Jumat, 15 Agustus 2025 – Hari Biasa Pekan XIX

Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 146:2

Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.

PENGANTAR: 

Dalam pergaulan dengan sesama kita dapat mengalami kehadiran Allah di tengah-tengah kita. Memang melalui manusia terutama Al lah mewahyukan diri, sering dengan mengacu pada keluhuran-Nya. Injil malahan menyatakan bahwa perintah kedua disamakan dengan yang pertama.

DOA KOLEKTAN: 

Marilah berdoa: Allah Bapa, sumber cinta kasih, Engkau menghendaki kami saling menaruh cinta kasih. Semoga hati kami terbuka terhadap kesulitan, yang dihadapi oleh orang-orang di sekitar kami dan perkenankanlah kami membantu mereka dengan rela dan tulus hati. Demi Yesus Kristus Putra-Mu …..

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Yosua 24:1-13

“Aku telah mengambil bapamu dari Mesopotamia; mengeluarkan engkau dari Mesir; dan menuntun engkau masuk ke tanah perjanjian.”

Menjelang wafatnya Yosua mengumpulkan semua suku Israel di Sikhem. Dipanggilnya orang tua-tua, para kepala, hakim, dan para pengatur pasukan Israel. Mereka semua berdiri di hadapan Allah. Maka berkatalah Yosua kepada mereka, “Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel, ‘Dahulu kala nenek moyangmu yakni Terah, ayah Abraham dan Nahor, tinggal di seberang Sungai Efrat. Mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu, dari seberang Sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku melipatgandakan keturunannya dan memberinya Ishak. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Esau Kuberi pegunungan Seir sebagai miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa dan Harun, dan memukul Mesir dengan tulah yang Kulakukan di tengah-tengah mereka. Kemudian Aku membawa kalian keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kalian sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan pasukan berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu mereka berteriak-teriak kepada Tuhan. Maka Ia membuat kegelapan antara kalian dan orang Mesir dan mendatangkan air laut atas orang Mesir, sehingga tenggelamlah mereka. Dengan mata kepalamu sendiri kalian telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu kalian lama tinggal di padang gurun. Aku membawa kalian ke negeri orang Amori yang diam di seberang Sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kalian, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kalian menduduki negerinya, sedangkan mereka Kupunahkan dari hadapanmu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kalian. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun malahan memberkati kalian. Demikianlah Aku melepaskan kalian dari tangan Balak. Setelah kalian menyeberangi Sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, maka para warga kota itu berperang melawan kalian, dan juga orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus. Tetapi mereka semua Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kalian, dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti Aku telah menghalau kedua raja Amori. Sungguh, bukanlah pedangmu dan bukan pula panahmu yang menghalau mereka. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kalian duduki tanpa membangunnya. Juga Kuberikan kepadamu kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang kalian makan buahnya, meskipun bukan kalian yang menanamnya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 136:1-3.16-18.21-22.24)

Reff: Kekal abadi kasih setia-Nya

P. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Bersyukurlah kepada Allah segala allah.
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan!
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun!
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Kepada Dia yang memukul kalah raja-raja yang besar!
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Dan membunuh raja-raja yang mulia.
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Dan memberikan tanah mereka menjadi milik pusaka.
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Milik pusaka kepada Israel, hamba-Nya!
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.
P. Yang membebaskan kita dari para lawan kita.
U. Kekal abadi kasih setia-Nya.

BAIT PENGANTAR INJIL: 

U : Alleluya
S : (1Tes 2:13) Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah, bukan sebagai perkataan manusia.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius 19:3-12

“Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan istrimu, tetapi semula tidak demikian.”

