Minggu, 23 Oktober 2022 – Hari Minggu Biasa XXX / HARI MINGGU MISI SEDUNIA KE-96

Rm. Anselmus Inharjanto SCJ dari Komunitas SCJ Seminari Menengah St. Paulus Palembang Indonesia

 
 
 

AUDIO RESI:

KOMENTAR PERSIAPAN 

Dibawakan oleh pemandu acara/petugas/komentator

Para Suster, Bruder, Frater, Ibu, Bapak, serta kaum muda yang terkasih, Hari ini, Minggu Biasa XXX, bersama seluruh Gereja universal kita merayakan Hari Minggu Misi Sedunia ke-96. Pada kesempatan Minggu Misi ini, bersama seluruh umat beriman, kita diundang untuk memperbarui iman, semangat serta komitmen misioner kita, dalam menjalankan tugas perutusan yang Tuhan percayakan kepada kita masingmasing. 

Pada Minggu Misi ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk menjadi saksi Kristus. Beliau mengingatkan kita, bahwa: “Setiap orang yang telah dibaptis dipanggil pada misi”. Kita diajak bersama-sama membangun Gereja yang misioner, bergerak keluar untuk memberikan kesaksian cinta kasih Allah kepada seluruh umat manusia. Misi dipercayakan kepada “Gereja”, mari kita ikut ambil bagian, bersama-sama dalam persekutuan komunitas gerejawi. 

Para Suster, Bruder, Frater, ibu, bapak, serta kaum muda yang terkasih. Tema Hari Minggu Misi Sedunia 2022, “Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku” (Kis. 1:8). Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia berpesan kepada para murid-Nya: “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (1:8). Kita semua dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Seperti para Rasul dengan bimbingan Roh Kudus, mereka sanggup bersaksi dengan penuh keberanian dan semangat.

Mari kita persiapkan hati, untuk mengikuti Perayaan Suci ini dalam rangka memperingati Hari Minggu Misi Sedunia ke-

ANTIFON PEMBUKAAN – Mzm. 105:3-4

Bersukacitalah, hai orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya!

PENGANTAR:

Hari Minggu Misi Sedunia mengingatkan kepada kita, bahwa pada dasarnya Gereja bersifat misioner. Gereja ada untuk bermisi, demikian pula kita, karena pembaptisan yang kita terima, kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam karya misi Allah. 

Tema Minggu Misi ini: “Kamu akan menjadi saksi-saksiKu”. Kita semua dipanggil bukan hanya untuk memberikan kesaksian, tapi terutama harus menjadi saksi Kristus. “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). 

DOA PEMBUKA:

Marilah berdoa (hening sejenak): Ya Allah, Engkau senantiasa mendengarkan orang yang berseru kepada-Mu dengan penuh iman dan kerendahan hati. Pada Hari Minggu Misi Sedunia ini, berilah kepada kami hati yang terbuka akan rahmat-Mu, dan ajarilah kami kerendahan hati untuk mengakui kelemahan kami. Mampukan kami untuk menjadi saksi cinta-Mu di tengah dunia ini. Dengan pengantaraan Tuhan kami, Yesus Kristus, Putra-Mu yang hidup dan berkuasa, bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa.  U.   Amin.

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Kitab Putra Sirakh 35:12-14.16-18

“Doa orang miskin menembusi awan.”

Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak, Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan yatim piatu tidak Ia abaikan, demikian pula jeritan janda yang mencurahkan permohonannya. Tuhan berkenan kepada siapa saja yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke a wan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sebelum mencapai tujuannya. Ia tidak berhenti sebelum Yang Mahatinggi memandangnya, sebelum Yang Mahatinggi memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 34:2-3.17-18.19.23.

Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.

  1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

  2. Wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan akan mereka dari muka bumi. Apabila orang benar itu berseru-seru, Tuhan mendengarkan; dari segala kesesakannya mereka Ia lepaskan.

  3. Tuhan itu dekat kepada orang yang patah hati, Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Tuhan membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya dan semua yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

BACAAN KEDUA: Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (2Tim 4:6-8.16-18)

“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran.”

Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada harinya; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak ada seorang pun yang membantu aku; semuanya meninggalkan aku. Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka. Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya, dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U :  Alleluya, alleluya, alleluya.
S : (2Kor 5:19) Dalam Kristus Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dan mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 18:9-14

“Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang Farisi itu tidak.”

