Jumat, 14 Agustus 2020 – Peringatan Wajib St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam dan Martir

Rm. Petrus Haryanto SCJ dari Komunitas Seminari Menengah St. Paulus Palembang Indonesia

 
 
 

ANTIFON PEMBUKA  

Merekalah orang suci, sahabat Allah, yang mulia karena mewartakan kebenaran ilahi. 

 

DOA PEMBUKA

Marilah berdoa: Allah Bapa Mahapengasih, dengan kekuatan-Mu, Santo Maximilianus Maria Kolbe telah menghadapi derita martir dan mengurbankan nyawa demi kehidupan seorang saudara dalam Kristus. Pandanglah kelemahan kami dan berilah kami kekuatan, agar dapat menjadi saksi kebenaran dan cinta kasih-Mu dalam hidup dan mati kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu,…

 

BACAAN PERTAMA: Kitab Yehezkiel 16:59-63        

“Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan dikau, dan engkau akan merasa malu.”

Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan melakukan kepadamu seperti engkau lakukan, yaitu engkau memandang ringan kepada sumpah dengan mengingkari perjanjian. Tetapi Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan engkau pada masa mudamu dan Aku akan meneguhkan bagimu perjanjian yang kekal. Barulah engkau teringat kepada kelakuanmu dan engkau merasa malu, pada waktu Aku mengambil kakak-kakakmu, baik yang tertua maupun yang termuda, dan memberikan mereka kepadamu menjadi anakmu, tetapi bukan berdasarkan engkau memegang perjanjian. Aku akan meneguhkan perjanjian-Ku dengan engkau, dan engkau akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, dan dengan itu engkau akan teringat-ingat yang dulu dan merasa malu, sehingga mulutmu terkatup sama sekali karena nodamu, waktu Aku mengadakan pendamaian bagimu karena segala perbuatanmu.”

 

KIDUNG TANGGAPAN: Yesaya 12:2-3.4bcd.5-6

Ref. Tuhan, Dikaulah sumber air hidup.

  1. Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gemetar; sebab Tuhan Allah itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.

  2. “Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur.

  3. Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya; Baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakuasa, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu.”

 

BAIT PENGANTAR INJIL:

U: Alleluya, alleluya
S: Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah, bukan sebagai perkataan manusia

 

BACAAN INJIL: Matius 19:3-12

“Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu, tetapi semula tidaklah demikian.”

Pada suatu hari datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Kata mereka kepada-Nya: “Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?” Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”

 

 

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Petrus Haryanto SCJ

Vivat Cor Iesu – per cor Maria – Hiduplah hati Yesus melalui Hati Bunda Maria

Pendengar RESI Dehonian yang terkasih, Akhir-akhir ini, mulai dijumpai ada beberapa keluarga yang tampak rentan terjadinya perpisahan dan perceraian dalam kehidupan rumah tangga mereka. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa nilai-nilai perkawinan telah bergeser dari kesatuan menjadi kecocokan, dari hidup bersama dalam suka dan duka menjadi hidup dalam kesenangan dan kenyamanan. Jika tidak cocok atau tidak senang dan tidak nyaman hidup dalam keluarga, mudah sekali untuk bercerai atau minimal berpisah.

Ada apa di balik fenomena itu? Sabda Tuhan yang baru saja kita baca dan dengarkan, berbicara tentang satu hal, yaitu kesetiaan. Kesetiaan yang dimaksudkan di sini adalah perjuangan untuk tetap menghidupi komitmen yang telah dibentuk, baik itu komitmen pribadi maupun komitmen bersama. Tentu dalam hal ini perkawinan Gereja Katolik yang bersifat monogami dan tak terceraikan, kesetiaan adalah semangat yang amat vital dan mutlak dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari sebuah perkawinan. Semangat itulah yang menggerakkan roda kehidupan sebuah keluarga.

Pendengar RESI Dehonian yang terkasih, Menjadi suami dan istri berarti suatu perubahan total dalam kehidupan seseorang. “Laki-laki akan meninggalkan ayah-ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Mat 19:5). Suami-istri sungguh satu manusia baru. Kesatuan mereka bukan hanya kesatuan badan, melainkan meliputi hidup seluruhnya, jiwa dan badan. Oleh karena itu kesatuan suami-istri juga menyangkut iman mereka.

Cinta perkawinan mereka mengambil bagian dalam cinta Kristus kepada Gereja-Nya. Dengan demikian ditunjukkan yang paling pokok dalam setiap sakramen yaitu arti keselamatannya. Suami-istri dalam kesatuan dengan Kristus diselamatkan oleh cinta perkawinan mereka sendiri. Itulah sebabnya Yesus dalam Injil tadi menekankan pentingnya kesetiaan. Tanpa kesetiaan maka semua yang disebutkan di atas akan menjadi sia-sia belaka.

Pendengar RESI Dehonian yang terkasih, Santo Maksimilianus Maria Kolbe (1894-1941) seorang biarawan Fransiskan Conventual Polandia, yang kita peringati pestanya hari ini, sangat menghidupi kesetiaan dalam cintanya akan akan Allah, dan secara eksplisit cintanya akan Ekaristi. Bahkan dalam situasi sulit di kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz ia masih melayani umatnya, termasuk dengan diam-diam merayakan Ekaristi.

Kesetiaannya itu jugalah yang menggerakkan hatinya dengan mengurbankan dirinya untuk dihukum mati guna menggantikan seorang bapak bernama Francis Gajowniczek yang hendak dieksekusi mati. Maksimilianus rela berkurban nyawa untuk menyelamatkan bapak itu dan keluarganya.

Pendengar RESI Dehonian yang terkasih, Perjuangan kita untuk tetap menghidupi komitmen yang telah kita bentuk selama ini, baik sebagai pribadi atau bersama, menjadi panggilan dan perutusan yang terus menerus bagi kita semua. Mari kita tetap berpegang pada SabdaNya, terlebih menyatukan semuanya itu dalam kurban Ekaristi yang kita rayakan selama ini sebagai sumber dan puncak hidup kita.

Tuhan memberkati niat-niat baik kita. Amin

 

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Allah Bapa, Raja Mahamulia, terimalah dengan rela roti dan anggur ini, yang kami persembahkan untuk mengenangkan Santo maximilianus Maria Kolbe, yang mengurbankan nyawanya demi keselamatan seorang bapak muda. Sebagaimana darah martir-Mu berharga di hadapan-Mu, demikian pula semoga pengabdian kami bernilai bagi-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin

 

ANTIFON KOMUNI  –  Yoh. 15:13

Tiada cinta kasih yang lebih besar daripada cinta kasih orang yang menyerahkan nyawanya demi sahabatnya.

 

DOA PENUTUP

Marilah berdoa: Allah Bapa Mahapengasih dan Penyayang, kami telah Kausegarkan dengan santapan suci. Semoga kami sebagaimana Santo maximilianus Maria Kolbe menghayati iman dan cinta kasih sejati dengan nyata dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin,   

No Comments

Leave a Comment