tetapi legenda indah ini tidak dapat diperdamaikan dengan data sejarah yang berhubungan dengan adanya kebiasaan berdoa Rosario itu. Oleh karena itu untuk memahami sedikit lebih dalam perihal doa Rosario itu, kiranya baik kalau dikemukakan di sini sedikit sejarah perkembangan doa Rosario itu.

Catatan sejarah tentang awal mula praktek doa Rosario diambil dari kebiasaan doa di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman dulu. Pada masa itu para rahib biasanya setiap hari mendaraskan 150 buah Mazmur (Doa Ofisi) sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci. Para rahib awam yang tidak tahu membaca atau yang buta huruf mengganti pendarasan Mazmur itu dengan 150 buah doa yang lain. Biasanya doa pengganti itu ialah doa ‘Pater Noster’ (Bapa Kami). Doa “Bapa Kami” memang sudah semenjak Gereja perdana dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting. Para calon baptis yang sedang dalam masa katekumenat, harus menghafal doa Bapa Kami itu di samping Kredo/Syahadat Para Rasul. Untuk mempermudah mereka mengetahui berapa sudah doa Bapa Kami yang didaraskan, mereka menggunakan seutas tali bersimpul atau bermanik-manik. Oleh karena tali itu dipakai untuk menghitung doa “Pater Noster” maka tali itu lazim disebut juga “Pater Noster”.

Dari sejarah perkembangan devosi diketahui bahwa sejak zaman dahulu umat Kristen telah menaruh devosi yang tinggi kepada Santa Perawan Maria. Devosi-devosi ini dilestarikan oleh para rahib di dalam biara-biara. Pada masa abad, ke-11 berkembanglah kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung atau arca Maria. Pada masa itu belum dikenal bentuk doa ‘Salam Maria’ seperti dewasa ini. Dahulu doa itu masih singkat, hanya terdiri dari bagian pertama yang berakhir dengan kata-kata: “dan terpujilah buah tubuhmu”. Jumlah doa Salam Maria yang sempat didaraskan dihitung pada tali ‘Pater Noster’ itu. Lama kelamaan berkembanglah kebiasaan untuk menggantikan doa Bapa Kami dengan doa Salam Maria. Jumlahnya tetap 150 sesuai jumlah Mazmur yang didaraskan para rahib. Karena pada masa itu 150 buah Mazmur yang didaraskan itu sudah dibagi ke dalam tiga bagian, masing-masingnya terdiri dari 50 buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan oleh para rahib buta huruf itu pun dibagi dalam tiga bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 50. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut ‘Korona’ (=mahkota). Kata ini mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca-arca Bunda Maria. Bagian kedua doa ‘Salam Maria’, yaitu “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin”, menjadi doa resmi semenjak Paus Pius V (1566-1572) meresmikan terbitan ‘Breviarium’ (=doa harian Gereja) pada tahun 1568. Namun bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.

Bagian pertama doa “Salam Maria” yang melukiskan tentang peristiwa kunjungan malaekat Gabriel kepada Maria dan kesediaan Maria menerima Al Masih dalam rahimnya, diambil dari Kitab Suci. Itulah peristiwa awal ‘Penjelmaan Juru Selamat’. Sukacita itu kemudian diungkapkan Maria sendiri kepada Elisabeth, sanaknya yang pada waktu itu sudah hamil juga. Sejak abad ke-12, doa ‘Salam Maria’ mulai diulang-ulang selama berlangsungnya doa untuk mengenang ‘Lima Sukacita Santa Maria’ (Kabar Sukacita, Kelahiran Yesus, Kebangkitan Yesus, Kenaikan Yesus, dan Pengangkatan Maria ke Surga). Lama kelamaan ‘Lima Peristiwa Sukacita’ itu, ditambah antara lain dengan peristiwa: Penampakan Tuhan (epifani), Pentakosta atau Kunjungan kepada Elisabeth, sehingga menjadi ‘Tujuh Sukacita Maria’. Pada abad XIII, Korona Ketujuh Sukacita Maria ini mulai dipropagandakan oleh Ordo Fransiskan; dan pada abad XIII mantaplah sudah kebiasaan merenungkan Limabelas Sukacita Maria.

Pada Abad Pertengahan, umat Kristen mempunyai devosi istimewa kepada ‘Lima Luka Yesus’, yaitu di tangan, kaki dan lambung. (bdk. Yoh 20:20). Sementara itu ada pula devosi kepada ‘Lima Penumpahan Darah Yesus’, yaitu pada saat sakratulmautnya, saat didera, saat dimahkotai duri, saat disalibkan dan ditikam lambungNya. Karena semenjak dulu Bunda Maria dipandang sebagai peserta ulung dalam sengsara Yesus, maka tidak mengherankan, bahwa sejalan dengan devosi kepada Yesus yang bersengsara, berkembang pula devosi serupa kepada Maria yang berdukacita. Devosi itu dikembangkan oleh Ordo Fransiskan dan Serikat Hamba Maria. Maka sejak abad XIV berkembanglah devosi kepada ‘Lima Dukacita Maria’, ataupun ‘Tujuh Dukacita Maria’, yang dialaminya selama Yesus bersengsara dan wafat. Devosi kepada ‘Tujuh Dukacita Maria’ itu berkembang pesat di kalangan umat Kristen Eropa sehubungan dengan menjangkitnya wabah sampar yang mengerikan di sana.

