Senin, 09 Juni 2025 – Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja (Hari Senin Sesudah Pentakosta)

Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Komunitas SCJ Cipinang-Cempedak Jakarta Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Bdk. Kis. 1:14

Para murid sehati sejiwa bertekun dalam doa bersama Maria, Ibu Yesus.

PENGANTAR:

Saudara-saudari ytk, hari ini sehari setelah kita merayakan Pentakosta, turunnya Roh Kudus yang menyertai Gereja, kita peringati Santa Perawan Maria Bunda Gereja. Dialah ibu dan sekaligus teladan kita dalam beriman kepada Bapa, Allah yang Esa.

DOA KOLEKTAN:

Marilah berdoa (Hening Sejenak): Allah, Bapa maharahim, ketika Putra Tunggal-Mu dipaku pada kayu salib, Ia menetapkan Santa Perawan Maria, Ibu-Nya, menjadi Ibu kami juga. Semoga berkat bimbingan kasihnya, Gereja-Mu makin hari makin subur dan bersuka cita atas kekudusan anak-anaknya, serta menarik keluarga semua bangsa ke dalam haribaannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kisah Para Rasul 1:12-14

“Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa.”

Setelah Yesus diangkat ke surga, dari bukit yang disebut Bukit Zaitun kembalilah para rasul ke Yerusalem yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya. Setelah tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, Simon orang Zelot, dan Yudas bin Yakobus. Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa bersama dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 87:1b-3.4-5.6-7

Ref. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.

  1. Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangun-Nya; Tuhan lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion daripada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.

  2. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan tentang Filistea, Tirus dan Etiopia Kukatakan, “Ini dilahirkan di sana.” Tetapi tentang Sion dikatakan, “Tiap-tiap orang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia, yang Mahatinggi, menegakkannya.

  3. Pada waktu mencatat bangsa-bangsa Tuhan menghitung,”Ini dilahirkan di sana.” Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai, “Semua mendapatkan rumah di dalammu.”

BAIT PENGANTAR INJIL: 

U : Alleluya, alleluya

S : Berbahagialah engkau, Perawan yang mengandung Tuhan; engkaulah Bunda Gereja yang bersukacita yang mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan Yesus Kristus, Putramu.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Suci menurut Yohanes 19:25-34

“Inilah anakmu. Inilah ibumu.” 

Waktu Yesus bergantung di salib, di dekat salib itu berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu Yesus, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima ibu Yesus di dalam rumahnya. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci?: “Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Terpujilah Kristus

RESI DIBAWAKAN OLEH Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Sahabat Resi Dehonian yang dicintai dan mencintai Hati Kudus Yesus.. Salam jumpa Bersama Saya, Br. Andreas Gatot Yudoanggono SCJ dari Rumah SCJ Cipinang Cempedak Jakarta Timur dalam Resi (Renungan singkat) Edisi Senin, 09 Juni 2025, Peringatan Wajib St. Perawan Maria Bunda Gereja. Hari Senin sesudah Pentekosta. Tema Resi kita kali ini adalah: “Maria, Bunda Gereja: Hadiah dari Salib”. Namun sebelumnya, mari kita persiapakan hati dan kita awali permenunga kita dengan tanda kemenangan kristus. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus..

Para sahabatku, Saudari-saudara yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus. Dalam bacaan Injil hari ini kita diundang untuk ikut berdiri di kaki salib, bersama Bunda Maria dan murid yang dikasihi Tuhan Yesus. Di tengah penderitaan yang memuncak, Tuhan Yesus memberikan kepada kita warisan kasih yang tak ternilai: “Ibu, inilah anakmu… inilah ibumu.” Dari salib, Bunda Maria diangkat menjadi Bunda semua orang yang percaya. Perayaan Santa Perawan Maria Bunda Gereja yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2018 dan dirayakan setiap hari Senin setelah Pentakosta, mengundang kita semua untuk merenungkan peran Bunda Maria yang bukan hanya sebagai Bunda Yesus, tetapi juga sebagai Bunda seluruh Gereja, umat beriman yang lahir dari darah dan air yang mengalir dari lambung Kristus yang ditikam.