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi, dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini! Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Terpujilah Kristus

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Anselmus Inharjanto SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Sobat Resi terkasih. Tema “Doa” begitu dominan dalam bacaan-bacaan hari Minggu ini. Bacaan Injil dengan gamblang melukiskan dua orang sedang berdoa: seorang Farisi dan seorang pemungut cukai. Si Farisi tampil sebagai orang baik dan penuh keunggulan, sedangkan si pemungut cukai sadar diri sebagai pendosa. Lihatlah sikapnya: dia berdiri jauh, tak berani menengadah, memukul diri, dan hanya memohon belas kasih Allah dalam doanya. Namun, ia justru dibenarkan Allah.

Apa yang mampu kita petik dari perikopa ini? Ternyata Allah mendengarkan seruan orang berdosa dan orang miskin. Mungkin ada yang protes: kan semestinya Allah mendengarkan doa atau seruan mereka yang baik, orang yang dipandang baik? Orang Farisi di sini sudah bersikap dan berperilaku baik dan benar. Namun, yang dipandang benar adalah si pemungut cukai. 

Mari kita ambil posisi pemungut cukai, yang dianggap pendosa. Kalau kita memandang Allah seperti boss, kalau kita melanggar aturan sebagai bawahan, pasti membuat sang boss marah, kecewa dan sakit hati. Reaksi yang terjadi adalah menghukum dia yang salah itu. Saat kita berdosa, bisa saja kita berpikir Allah telah terlukai dan kita bertanya: masihkah Dia mencintai kita?

Di luar bayangan manusiawi, ternyata Allah berpandangan bahwa orang berdosa justru lebih membutuhkan cinta-Nya, memerlukan bantuan-Nya. Allah tidak bersikap seperti kita. Dia tidak melihat dosa sebagai sesuatu “pelanggaran” terhadap diri-Nya. Tetapi, Allah melihat pendosa sebagai seseorang yang melakukan kesalahan buruk dan membutuhkan penyembuhan dan pemulihan. Yang terluka adalah si pendosa, bukan Allah. Kita masih ingat tentu saja dengan perumpamaan Gembala yang Baik dan Kisah Si Bungsu yang Bertobat? Domba hilang itu yang butuh dicari dan diselamatkan; Si Bungsu itu yang perlu diberi peluang untuk bertobat.

Mari kita membiarkan hati kita diubah menjadi seperti Hati-Nya.

DOA UMAT:

I : Marilah berdoa kepada Bapa kita di surga, yang mendengarkan seruan orang-orang yang hina-dina. Marilah berseru kepada-Nya: Dengarkanlah umatMu, ya Tuhan.

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi Gereja-Mu di seluruh dunia: Semoga Gereja-Mu mampu memenuhi misinya, untuk menghantar putra-putrinya kepada keselamatan universal, di mana setiap orang berjuang dan berhasil memperbarui hidupnya, dalam semangat cinta kasih dan pengabdian yang tinggi. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi para pemimpin negara: Semoga para pemimpin kami senantiasa membuka hati mereka akan kehendak-Mu. Berilah kerendahan hati dan rasa tanggung jawab kepada mereka, dan jadikanlah mereka pemimpin yang berbelas kasih, dan peduli pada masyarakat, terutama mereka yang sangat berkekurangan. Bantulah mereka dalam memperjuangkan nasib banyak orang. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi para pelayan Gereja: Semoga para pelayan Gereja-Mu senantiasa dapat menjadi saksi-saksi-Mu, tanda dan sarana keselamatan yang telah Engkau berikan kepada umat manusia di tengah dunia ini. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi mereka yang teraniaya: Semoga dengan iman yang teguh dan dikuatkan oleh Roh kesabaran, Roh kekuatan, serta Roh kesetiaan, mereka yang teraniaya mampu bertahan dan tetap setia dalam mengikuti-Mu terutama dalam segala penderitaan dan kesulitan hidup di dunia ini. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi para misionaris: Semoga mereka bersikap rendah hati dan berbelas kasih, menerima manusia dan kebudayaan lain dengan sikap hormat dan tulus, serta berikhtiar untuk menemukan apa yang baik dan benar yang ada pada manusia dan kebudayaan lain di mana mereka bekerja. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi anak-anak misioner: Semoga anak dan remaja misioner semakin merasakan cinta-Mu melalui orang tua, para pendamping, dan siapa saja yang berniat baik untuk membantu perkembangan mereka, sehingga anak dan remaja dapat tumbuh dengan penuh cinta, sehingga mereka dapat menjadi misionaris-Mu yang mampu menjadi ”garam dan terang” dalam keluarga, dan lingkungan di mana pun mereka berada. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

