Minggu, 20 September 2020 – Rena Dehonian

Rm. C. Wahyu Tri SCJ dari Komunitas SCJ Pondok Kristofel Jambi Indonesia

 

Halo adik-adik, apa kabar…?  Hebat-hebat hebat… Siapa yang hebat? Aku kamu kita…siapa yang membuat kalian hebat? Yesus-yesus-yesus…

Adik-adik dimanapun berada selamat bersua lagi dengan saya, romo christoforus wahyu tri haryadi scj dari Jambi dalam acara rena, renungan anak dehonian…

Rena Kali ini, edisi 20 September 2020, akan mengajak adik-adik untuk merenungkan bahwa Allah kita seperti yang diwartakan oleh Tuhan Yesus adalah Allah yang menyayangi kita semua tanpa pilih kasih. Ia mengasihi romo, adik-adik dan keluarga adik-adik secara sama.

Apakah adik-adik sudah siap untuk mendengarkan renungan dari romo?

Pada zaman dulu, hiduplah seorang janda beranak 3. Anak pertama adalah seorang yang lumpuh kakinya. Ia selalu merasa iri dengan adik-adiknya yang kakinya dapat membawa mereka berkeliling.

Anak kedua itu bisu. Ia tidak dapat berkata-kata sehingga kesulitan untuk mengungkapkan isi pikiran dan hatinya kepada yang lain. Ia pun merasa iri dengan saudara-saudaranya yang bisa berbicara.

Dan yang terakhir adalah anak yang hanya memiliki satu penglihatan. Ia sering merasa tidak adil dengan keadaannya. Ia tidak dapat melihat dengan sempurna.

Ketiga anak itu sering kali memprotes ibundanya. Semua menginginkan tubuh yang sempurna.

Tetapi sayang sekali, mereka tidak pernah melihat bagaimana seandainya ia menjadi yang lain.

Yang lumpuh hanya berpikir seandainya ia bisa berjalan tanpa pernah merasa bahwa ia dengan keadaannya bisa berbicara lancar dan dapat melihat dengan penuh.

Si bisu tidak pernah berpikir bahwa ia dapat berlari dan melihat pemandangan dunia dengan baik adanya.

Begitu pula si bungsu yang selalu merasa malu hanya memiliki satu penglihatan. Padahal ia mampu berkata-kata dan berjalan-jalan.

Suatu kali Ibunya mendapat rejeki setelah berjualan di pasar. Dagangannya laris dan ada seorang yang bermurah hati memberi uang lebih. “Tuan, uang ini terlalu besar untuk apa yang tuan beli.” “Ibu ambilah dan gunakan seturut keperluan ibu.” Kata si pembeli.

Ia berpikir tentang hadiah bagi anak-anaknya. Lalu setelah mempertimbangkan semuanya akhirnya janda itu membeli apa yang dibutuhkan oleh anak-anaknya.

“Anak-anak, ibu tahu bahwa ibu selama ini tak mampu menghadirkan kalian sebagai pribadi yang menurut kalian sempurna. Itu semua di luar kemampuan ibu.” Kata ibu itu. “Ibu tahu kalian tidak akan bisa menjadi sama satu sama lain karena setiap dari kita memiliki perbedaan.”

Kemarin ada seorang yang bermurah hati dan memberi ibu uang. maka ibu gunakan untuk membelikan kalian hadiah. Janganlah kalian berharap bahwa ibu akan memberikan hal yang sama. Ibu membelikan hal yang berbeda untuk masing-masing dari kalian. Tetapi ibu yakin itu tentu bermanfaat untuk hidup kalian.

Ibu itu kemudian memberikan kepada si lumpuh kursi dengan roda.

Kepada si bisu, ibu itu memberikan papan dengan kapur.

Kepada dia yang hanya memiliki satu penglihatan diberinya kaca mata pembesar.

 Ketiga anak itu menerima pemberian ibunya dengan terharu. Mereka merasakan dengan hadiah yang berbeda-beda itu membuat mereka menjadi semakin seperti yang mereka harapkan.

Si lumpuh: aku kini dapat bergerak dengan mudah.

Si bisu: menulis lihat aku dapat menuliskan apa yang ia pikirkan.

Si bungsu: oh ibu sekarang aku dapat melihat dengan seimbang.

Anak-anak berterima kasihlah kepada dia yang telah bermurah hati. Apa yang kalian terima dari ibu memang tidak sama tetapi ibu adil kepada kalian karena memberikan apa yang memang kalian butuhkan dan berguna untuk hidup kalian. Pemberian tidak selalu harus sama.

Lalu kata si lumpuh: ibu maafkan aku karena sering iring dan ingin memiliki hal yang sama dengan adik-adik.

Kata si bungsu: iya aku percaya kita memiliki tubuh yang memiliki keterbatasan berbeda-beda: ada yang lumpuh kaki, kakakku pun bisu dan aku tidak sempurna dalam penglihatan. Namun itu bukan berarti Allah tidak adil tetapi itu karena ia ingin kita berkembang dalam hal yang berbeda.

ibu tiga anak itu meneteskan air mata. Ia ingat kemurahan hati orang di pasar itu.

Adik-adik itulah kisah yang dapat romo bagikan kepada kalian. Adil bukan berarti kita mendapatkan hal yang serupa dan seragam. Adil berarti kita mendapatkan seturut apa yang menjadi hak kita.

Demikianlah Allah juga mengasihi kita, ia memberikan kesempatan yang berbeda-beda dan waktu yang berbeda-beda kepada kita umat manusia untuk mengalami berkatnya yang tak pernah berakhir.

No Comments

Leave a Comment