Lalu apa yang bisa kita refleksikan dari peristiwa yang sangat bermakna ini? Saya menawarkan 3 hal saja:

  1. Maria, Hadir di Tengah Penderitaan: Maria tidak lari dari penderitaan. Ia berdiri teguh di bawah salib, menyertai Yesus dalam kepedihan yang paling dalam. Dalam hidup kita, apakah kita juga mampu hadir bagi sesama yang menderita, atau justru menjauh dari salib mereka? Yang menjadi pertanyaanya adalah: “Apakah aku cukup berani untuk hadir dalam penderitaan orang lain, sebagaimana Maria hadir di kaki salib?”

  1. Maria, Bunda yang Memeluk Umat Beriman: Dari salib, Yesus mempercayakan Maria kepada Gereja dan Gereja kepada Maria. Sebagai Bunda Gereja, Maria memeluk kita dalam keibuannya yang lembut. Ia menolong kita untuk semakin dekat dengan Puteranya. Yang menjadi refleksi bagi kita: “Apakah aku telah membuka hati untuk menerima kehadiran Maria sebagai bunda rohaniku? Apakah aku membiarkan dia menuntunku kepada Yesus?”

  1. Lambung yang Terbuka, Gereja yang Lahir: Dari lambung Yesus mengalir darah dan air – simbol Ekaristi dan Pembaptisan—dua sakramen dasar kelahiran Gereja. Maria yang menyaksikan peristiwa ini menjadi saksi kelahiran umat Allah. Refleksinya: “Apakah aku menghargai karunia sakramen sebagai sumber hidup rohaniku? Apakah aku menyadari bahwa aku lahir kembali dari kasih yang mengalir dari salib?”

Nah, para sahabatku, saudari-saudara yang dikasihi dan mengasihi Hati Yesus. Santa Perawan Maria, Bunda kita, Bunda Gereja, adalah tanda bahwa kasih Allah tidak pernah meninggalkan kita, bahkan di tengah salib kehidupan. Dalam perannya sebagai Bunda kita, Maria memanggil kita untuk hidup dalam kesetiaan, kasih, dan pelayanan, sebagaimana dia telah menghidupi panggilannya sebagai Hamba Tuhan. Semoga kita pun berani hidup sebagai anak-anak Allah yang lahir dari salib dan berjalan dalam terang Roh Kudus.

Semoga Hati Kudus Yesus senantiasa merajai hati Kita sehingga kita dimampukan meneladan Bunda Maria mendampingi Tuhan Yesus PuteraNya dalam memangguk salib serta mendaptkan rahmat kesetiaan serta keberanian menjadi saksi iman dan kasih bagi sesama. Amin. Tuhan memberkati. Berkah Dalem. Dalam nama bapa dan putra dan roh kudus. Amin

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN: 

Ya Tuhan, terimalah persembahan kami ini dan jadikanlah sakramen keselamatan. Semoga berkat kekuatan misteri ini kami dikobarkan oleh cinta Perawan Maria, Bunda Gereja, dan diperkenankan untuk lebih giat bergabung bersama dia untuk karya penebusan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

PREFASI – Maria, Citra dan Bunda Gereja

Sungguh layak dan benar, pantas dan menyelamatkan, bahwa kami selalu dan di mana pun bersyukur kepada-Mu, Tuhan, Bapa yang kudus, Allah yang mahakuasa dan kekal dan memuliakan Dikau dengan pujian yang pantas pada perayaan Santa Perawan Maria ini.