L : Bagi umat yang hadir dalam perayaan ini: Semoga seluruh umat yang hadir pada saat ini semakin yakin, bahwa dengan usaha yang sungguhsungguh disertai dengan doa, Tuhan akan mengabulkan permohonan kita. Marilah kita mohon…

U : Dengarkanlah umat-Mu, ya Tuhan.

I : Tuhan, Allah kami, kami harus mengakui: kata-kata yang bagus tidak berarti bila tidak muncul dari hati yang bersahaja dan jujur. Bantulah kami agar perbuatan kami sama dengan perkataan kami, dan hidup kami sama dengan doa kami. Semoga Engkau berkenan mengabulkannya, sebab semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. U.   Amin. 

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN:

Ya Allah, terimalah persembahan kami ini dan semoga Engkau berkenan menunjukkan belas kasih-Mu kepada kami yang berdosa ini. Perkenankanlah kami mengalami buah karya penebusan Putra-Mu yang kami kenangkan ini. Dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. U. Amin.

ANTIFON KOMUNI – Mazm. 20:6

Kami akan bersorak-sorai karena karya keselamatan-Mu. Kami akan bergembira dalam nama Allah kita.

Doa Bulan Misi Sedunia

Bapa Surgawi, pada saat Putra-Mu yang tunggal Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati, Ia mengutus para murid-Nya untuk  “pergi dan menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya” dan Engkau mengingatkan kami bahwa melalui sakramen baptis, kami dijadikan pewarta misi Gereja. Kuatkanlah kami dengan karunia Roh Kudus-Mu, supaya berani dan penuh semangat memberitakan kesaksian Injil, sehingga misi yang dipercayakan kepada Gereja, yang masih sangat jauh dari sempurna, dapat menemukan ungkapan yang baru dan tepat yang membawa kehidupan dan cahaya ke dunia. Bantulah kami untuk memungkinkan semua orang mengalami cinta yang menyelamatkan dan belas kasihan dari Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa, bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus,Allah, sepanjang segala masa.  Amin. 

DOA SESUDAH KOMUNI:

Marilah kita berdoa (hening sejenak): Ya Allah, kami bersyukur atas kehadiran Putra-Mu yang menyediakan mahkota keselamatan bagi kami. Semoga kami bertekun untuk saling bekerja sama mewujudkan karya keselamatan-Mu terutama bagi sesama kami yang lemah, miskin, dan menderita. Bantulah kami untuk setia menjadi saksi-Mu, sehingga nama-Mu dimuliakan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. U : Amin

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK HARI MINGGU MISI SEDUNIA  Ke-96 

 “Kamu akan menjadi saksi-Ku”

(Kis. 1:8)

Saudari – saudara terkasih,

Kata-kata ini diucapkan Yesus yang telah bangkit kepada murid-murid-Nya sesaat sebelum Kenaikan-Nya ke surga, seperti yang kita baca dalam Kisah Para Rasul: “Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (1:8). Ayat ini juga menjadi tema Hari Misi Sedunia 2022, yang akan selalu mengingatkan kita bahwa pada dasarnya Gereja adalah misioner. Hari Misi Sedunia tahun ini menawarkan kepada kita kesempatan untuk merayakan beberapa peristiwa penting dalam misi dan hidup Gereja, yaitu: empat abad berdirinya Kongregasi Propaganda Fide, sekarang bernama Kongregasi Penginjilan Bangsa-Bangsa, dan dua abad berdirinya Serikat Kepausan Pengembangan Iman. Seratus tahun yang lalu, serikat ini bersama-sama dengan Serikat Anak-anak Misioner dan Serikat St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan diberi status gelar “Kepausan”.  