Kebiasaan untuk menghubungkan doa “Salam Maria” dengan renungan tentang sejumlah peristiwa Yesus, sudah ada sejak abad XIV. Ada pula kebiasaan untuk menambah kata-kata “. . . buah tubuhmu”, dengan nama Yesus dan dengan sebuah kalimat pelengkap, misalnya, “Yang didera dengan kejam”, “Yang dimahkotai duri”, dsb. Dalam abad XV berkaryalah seorang biarawan bernama Dominikus yang diberi julukan “dari Prusia”. Ia seorang novis, yang sesuai dengan anjuran pemimpin biaranya, berusaha menggabungkan doa Rosario (yang terdiri dari 50 Salam Maria) dengan renungan mengenai kehidupan Yesus dan ibuNya. Pada tahun 1410, ia menyusun 50 seruan penutup doa “Salam Maria”. Seruan-seruan penutup itu diterima dengan antusias sekali dan segera menjadi populer, baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa Jerman. Seruan-seruan tambahan itu biasanya dibacakan oleh orang-orang yang melek huruf.

Mulai tahun 1475, muncullah di dalam Gereja tarekat-tarekat religius yang mempopulerkan doa Rosario. Dengan munculnya teknik cetak, daftar lima belas peristiwa yang ditetapkan sebagai landasan renungan selama doa rosario, mulai dikenal di mana-mana. Sebuah buku kecil yang dicetak di Ulm pada tahun 1483 menganjurkan tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima lukisan tersendiri, yaitu: Lima Sukacita Maria, Lima Penumpahan Darah Kristus, dan Lima Sukacita Maria sesudah bangkitnya Yesus. Inilah kelima belas peristiwa Rosario yang dikenal sekarang, kecuali dua yang terakhir, yaitu tertidurnya Maria dan Penghakiman Terakhir. Dalam buku kecil itu ada nasihat berikut: ”Daraskanlah doa Salam Maria sambil memandang lukisan-lukisan ini!” Daftar tetap dari 15 peristiwa Rosario disusun di Spanyol sekitar tahun 1488. Daftar itulah yang disahkan oleh Paus Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika beliau menetapkan Rosario sebagai doa Gereja yang sah. Setahun sebelumnya, Pius mengesahkan teks doa Salam Maria yang sampai sekarang tidak diubah.

Ada sekian banyak peristiwa ajaib yang mendorong pimpinan tertinggi Gereja menghimbau bahkan mendesak umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Bunda Maria atas Gereja dari segala rongrongan. Peristiwa terbesar yang melatarbelakangi penetapan tanggal 7 Oktober sebagai tanggal Pesta Santa Maria Ratu Rosario ialah peristiwa kemenangan pasukan Kristen dalam pertempuran melawan pasukan Islam Turki. Menghadapi pertempuran ini Paus Pius V menyerukan agar seluruh umat berdoa Rosario untuk memohon perlindungan Maria atas Gereja. Doa umat itu ternyata dikabulkan Tuhan. Pasukan Kristen dibawah pimpinan Don Johanes dari Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki di Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571 (Minggu pertama bulan Oktober 1571). Sebagai tanda syukur Paus Pius V (1566-1572) menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari pesta Santa Maria Ratu Rosario. Kemudian Paus Klemens IX (1667-1669) mengukuhkan pesta ini bagi seluruh Gereja di dunia. Dan Paus Leo XIII (1878-1903) lebih meningkatkan nilai pesta ini dengan menetapkan seluruh bulan Oktober sebagai Bulan Rosario untuk menghormati Maria. Kemudian berdoa Rosario itu langsung diminta Bunda Maria sendiri agar didoakan umat pada peristiwa-peristiwa penampakannya di Lourdes, Prancis (1858), Fatima, Portugal (1917), di Beauraing, Belgia (1932-1933) dan di berbagai tempat lainnya akhir-akhir ini.

Sumber: https://www.imankatolik.or.id/kalender/7Okt.html 

3 Comments

  • Bernadeta Oktober 7, 2024 at 3:59 am

    Amin.🙏🏻

    Reply
  • Firmus dega Oktober 7, 2024 at 7:05 am

    Makasih Romo

    Reply
  • Herlin Oktober 7, 2024 at 7:22 am

    Santa Maria Ratu Rosario
    Doakanlah kami dan doakanlah dunia.

    Reply

Leave a Comment