Dengan menerima Sabda-Mu dalam hati yang tak bernoda, dia diperkenankan mengandung-Nya dalam rahim yang perawan; dan, dengan melahirkan Sang Pencipta, dia menunjang Gereja sejak awal mula. Dengan menerima pesan akhir kasih ilahi di bawah salib, dia mengangkat sebagai anaknya semua orang, yang oleh wafat Kristus, dilahirkan untuk hidup ilahi. Dengan menggabungkan doanya pada doa para Rasul, yang menantikan janji-Mu, dia tampil sebagai teladan Gereja yang berdoa.

Dan, setelah diangkat ke dalam kemuliaan surgawi, dengan kasih keibuan, ia mendampingi Gereja yang berziarah; dan, dengan penuh kasih sayang, ia menjaga langkah Gereja menuju tanah air abadi, sampai tiba hari Tuhan yang mulia.

Dari sebab itu, bersama para Kudus dan semua Malaikat, kami turut memuliakan Dikau dengan tak henti-hentinya berseru: Kudus…kudus…kuduslah Tuhan…

ANTIFON KOMUNI – Bdk. Yoh. 2:1,11

Ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus melakukan tanda-Nya yang pertama dan dengan itu Ia menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.

DOA SESUDAH KOMUNI:

Ya Tuhan, kami telah memperoleh jaminan penebusan dan kehidupan. Dengan rendah hati kami mohon semoga berkat bantuan Bunda Maria, Gereja-Mu mewartakan Injil kepada segala bangsa dan memenuhi seluruh bumi dengan pencurahan Roh Kudus. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja, mengingatkan kita bahwa Yesus Sendiri, melalui tindakan penyerahan, menghendaki agar keibuan ilahi-Nya diperluas kepada semua pria dan wanita, yaitu kepada Gereja sendiri. Pada tahun 2018, Paus Fransiskus menetapkan hari Senin setelah Hari Raya Pentakosta—hari kelahiran Gereja—sebagai tanggal peringatan ini.

Gelar ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 1980, Santo Yohanes Paulus II mengajak umat beriman untuk menghormati Maria sebagai Bunda Gereja. Bahkan sebelumnya, pada 21 November 1964, Santo Paulus VI, di akhir Sidang Ketiga Konsili Vatikan II, menyatakan Maria sebagai “Bunda Gereja.” Kemudian pada tahun 1975, Takhta Suci mengusulkan Misa votif untuk menghormati Bunda Gereja, meskipun belum dijadikan peringatan resmi dalam kalender liturgi.

Selain tanggal-tanggal penting ini, kita tidak boleh melupakan bahwa gelar Maria sebagai Bunda Gereja telah hadir dalam pemikiran Santo Agustinus dan Santo Leo Agung, serta para Paus Benediktus XV dan Leo XIII, hingga Paus Fransiskus sendiri yang, pada 11 Februari 2018—tepat 160 tahun sejak penampakan pertama Maria di Lourdes—menjadikannya sebagai peringatan wajib.

“Di dekat salib Yesus berdirilah ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekat-Nya, Ia berkata kepada ibu-Nya, ‘Ibu, inilah anakmu.’ Kemudian Ia berkata kepada murid itu, ‘Inilah ibumu.’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.”
(Yohanes 19:25–27)

Maria “berdiri” di bawah salib

Maria “berdiri” di bawah salib. “Berdiri” menunjukkan kehadiran, keteguhan, dan kekuatan untuk tetap berada. Tidak seperti para murid yang lain, Maria tidak pernah meninggalkan Yesus di jalan salib-Nya. Di sinilah Yesus menyerahkan “murid yang dikasihi-Nya” kepada Ibu-Nya (dan sebaliknya). Maria menghadapi saat ini dengan martabat yang luar biasa. Ia tidak lari dari kenyataan hidup, melainkan tetap “berdiri” di sana.