Mari kita renungkan tiga frase kunci yang menyatukan tiga dasar hidup dan misi setiap murid: “Kamu akan menjadi saksi-Ku”, “sampai ke ujung bumi” dan “kamu akan menerima kuasa Roh Kudus”

1. “Kamu akan menjadi saksi-Ku” – Panggilan setiap orang Kristiani untuk menjadi saksi Kristus

Ini adalah poin utama, inti pengajaran Yesus kepada para murid, alasan mereka dikirim ke dunia. Para murid harus menjadi saksi-saksi Yesus, berkat Roh Kudus yang akan mereka terima. Ke mana pun mereka pergi dan di mana pun mereka berada. Kristus adalah yang pertama-tama dikirim sebagai Misionaris oleh Bapa (bdk. Yoh. 20:21), dan dengan demikian Dia adalah “Saksi kasih setia” Bapa (lih. Why. 1:5). Dengan cara yang sama setiap orang Kristiani dipanggil untuk menjadi seorang misionaris dan saksi Kristus. Dan Gereja, komunitas murid-murid Kristus, tidak memiliki misi lain selain mewartakan Injil ke seluruh dunia dengan bersaksi tentang Kristus. Mewartakan Injil adalah identitas Gereja. 

Menggali makna lebih dalam dari kalimat, “Kamu akan menjadi saksi-Ku”, dapat menjelaskan aspek-aspek misi yang paling tepat, yang dipercayakan Kristus kepada para murid. Bentuk jamak dari kata kerja ini menekankan sifat komunitarian dan gerejawi dari panggilan misioner para murid. Setiap orang yang telah dibaptis dipanggil untuk misi, di dalam Gereja dan oleh mandat Gereja: karenanya, misi dilakukan secara bersama-sama, bukan secara individual, di dalam persekutuan dengan komunitas gerejawi, dan bukan atas inisiatif sendiri. Bahkan dalam kasus-kasus di mana seorang individu dalam situasi tertentu menjalankan misi penginjilan seorang diri, ia harus selalu melakukannya dalam persekutuan dengan Gereja yang mengutusnya. Seperti yang St. Paulus VI tulis dalam Pesan Apostolik Evangelii Nuntiandi, sebuah dokumen yang sangat dekat di hati saya: “Penginjilan bukan suatu kegiatan individual dan terisolir; namun merupakan sesuatu yang sangat mendalam bersifat gerejawi. Ketika pewarta, katekis atau imam yang paling tidak dikenal di negeri yang paling jauh mewartakan Injil, mengumpulkan komunitas kecilnya bersama-sama atau melayani sakramen, meskipun sendirian, ia melakukan tindakan gerejawi, dan tindakannya tentu saja terkait dengan kegiatan penginjilan seluruh Gereja melalui hubungan kelembagaan, namun juga oleh hubungan tak kasat mata dalam tatanan rahmat. Hal ini mengandaikan bahwa ia bertindak bukan berdasarkan misi atau perutusan yang ia letakkan pada dirinya sendiri atau karena inspirasi pribadi, melainkan dalam persatuan dengan misi atau perutusan Gereja dan atas nama Gereja” (No. 60). Memang, bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya dalam misi berpasang-pasangan; kesaksian orang Kristiani tentang Kristus pada dasarnya bersifat komunitarian. Oleh karena itu, dalam menjalankan misi, keberadaan komunitas, terlepas dari ukurannya, merupakan hal yang sangat penting.

Selain itu, para murid didorong untuk menjalani kehidupan pribadi mereka dalam irama misioner: mereka diutus oleh Yesus ke dunia tidak hanya untuk melaksanakan, tetapi juga dan terutama untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepada mereka; tidak hanya untuk bersaksi, tetapi juga dan terutama untuk menjadi saksi Kristus. Dalam kata-kata Rasul Paulus yang menyentuh hati, “[kami] senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya hidup Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami” (2 Kor. 4:10). Inti dari misi ini adalah untuk bersaksi tentang.