Pada suatu hari datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia. Mereka bertanya, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Yesus menjawab, “Tidakkah kalian baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia, sejak semula menjadikan mereka pria dan wanita? Dan Ia bersabda, ‘Sebab itu pria akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.’ Demikianlah mereka itu bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada Yesus, “Jika demikian, mengapa Musa memerintahkan untuk memberi surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” Kata Yesus kepada mereka, “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan wanita lain, ia berbuat zinah’.” Maka murid-murid berkata kepada Yesus, “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan ini, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya; dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain; dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri, demi Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti, hendaklah ia mengerti.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Br. Andreas Gatot Yudownggono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Para Sahabatku, Saudari-saudara yang dicintai dan mencintai Hati Kudus Yesus.. Salam jumpa bersama Saya, Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia.dalam Resi (Renungan singkat) Edisi Jumat, 15 Agustus 2025. Hari Biasa Pekan ke semilanbelas (XIX). Semoga Belas Kasih dan Kerahiman dari Hati Yesus yang Maha Kudus memberkati anda semua. Amin.  Tema Resi kita kali ini adalah: Kesetiaan yang Berakar pada Cinta.”  Namun sebelumnya, mari kita persiapakan hati dan kita awali permenunga kita dengan tanda kemenangan kristus. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

Para sahabatku, Saudari-saudara yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus. Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang perceraian. Ia menegaskan bahwa sejak awal, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk menjadi satu, dan apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Para murid pun terkejut dengan ajaran ini, hingga Yesus menambahkan bahwa panggilan kita adalah untuk tetap setia, bahkan dalam hidup selibat (sebagai, Romo, bruder, suster, frater), hanya dapat dimengerti dan dijalani oleh mereka yang dianugerahi rahmat Allah. Lalu apa yang bisa kita renungan dari periko yang kita baca hari ini? Saya menawarkan 3 hal saja:

  1. Kesetiaan adalah Panggilan Ilahi: Tuhan Yesus menegaskan bahwa kesetiaan adalah sebagai rencana Allah sejak awal. Dalam relasi apapun (entah panggilan hidup berkeluarga atau perkawinan, persahabatan, atau panggilan hidup bakti) bahwa panggilan untuk setia atau kesetiaan bukan hanya tuntutan hukum, tetapi jalan menuju kasih yang mendalam.

    Pertanyaan refleksi bagi kita: “Apakah aku sudah memandang kesetiaan sebagai bagian dari panggilanku yang berasal dari Allah?”

  2. Kasih yang Mengorbankan Diri: Kesetiaan sering menuntut pengorbanan, menahan ego kita, dan mengampuni berulang kali. Kasih sejati akan memampukan kita untuk tetap bertahan meski mungkin ada luka, penderitaan, dan tantangan. Lalu yang menjadi pertanyaannya: “Dalam relasi dan panggilanku, di bagian mana aku perlu belajar lebih banyak untuk mengasihi dengan pengorbanan? Misalnya: Mendengarkan keluhan anggota keluarga meski kita sendiri sedang sibuk atau capek. Tetap mendampingi anak-anak atau umat meski sedang lelah, karena sadar ini bagian dari tugas panggilan.

  3. Hidup bagi Kerajaan Allah: Tuhan Yesus menyebut mereka yang memilih untuk tidak menikah demi Kerajaan Surga. Ini mengingatkan kepada kita bahwa hidup bukan sekadar untuk diri sendiri, melainkan persembahan bagi misi yang lebih besar. Pertanyaan refleksi bagi kita: “Bagaimana aku menghidupi panggilanku saat ini sebagai persembahan untuk Kerajaan Allah?” misalnya: Mengasuh anak dengan nilai iman, saling menguatkan dalam doa, dan menjadikan rumah sebagai tempat kasih dan damai. Melayani dengan integritas, dengan jujur, dan tidak mengeluh, karena sadar pekerjaan ini bagian dari panggilan untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Nah para sahabatku, yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus. Kesetiaan bukanlah beban, melainkan panggilan sekaligus anugerah yang mengundang kita untuk mencintai seperti Allah mencintai (tanpa syarat, penuh pengorbanan, dan setia sampai akhir). Dalam kesetiaan ini, percayalah kita akan menemukan kebahagiaan sejati karena kita berjalan bersama Dia yang telah terlebih dahulu setia.