Sebuah “terjadilah padaku” yang baru

Maria diajak oleh Puteranya untuk sekali lagi berkata: “Terjadilah padaku.” Ini adalah “ya” yang baru, lebih dalam dan lebih matang. Keberadaan Maria yang “berdiri di bawah salib” mematangkan pengalaman iman dan keibuannya, menjadikannya mampu melampaui penderitaan. Sejak awal, hati Maria telah dipenuhi oleh berbagai pertanyaan: “Ia merenungkan dalam hatinya apa arti salam itu” (Luk. 1:29). Bahkan di hadapan Simeon, muncul pertanyaan: “Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang di Israel dan akan menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk. 2:34-35). Maria dan Yusuf “tercengang akan segala apa yang dikatakan tentang Dia” (Luk. 2:33). Maria tidak hanya mengatakan “terjadilah padaku” satu kali untuk selamanya. Persetujuannya bertumbuh, dimatangkan oleh segala peristiwa hidupnya—termasuk Salib Puteranya, di mana ia tetap “berdiri”. Dalam kesetiaan inilah, Maria menerima misi baru, semacam “kelengkapan” dari keibuannya, yang berpuncak pada gelarnya sebagai “Bunda Gereja”. Ia menjadi Bunda karena ia melahirkan kita kembali dalam rahmat, sejauh kita bertumbuh menuju “kepenuhan Kristus” (lih. Ef 4:7-13).

Hidup Kristen yang berakar pada misteri salib

Peringatan ini, sebagaimana dijelaskan dalam dekrit penetapannya, “akan membantu kita untuk mengingat bahwa pertumbuhan dalam hidup Kristiani harus berakar pada Misteri Salib, pada kurban Kristus dalam Perjamuan Ekaristi, dan pada Bunda Sang Penebus serta Bunda orang-orang yang telah ditebus.” Sebagaimana Maria mampu “berdiri” di bawah salib—tanpa menghindar atau lari dari penderitaan dan ketidakpahaman—demikian pula Maria sebagai Bunda, tahu bagaimana “berdiri” bersama setiap anak yang telah dipercayakan kepadanya oleh Puteranya. Hal ini mengajarkan kita untuk memanggilnya sebagai “Bunda Gereja”:

Bunda, bantulah iman kami!
Bukalah telinga kami agar mampu mendengarkan sabda Allah, mengenali suara-Nya dan panggilan-Nya.
Bangkitkan dalam diri kami kerinduan untuk mengikuti jejak-Nya, untuk keluar dari zona nyaman dan menerima janji-Nya.
Bantulah kami agar tersentuh oleh kasih-Nya, agar kami juga dapat menyentuh Dia dalam iman.
Tolonglah kami untuk percaya penuh kepada-Nya, terutama di saat pencobaan, di bawah bayang salib, ketika iman kami diuji dan dipanggil untuk bertumbuh.
Taburkan dalam iman kami sukacita kebangkitan.
Ingatkan kami bahwa siapa pun yang percaya tidak pernah sendiri.
Ajarilah kami untuk melihat segala sesuatu dengan mata Yesus, agar Dia menjadi terang dalam jalan hidup kami.
Dan semoga terang iman ini terus tumbuh dalam diri kami, hingga fajar hari abadi yang adalah Kristus sendiri, Putera-Mu, Tuhan kami!

(Paus Fransiskus, Surat Ensiklik Lumen Fidei)

Sumber: https://www.vaticannews.va/en/liturgical-holidays/memorial-of-the-blessed-virgin-mary–mother-of-the-church.html

2 Comments

  • Yudhi Bean Juni 10, 2025 at 3:19 pm

    Resi untuk hari Selasa, 10 Juni 2025, sampai sore ini belum terbit. Apakah belum disiapkan atau adminnya yang belum memposting? Usahakan jangan ada telat waktu. Maturnuwun. Berkah Dalem 🙏

    Reply
    • admin2 Juni 11, 2025 at 7:46 pm

      ada masalah di server utama.. 2 hari baru bisa diatas
      Mohon maaf atas keterlambatan

      Reply

Tinggalkan Balasan ke Yudhi Bean Cancel Reply