Kristus, yaitu hidup, sengsara, kematian, dan kebangkitanNya demi cinta kepada Bapa dan umat manusia. Bukanlah kebetulan para rasul mencari pengganti Yudas di antara mereka yang, seperti mereka, telah menjadi saksi kebangkitan Tuhan (lih. Kis. 1:21). Kristus, sesungguhnya Kristus yang telah bangkit dari kematian, adalah Dia yang kepada-Nya kita harus bersaksi dan yang hidup-Nya harus kita bagikan. Para misionaris Kristus tidak diutus untuk mengomunikasikan diri mereka sendiri, untuk menunjukkan kualitas dan kemampuan persuasif mereka atau keterampilan manajerial mereka. Sebaliknya, bagi mereka adalah kehormatan tertinggi untuk menghadirkan Kristus dalam kata-kata dan perbuatan, mewartakan kepada semua orang Kabar Baik tentang keselamatan-Nya, seperti yang dilakukan para rasul perdana, dengan sukacita dan keberanian.

Pada uraian akhir, saksi sejati adalah “martir”, orang yang memberikan hidupnya bagi Kristus, membalas pemberian yang telah Ia berikan kepada kita, yaitu Dirinya sendiri. “Alasan utama penginjilan adalah kasih Yesus yang telah kita terima, pengalaman keselamatan yang mendorong kita untuk selalu lebih mencintai-Nya” (Evangelii Gaudium, 264). 

Akhirnya, jika berbicara mengenai saksi Kristus, pengamatan dari St. Paulus VI tetap berlaku: “Orang-orang modern lebih bersedia mendengarkan para saksi daripada para guru, dan jika mereka mendengarkan para guru itu karena mereka adalah saksi” (Evangelii Nuntiandi, 41). Karena alasan inilah, kesaksian otentik hidup orang Kristiani sangat penting bagi penyebaran iman. Di sisi lain, tugas mewartakan pribadi Kristus dan firman adalah sama pentingnya. Bahkan, Paulus VI berkata: “Khotbah, pernyataan verbal dari sebuah pesan, selalu sangat diperlukan…” Firman tetap relevan, terutama ketika mengandung kuasa Tuhan. Inilah sebabnya St. Paulus menyatakan kebenaran, “Iman timbul dari pendengaran” (Rm. 10;17), juga tetap relevan: Sabda yang didengar menyebabkan orang percaya” (Evangelii Nuntiandi, 42).

2. “Sampai ke ujung bumi”Relevansi abadi dari misi evangelisasi universal

Dalam meminta para murid untuk menjadi saksi-Nya, Tuhan yang bangkit juga memberitahu ke mana mereka akan dikirim, “… ke Yerusalem dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Di sini kita bisa melihat dengan jelas karakter universal misi para murid. Kita juga melihat ekspansi geografis gerakan “sentrifugal”, seolaholah dalam lingkaran konsentris misi dimulai dari Yerusalem, yang menurut tradisi Yahudi sebagai pusat dunia, ke Yudea dan Samaria dan sampai ke “ujung bumi”. Para murid dikirim bukan untuk mengkristenkan orang (proselitisme), melainkan untuk mewartakan; orang Kristiani tidak melakukan kristenisasi. Kisah Para Rasul berbicara tentang perluasan gerakan misioner ini dan memberikan gambaran yang mencolok tentang Gereja yang “berangkat-pergi” dalam kesetiaan pada panggilannya untuk bersaksi tentang Kristus Tuhan dan dibimbing oleh penyertaan ilahi dalam kondisi konkret hidupnya. Dianiaya di Yerusalem dan kemudian menyebar ke seluruh Yudea dan Samaria, orang-orang Kristiani pertama memberikan kesaksian tentang Yesus di mana-mana (lih. Kis. 8:1,4).

Hal serupa masih terjadi di zaman ini. Oleh karena penganiayaan agama dan situasi perang serta kekerasan, banyak orang Kristiani terpaksa mengungsi dari tanah air mereka ke negara lain. Kami berterima kasih kepada saudara dan saudari ini yang tidak tinggal terkurung dalam penderitaan mereka sendiri, tetapi memberikan kesaksian tentang Kristus dan kasih Allah di negara-negara yang menerima mereka. Oleh karena itu, Santo Paulus VI mendorong mereka untuk mengakui, “tanggung jawab yang ada pada para imigran di dalam negara yang menerima mereka” (Evangelii Nuntiandi, 21). Lebih dan lebih lagi, kita melihat bagaimana kehadiran umat dari berbagai bangsa memperkaya wajah paroki dan membuat mereka menjadi lebih universal, lebih Katolik. Oleh karena itu, pelayanan pastoral para migran harus dihargai sebagai kegiatan misionaris yang penting yang juga dapat membantu umat beriman setempat untuk menemukan kembali sukacita iman Kristen yang telah mereka terima. 