Semoga Hati Kudus Yesus semakin merajai hati kita, sehingga kita dimampukan untuk setia sebagaimana Dia adalah Setia. Amin. Tuhan memberkati. Berkah Dalem. Dalam nama bapa dan putra dan roh kudus. Amin

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN: 

Allah Bapa, sumber cinta kasih, semoga kami dapat menikmati kehadiran-Mu di tengah-tengah kami berkat roti anggur ini, lambang perjanjian cinta kasih-Mu dengan kami. Demi Kristus ….

ANTIFON KOMUNI – Matius 22:37.39

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.

DOA SESUDAH KOMUNI: 

Marilah berdoa: Allah Bapa kami, sumber cinta kasih sejati, ajarilah kami menaruh cinta kasih dengan segenap hati. Semoga kami dapat saling membantu dalam duka derita dan suka gembira. Maka di situlah Engkau tidak jauh dari kami. Demi Kristus….

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

SANTO TARSISIUS

Martir Ekaristi dan Pelindung Para Misdinar

Keberadaan martir muda Romawi ini ditemukan dalam sebuah puisi yang ditulis oleh Paus Damasus untuk menghormatinya.  Dalam puisi itu  Paus Damasus membandingkan kemartiran Santo Tarsisius dengan kemartiran Santo Stefanus di abad pertama. Mereka sama-sama mati dirajam demi iman mereka akan Yesus Kristus. Stefanus mati dirajam orang-orang Yahudi di Yerusalem dan Tarsisius yang sedang membawa Sakramen Mahakudus, mati diserang gerombolan orang kafir Romawi.  

Paus Damasus menulis :

Selain tulisan dari Paus Damasus,  tidak ada catatan tentang kehidupan pahlawan belia ini. Dia mungkin seorang diakon; karena Paus Damasus membandingkan dia dengan Stefanus. Tradisi yang berkembang beberapa abad setelah kemartirannya kemudian menyebutkan bahwa Santo Tarsicius adalah seorang putera altar, yang menerima mahkota kemartirannya saat sedang menghantarkan Sakramen Ekaristi bagi para tahanan kristiani yang akan dihukum mati.  Suatu hal yang pasti adalah; kemartirannya terjadi pada masa penganiayaan umat Kristiani di pertengahan abad ketiga, pada masa pemerintahan kaisar Valerianus.  Santo Tarsisius dimakamkan di Katakombe Santo Kalisitus di Roma. Sebuah Prasasti yang indah dikemudian hari dibangun oleh Paus Damasus dimakamnya.   

Berikut kisah Santo Tarsisius menurut tradisi yang berkembang beberapa abad setelah kemartirannya.

Tarsisius adalah seorang pelayan altar (akolit) yang hidup di abad ketiga, pada zaman pemerintahan Kaisar Valerianus. Ia tinggal di Roma, Italia. Ketika berumur sepuluh tahun, ia bersama ibunya biasa mengikuti Misa pagi. Masa itu masa penganiayaan bagi umat Kristiani; karena itu Misa pagi dilakukan di tempat yang tersembunyi.  Setelah memastikan sekelilingnya aman, Tarsisius mengetuk sebuah dinding batu. Itu adalah pintu masuk menuju sebuah makam bawah tanah yang dijadikan kapel. Tempat ini sering disebut katakombe. Mereka berjalan merangkak masuk, dan di sana ditemukan begitu banyak umat Kristiani yang sedang berdoa.

Tak lama kemudian, muncul seorang imam. Mereka bersama-sama merayakan Perjamuan Tuhan. Tarsisius merasa amat bahagia bila menerima Tubuh Kristus. Setiap kali mendengar imam berkata: “Makanlah dan minumlah, inilah Tubuh-Ku, inilah Darah-Ku”, Tarsisius merasa damai.

