Sabtu, 11 Maret 2023 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

Rm. Benediktus Mulyono SCJ dari Komunitas Resistencia, Provinsi Chaco – Argentina – Argentina

 
 
 

AUDIO RESI:

ANTIFON PEMBUKA – Mazmur 145:8-9⁣

Tuhan pengasih dan penyayang, sabar dan lembut hati. Tuhan pemurah bagi semua orang, penuh kasih sayang akan ciptaan-Nya.⁣⁣

PENGANTAR⁣

Memperoleh pengampunan itu menerima anugerah. Kepastian yang menggembirakan itu diwartakan oleh Nabi Mikha. “AIlah akan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” Tiada yang lebih jelas dari perumpamaan yang diberikan Yesus sejauh mana Tuhan bermurah hati. Kisah seorang bapak dengan kedua anaknya mengajak kita semakin menyadari pen tingnya pertobatan.⁣⁣

DOA PEMBUKA⁣

Marilah berdoa: Allah Bapa kami sumber cahaya mulia, di dunia ini kami sudah Kauperkenankan mencicipi hidup surgawi. Semoga terang-Mu membimbing kami seumur hidup hingga akhirnya kami memasuki cahya-Mu yang abadi. Demi Yesus Kristus Putra-Mu, ….⁣⁣

ATAU: ⁣

Marilah berdoa: Allah Bapa kami, sudilah menjadi gembala semua orang, yang mencari kedamaian abadi. Semoga Putra-Mu menggembalakan kami, domba-domba kawanan-Mu dan umat-Mu atas nama-Mu. Sebab Dialah… ⁣

BACAAN PERTAMA: Bacaan dari Nubuat Mikha 7:14-15.18-20

“Semoga Tuhan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.”

Nabi berkata, “Ya Tuhan, dengan tongkat-Mu gembalakanlah umat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil, mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir. Adakah Allah lain seperti Engkau, yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri, yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN: Mazmur 103:1-2.3-4.9-10.11-12

Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
Atau Tuhan adalah penyayang dan pengasih.

  1. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

  2. Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

  3. Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.

  4. Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.

BAIT PENGANTAR INJIL:

U : Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
S : (Luk 15:18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, “Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa”.

BACAAN INJIL: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas 15:1-3.11-32

“Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali.”

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka. “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.’ Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskan harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa; aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’ Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya; kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’ Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruing dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semua itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat’. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, ‘Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.’ Kata ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali’.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.

RESI DIBAWAKAN OLEH Rm. Benediktus Mulyono SCJ

Vivat Cor Iesu per Cor Mariae. Hiduplah Hati Yesus melalui Hati Maria.

Saudara-Saudari salam jumpa, bersama saya Rm Benediktus Mulyono SCJ dari Resistencia, Argentina dalam Resi (Renungan Singkat) Dehonian: Sabtu, 11 Maret 2023.

Saudara-Saudari Terkasih, Yesus mengingatkan kita hari ini bahwa Tuhan Allah Bapa kita adalah Bapa yang penuh belas kasihan yang tidak mau mencela atau menyalahkan kesalahan kita. Bapa yang memiliki empati yang besar yang tidak memiliki sikap menghukum. Janganlah kita lupa bahwa Dia menunggu kita, menghormati kita, dan ingin kita kembali ke tangan-Nya yang terbuka. Rangkulan tangan Bapa adalah rangkulan kasih yang menyemangati, yang membesarkan hati, yang mampu memahami liku-liku hidup anak-Nya; rangkulan tangan kasih yang memberikan rasa nyaman bagi para pendosa untuk berpaling kembali kepada-Nya. Tangan Kasih Bapa yang Maha Baik menjangkau semua orang yang baik dan yang jahat; yang suci dan yang berdosa. Allah adalah Bapa kita, Bapa bagi semua orang dan tempat dimana siapapun akan merasa nyaman untuk mengatakan: “Bapa, aku telah berdosa…” Tangan kasih-Nya menawarkan pengampunan; dan mengajarkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan keselamatan. 

Saudara-Saudari Terkasih, Yang Yesus ajarkan adalah agar kita memiliki kerendahan hati untuk mengakui bila kita sedang “jauh dari kasih Bapa” karena kesalahan kita sendiri. Yesus mendorong kita untuk bangkit berdiri, menetapkan hati bahwa “Ya, aku ingin kembali kepada Bapa.” Atau ketika kita “merasa bahwa kita baik-baik saja” seperti anak sulung, Yesus mengetuk hati kita untuk lebih memiliki kerendahan hati untuk melihat “si bungsu dengan segala kedosaannya” dengan mata hati yang berbelas kasih; bersikap murah hati untuk memberi ruang dalam sikap dan cara pandang seperti Bapa yang mengasihi semua-semuanya. 