Kata-kata “sampai ke ujung bumi” seharusnya menantang para murid Yesus dalam setiap zaman dan mendorong mereka untuk dapat melampaui tempat-tempat yang sudah dikenal dalam memberikan kesaksian tentang Dia. Untuk semua kemudahan perjalanan modern, masih ada wilayahwilayah geografis di mana saksi misioner Kristus belum sampai untuk membawa Kabar Baik tentang kasih-Nya. Kemudian juga tidak ada realitas manusia yang asing bagi keprihatinan para murid Yesus di dalam misi mereka. Gereja Kristus akan terus “berangkat-pergi” menuju cakrawala geografis, sosial dan eksistensial baru, menuju “batas” tempat-tempat dan situasi-situasi manusia, untuk memberikan kesaksian tentang Kristus dan kasih-Nya kepada laki-laki dan perempuan dari setiap bangsa, budaya dan status sosial. Dalam pengertian ini, misi akan selalu menjadi missio ad gentes (misi kepada para bangsa), sebagaimana diajarkan oleh Konsili Vatikan II. Gereja harus terus-menerus bergerak maju, melampaui batas-batasnya sendiri, untuk bersaksi tentang seluruh kasih Kristus. Di sini saya ingin mengingat dan mengungkapkan rasa terima kasih saya untuk semua misionaris yang memberikan hidup mereka untuk “maju” dalam penjelmaan kasih Kristus kepada semua saudara dan saudari yang mereka temui.

3. “Kamu akan menerima kuasa Roh Kudus” – Semoga kita selalu dikuatkan dan dibimbing oleh Roh.

Ketika Kristus yang bangkit menugaskan para murid untuk menjadi saksi-Nya, Dia juga menjanjikan kepada mereka rahmat yang dibutuhkan untuk tanggung jawab besar ini: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu; dan kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kis. 1:8). Menurut kisah dalam Kisah Para Rasul, justru setelah turunnya Roh Kudus atas para murid itulah, tindakan pertama bersaksi mengenai Kristus yang disalibkan dan bangkit terjadi. Pernyataan kerygmatik –“misioner” Santo Petrus kepada penduduk Yerusalem – meresmikan era di mana muridmurid Yesus menginjili dunia. Padahal sebelumnya mereka lemah, takut dan menutup diri, Roh Kudus yang memberi mereka kekuatan, keberanian dan hikmat untuk bersaksi tentang Kristus di hadapan semua orang.

Sama seperti, “tidak seorang pun yang dapat mengaku ‘Yesus adalah Tuhan’, selain daripada Roh Kudus” (1 Kor. 12:3), demikian pula tidak ada orang Kristiani yang dapat memberikan kesaksian penuh dan tulus tentang Kristus Tuhan tanpa ilham dan bantuan Roh. Semua murid yang diutus Kristus dipanggil untuk menyadari pentingnya pekerjaan Roh, untuk berdiam di hadirat-Nya setiap hari, dan untuk menerima kekuatan dan bimbingan-Nya yang tiada henti. Memang, justru ketika kita merasa lelah, tidak termotivasi atau bingung, kita harus ingat untuk meminta bantuan Roh Kudus dalam doa. Izinkan saya menekankan sekali lagi bahwa doa memainkan peran mendasar dalam kehidupan misionaris, karena doa memungkinkan kita untuk disegarkan dan dikuatkan oleh Roh sebagai sumber ilahi yang tak habis-habisnya dari energi baru dan sukacita dalam membagikan kehidupan Kristus kepada orang lain. “Menerima sukacita dari Roh adalah suatu anugerah. Terlebih lagi, itu adalah satu-satunya kekuatan yang memungkinkan kita untuk mengkhotbahkan Injil dan mengakui iman kita kepada Tuhan” (Pesan kepada Karya Kepausan, 21 Mei 2020). Jadi, Roh adalah pelaku utama yang sejati dari misi. Dialah yang memberi kita kata yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang benar.