Namun hari itu, setelah Misa selesai, pastor yang memimpin misa (Tradisi lain menyebutkan : Paus yang memimpin misa) melihat sekeliling. Ia berseru, “Kita sama seperti saudara-saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit. Saat ini mereka sedang dalam penjara. Besok, mereka akan dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka hanya berharap agar sebelum mati di mulut singa- singa lapar itu, mereka menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang Mahakudus. Siapakah yang rela ke penjara mengantar roti kudus ini?”

Mendengar pertanyaan itu, umat saling memandang ketakutan. “Pastor, Anda tak boleh pergi. Pastor pasti ditangkap,” kata salah seorang umat. Dari umat yang hadir ada seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat. Mantan serdadu ini menawarkan diri untuk melakukan tugas itu. Namun, umat juga keberatan karena mantan serdadu ini pun sedang dicari-cari.

Tarsisius merasa mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukkan kepala. Tarsisius berdiri dan berkata, “Pastor, biarkan aku ke sana membawa Tubuh Kristus untuk saudara-saudara kita.” Pastor menggeleng, “Engkau masih terlalu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kau perbuat?”

Tarsisius berusaha meyakinkan pastor. “Percayalah, Pastor. Saya akan berhati-hati dan menjaga Ekaristi Mahakudus ini supaya tiba dengan selamat.” Melihat keberanian Tarsisius, imam lalu membungkus Sakramen Mahakudus dan memberikannya kepada Tarsisius.

Perjalanan melewati daerah serdadu Romawi aman. Namun, justru saat melewati sebuah lapangan tempat teman-teman Tarsisius sedang bermain, halangan muncul. Teman-temannya mengajaknya bermain. Tarsisius menolak. Teman-temannya heran. Mereka mengerumuni Tarsisius. Ketika mereka melihat Tarsisius memegang sesuatu di tangan, mereka menarik tangan Tarsisius, dan berusaha melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya. Bahkan, ia semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Akhirnya, Tarsisius jatuh.

Satu di antara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan Tarsisius. Katanya, “Ayo kita buktikan siapa yang paling kuat!” Ia mengambil batu dan melemparkannya ke arah Tarsisius. Tarsisius bergeming namun tangannya tetap tak terbuka. Kini, ia semakin kuat memeluk Sakramen Mahakudus di dadanya. Anak-anak itu semakin marah dan brutal. Mereka merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali.

Beberapa menit kemudian, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba terdengar suara, “Berhenti! Mengapa kalian menganiaya dia?” Anak-anak itu lari terbirit-birit. Ternyata, suara itu berasal dari serdadu Romawi yang bertobat, yang sebelumnya telah menawarkan diri untuk membawa Sakramen Mahakudus. Mantan serdadu ini mengikuti Tarsisius dari jauh. Ia lari ke arah Tarsisius, memeluknya dengan perasaan sedih. Ia menggendong Tarsisius yang sudah tak sadarkan diri. “Tarsisius, Tarsisius,” panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata pelan, “Tubuh Kristus masih di tanganku.” Setelah mengatakan itu, Tarsisius menutup matanya.

Tarsisius meninggal dalam perjalanan pulang menuju katakombe. Jasadnya dimakamkan di katakombe santo Kalisitus, Roma. 

Arti Nama: 

Tarsisius berasal dari kata latin : “Tharsicius”. Mungkin diturunkan dari nama Yunani : “Tarsikos”  yang berarti : “Orang Tarsus” atau “Berasal dari Tarsus”.  Tarsus  adalah nama sebuah kota Yunani pada abad pertama.

Variasi Nama

Tarcisius (Late Roman), Tarkisius (Late Roman), Tarsitius (Late Roman), Tarzisius (Late Roman), Tharcisius (Late Roman), Tarcisio (Italian), Tarcisio (Spanish), Tarcísio (Portuguese).

 

Sumber: https://katakombe.org/para-kudus/agustus/tarsisius.html

1 Comment

  • Firmus dega Agustus 15, 2025 at 9:51 am

    Makasih Br

    Reply

Leave a Comment