Di sisi lain, Yesus juga mengingatkan agar kita jangan jatuh dalam “kesombongan rohani yang seolah suci”; namun sejatinya kita pun “sedang tidak baik-baik saja”; karena betapapun baiknya kita, Yesus tak pernah mengijinkan kita boleh menjadi hakim bagi sesama kita. 

Berkat Allah Yang Maha Kuasa: Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.

DOA PENGANTAR PERSEMBAHAN

Allah Bapa Yang Maharahim, semoga sakramen ini menghasilkan penebusan bagi kami, menegakkan kami dalam kelemahan, dan mengantar kami menuju keselamatan. Demi Kristus, ….⁣⁣

ATAU:⁣

Allah Bapa sumber kegembiraan, kami bersyukur atas anugerah yang disiapkan dalam roti anggur, atas keprihatinan dan kasih-sayang-Mu kepada kami, dan atas Putra-Mu, Anak Domba yang menghapus dosa dunia, kini dan sepanjang masa.⁣⁣

ANTIFON KOMUNI — Lukas 15:12⁣

Anakku, seharusnya engkau bergirang hati, sebab saudaramu tadinya mati, kini hidup kembali; tadinya hilang, kini ditemukan kembali.⁣⁣

DOA PENUTUP⁣

Marilah berdoa: Allah Bapa mahakudus, semoga kekuatan sakramen-Mu meresapi lubuk hati kami, sehingga kami sanggup menjalankan kehidupan kristiani yang mantap. Demi Kristus, …⁣⁣

ATAU: ⁣

Marilah berdoa: Allah Bapa sumber belas kasih, kami bersyukur atas besarnya kerahiman yang Kautunjukkan kepada kami dalam diri Yesus Putra-Mu terkasih. Kami mohon, semoga kami pun berbelas kasih terhadap sesama. Demi Kristus, ….

DOWNLOAD AUDIO RESI: 

4 Comments

  • Asty Maret 10, 2023 at 9:37 pm

    Amiiiin…
    Trimakasih utk renungannya Romo🙏
    Sangat menyentuh sekali pada kalimat..
    Jangan jatuh dlm “kesombongan rohani yg seolah suci”Krn betapapun baiknya kita Yesus tdk pernah mengijinkan kita boleh menjadi hakim bagi sesama kita.
    Terkadang kita hanya melihat sisi buruk dr sesama,dan langsung menghakimi….
    Kebaikan mereka “tertutup” dg sisi buruknya saja.Seolah-olah kita tdk pernah melakukan hal buruk yg (mungkin) lebih dr dia.
    Sifat “sombong rohani” manusia terkadang menutupi kesalahannya sendiri.
    Ya Bapa,jangan biarkan “anakMu” ini menjadi anak yg selalu melihat keburukan org lain.
    Dan bimbinglah selalu “anakMu” ini menjadi anak yg rendah hati.🙏

    Reply
  • Maria Tri lestari Maret 10, 2023 at 10:52 pm

    Trimks Romo utk renungan hari ini, saya tersentuh dg bagian : Yesus juga mengingatkan agar kita jangan jatuh dalam “kesombongan rohani yang seolah suci”; namun sejatinya kita pun “sedang tidak baik-baik saja”; karena betapapun baiknya kita, Yesus tak pernah mengijinkan kita boleh menjadi hakim bagi sesama kita.

    Reply
  • Yan Maret 11, 2023 at 10:21 am

    Tangan kasih Bapa menyentuh hati semua orang….lalu mengapa kita sebagai manusia seringkali membeda bedakan sesama dengan perlakuan dan kata² yg tidak adil…semoga dimasa pantang puasa ini ,aku selalu diingatkan dan sadar untuk tidak jatuh dalam kesombongan rohani…terima kasih Romo Mul atas renungan nya yg menjadi pengingat untuk selalu sadar diri

    Reply
  • Nikolas Maret 11, 2023 at 7:51 pm

    Semoga kami tidak menjadi orang yg justru menghambat orang lain utk kembali kepadamu dengan kesombongan rohani. Terima Kasih Romo Benediktus Mulyono. Berkah Dalem. 🙏

    Reply

Leave a Comment