Mengingat tindakan Roh Kudus ini, kami juga ingin mempertimbangkan perayaan-perayaan misioner yang harus dirayakan pada tahun 2022. Pendirian Kongregasi Propaganda Fide pada tahun 1622 dimotivasi oleh keinginan untuk memaklumkan mandat misioner di wilayah-wilayah baru. Sebuah ilham Tuhan! Kongregasi terbukti sangat penting untuk menetapkan misi penginjilan Gereja yang benar-benar bebas dari campur tangan kekuatan duniawi, untuk mendirikan Gereja-Gereja lokal yang saat ini menunjukkan kekuatan yang begitu besar. Menjadi harapan kami bahwa, seperti dalam empat abad terakhir, Kongregasi ini, dengan terang dan kekuatan Roh, akan melanjutkan dan mengintensifkan pekerjaannya mengoordinasikan, mengorganisir, dan mempromosikan kegiatan misioner Gereja.

Roh yang sama yang membimbing Gereja universal juga mengilhami laki-laki dan perempuan awam untuk misi yang luar biasa. Demikianlah seorang perempuan muda Perancis, Pauline Jaricot, mendirikan Serikat Pengembangan Iman tepat dua ratus tahun yang lalu. Beatifikasinya akan dirayakan pada tahun Yobel ini. Meskipun dalam kondisi kesehatan yang buruk, ia menerima ilham Tuhan untuk membangun jaringan doa dan pengumpulan dana bagi para misionaris, sehingga umat beriman dapat berpartisipasi aktif dalam misi “sampai ke ujung bumi”. Ide brilian ini memunculkan perayaan tahunan Hari Misi Sedunia, di mana dana yang dikumpulkan di komunitas lokal digunakan sebagai dana universal yang digunakan Paus untuk mendukung kegiatan misioner.

Dalam hal ini, saya juga mengenang Uskup Nancy, Perancis, Charles de Forbin-Janson, yang mendirikan Serikat AnakAnak Misioner untuk mempromosikan misi di antara anakanak, dengan motto “Anak-anak menginjili anak-anak, anakanak berdoa untuk anak-anak, anak-anak membantu anakanak seluruh dunia”. Saya juga mengenang Jeanne Bigard, yang mendirikan Serikat Santo Petrus Rasul untuk dukungan kepada para seminaris dan imam di negeri-negeri misi. Ketiga Serikat Misi itu diberi status “Kepausan” tepat seratus tahun yang lalu. Juga di bawah ilham dan bimbingan Roh Kudus, Beato Paolo Manna, yang lahir 150 tahun yang lalu, mendirikan Serikat Kepausan Kesatuan Misioner yang ada sekarang ini, untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong semangat misioner di antara para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan, dan seluruh umat Allah. Santo Paulus VI sendiri merupakan bagian dari Serikat yang terakhir ini, dan menegaskan pengakuan kepausannya. Saya menyebutkan keempat Serikat Misi Kepausan ini karena jasa-jasa historis mereka yang besar, sekaligus juga untuk mendorong Anda untuk bersukacita bersama mereka, di tahun yang istimewa ini, untuk kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dalam mendukung misi evangelisasi di Gereja, baik universal maupun lokal. Merupakan harapan saya bahwa Gereja-Gereja lokal akan menemukan dalam Serikat-Serikat ini suatu sarana yang pasti untuk memupuk semangat misioner di antara Umat Allah. 

Saudara dan saudari terkasih, saya terus memimpikan Gereja yang sepenuhnya misioner, dan era baru aktivitas misioner di antara komunitas Kristiani. Saya mengulangi keinginan besar Musa bagi umat Allah dalam perjalanan mereka, “Ah, kalau seluruh umat Tuhan menjadi nabi!” (Bil. 11:29). Sesungguhnya, kita semua di dalam Gereja telah menjadi diri kita karena rahmat pembaptisan: para nabi, saksi, misionaris Tuhan, oleh kuasa Roh Kudus, sampai ke ujung bumi! Maria, Ratu Misi, doakanlah kami! 

Roma, Santo Yohanes Lateran,

6 Januari 2022,

Hari Raya Penampakan Tuhan

FRANSISKUS

No Comments

Leave a Comment